Langsung ke konten utama

Bagaimana Westerling Bisa Lolos dari Indonesia (1) Jenderal Didatangi Wanita Misterius Jembangan Bunga sebagai Tanda Rahasia

Oleh : H ROSIHAN ANWAR

TAHUKAH Anda apa arti tanggal 11 Desember 1946? Hari itu hari berkabung. Sebab pada hari itulah Kapten Raymond Pierre Westerling dari tentara KNIL, dikenal dengan julukan "De Turk" (orang Turki, karena ibu Westerling warga Turki) mulai melaksanakan aksi pembersihannya terhadap orang-orang Indonesia yang pro Merdeka di Sulawesi Selatan. Tiga bulan lamanya aksi militer itu berlangsung, dan kl. 30.000 orang tak berdosa mati terbunuh (baca "Ensiklopedi Umum", 1973).

Karena keganasan itu Westerling dipecat dari dinas kemiliteran Belanda pertengahan tahun 1948, tetapi dia terus bercokol di Indonesia melakukan aksi-aksi gelap. Westerling sangat anti kemerdekaan Indonesia dan dia mempersiapkan terbentuknya suatu tentara partikelir yang dinamakannya Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA. Republik Indonesia Serikat (RIS) yang lahir sebagai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag belum berusia dua minggu, tahu-tahu Westerling mengirimkan sebuah ultimatum kepada pemerintah RIS dan kepada Negara Pasundan. Dia menuntut, agar kekuasaan militer di Pasundan diserahkan kepada APRA dan agar mengakui APRA sebagai pasukan resmi. Tanggal 23 Januari 1950 Westerling dan pasukannya menduduki Cimahi di mana terdapat pasukan Belanda (KL) dan KNIL, dan 300 orang desertir menggabungkan diri kepada APR. Mereka menyerbu Kota Bandung dengan kekuatan 800 orang bersenjata lengkap. APRA berusaha merebut markas besar tentara Siliwangi di Oude Hospitalweeg (sekarang Jalan Lembong). Dalam tembak-menembak yang terjadi waktu itu sejumlah 79 orang gugur, al Letkol Lembong, Mayor Ir. Djokosutikno, Mayor Sachirin, Kapten Dudung, dan lain sebagainya (baca Ensiklopedi Indonesia, 1980). Komisaris Tinggi Belanda di Jakarta, Dr. Hirchfeld, yang menghukum tindakan Westerling memerintahkan kepada Jenderal Engles di Bandung, agar menindas percobaan kudeta oleh Westerling. Karena sikap tegas itu, Westerling mengalah dan menghilang dari Bandung. Wali negara Pasundan dan Sultan Hamid dari Pontianak ditahan oleh pemerintah RIS, karena dituduh bersekongkol dengan Westerling. Selama empat minggu dilakukan pemburuan terhadap Westerling tetapi jejaknya tidak diketemukan.

Sekonyong-konyong tanggal 25 Februari 1950 tersiar berita Aneta yang mengatakan Westerling lolos dari Indonesia, tiba di Singapura dengan memakai pesawat terbang Catalina dari marine Belanda. Dr. Hirschfeld marah sekali karena lolosnya Westerling dan dia memerintahkan supaya peristiwa itu diselidiki dengan cermat. Pada waktu itu menjadi pejabat Komisaris Tinggi, Dr. J. G. de Beus, seorang diplomat, yang kemudian setelah berturut-turut jadi duta besar Belanda di Pakistan, Moskou, Canberra, PBB, dan Bonn, menulis buku yang terbit tahun 1977 berjudul "Morge bij het aanbrekken van de dag" (Besok pada waktu fajar menyingsing). Dalam bukunya, Dr. de Beus menyingkapkan bagaimana Kapten Westerling lolos dari Indonesia 34 tahun yang silam, suatu cerita yang mungkin mengandung hal-hal baru yang belum Anda ketahui.

Jenderal Didatangi Wanita

SENJAKALA tanggal 8 Februari 1950 di Van Heutzboulevard 40 (kini Jalan Teuku Umar) Jakarta. Di beranda muka rumah itu duduklah Kepala Staf Umum angkatan bersenjata Belanda di Indonesia sedang minum jenever, dalam cahaya taram-temaram, di tengah bunyi jangkrik, kadang-kadang di sela bunyi tokek. Dia belum mandi. Ada koran terletak di hadapannya, tetapi dia sungkan sekali membaca. Tentu ada lagi di sana berita-berita spekulasi mengenai Westerling yang hilang tak tentu rimbanya. Pasukan pilihan dari TNI telah menyelidiki seluruh Priangan, polisi di Jakarta memeriksa sampai ke kampung-kampung, tetapi Westerling tidak diketemukan.

Kedengaran bunyi langkah kaki di pekarangan. Jenderal menengok. Dalam gelap senja tampak sosok tubuh wanita yang ramping, dengan berhati-hati berjalan menuju beranda muka. Wanita itu bule, tetapi jelas cap Indo, dengan cepat masuk ke beranda, terus ke kamar depan, sambil mengisyaratkan kepada jenderal, agar mengikutinya. Di dalam kamar jenderal mengenal dia.

"Ya, betul, saya istri Westerling. Saya datang memohon kepada Anda untuk menolong suami saya. Anda sebagai perwira KNIL harus menolongnya. Jika tidak, dia akan tamat riwayatnya," ujar wanita itu. Dan dengan terputus-putus, gugup, keluarlah cerita tentang Westerling, bagaimana dua minggu lamanya dia bersembunyi di tempat teman-temannya, dengan tidak diketahui orang tidur di taman-taman, bahkan pernah di halaman belakang kediaman Komisaris Tinggi. Semua orang kontaknya tidak lagi mau membantu, atau sudah ditangkap, sehingga cuma satu jalan tinggal untuk menyelamatkan nyawanya, yakni dengan diam-diam meninggalkan Indonesia. Itulah sebabnya istrinya datang kepada kepala staf, meminta pertolongan untuk menyelundupkan Westerling keluar dari Indonesia.

Sang jenderal mengatakan dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk Nyonya Westerling saat itu. Dia perlu mengadakan orientasi dulu. Kalau ada informasi lebih lanjut, dia akan menaruh kira-kira pukul 9 malam sebuah vas bunga di beranda muka. Tetapi jika tidak ada vas bunga, janganlah masuk ke rumahnya. Itu bisa membahayakan bagi Ny Westerling dan bagi Jenderal sendiri.

Dibicarakan dengan Sukarno

KEBETULAN pagi itu dilakukan pembicaraan antara para pembesar Belanda di Jakarta mengenai persoalan Westerling. Mereka setuju Westerling perlu keluar dari Indonesia, mengingat riwayatnya dalam KNIL di masa lampau dan demi hubungan Belanda-Indonesia yang akan datang. Selain pertemuan itu, Komisaris Tinggi Belanda Dr. Hirschfeld pagi itu juga membicarakan persoalan Westerling dengan Menteri van Maarseveen dan Presiden Sukarno. Rupanya Sukarno setuju apabila Westerling "geruisloos" atau diam-diam dapat dibikin sirna dari negeri ini.

Malam itu dari pertemuan di tempat Komisaris TInggi, semua yang hadir memberikan pendapat selama Westerling masih bergerak bebas di Indonesia, dia merupakan faktor sangat mengganggu bagi peralihan yang telah disetujui dari KNIL kepada angkatan bersenjata RIS. Cara terbaik untuk Westerling berangkat adalah dengan membuat dia ditangkap oleh polisi militer Belanda, dan kemudian cepat menyingkirkannya ke Biak di Nieuw Guinea atau ke suatu tempat di luar Indonesia.

Setelah ini disetujui, Dr. Hirschfeld yang sudah ada janji dengan PM RIS Mohammad Hatta berangkat menemuinya untuk menjajaki tentang kemungkinan lari Westerling. Komisaris Tinggi itu menyampaikan kepada Hatta tentang pembicaraan dengan van Maarseveen dan dengan Sukarno pagi itu, dan kini ada kemungkinan menangkap Westerling. Tetapi sebelum itu dia ingin kepastian tentang apakah pemerintah RIS menyokong pendirian Sukarno. Hatta menjawab dia mau berkonsultasi dulu dengan anggota-anggota kabinet lainnya, dan sekalian dia memperingatkan suatu pelarian dengan bantuan kaum militer Belanda dengan gampang ditafsirkan sebagai bantuan Belanda kepada Westerling.

Sementara itu Jenderal sudah kembali ke rumahnya mencari kontak dengan Nyonya Westerling melalui vas bunga seperti yang disepakati tadi. Kepala staf pun menaruh vas bunga di beranda muka, lalu dia duduk menunggu. Tetapi rupanya bunga itu tidak kuasa menarik Ny. Westerling. Dan setelah menunggu sampai pukul 11 malam, sang jenderal memutuskan pergi tidur saja. Dia menelepon kepada orang-orang lain bahwa "wanita yang bersangkutan" tidak nongol. (Bersambung)


Sumber: Pikiran Rakyat, 11 Desember 1984


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belanda Meminta Maaf Atas Ulah Westerling

BANDUNG, (PR).- Pemerintah Belanda menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas kejahatan yang dilakukan tentaranya selama masa periode pendudukan di Indonesia antara tahun 1946-1947. Mereka juga memberikan ganti rugi terhadap keluarga korban pembantaian yang dilakukan tentara mereka di Indonesia para periode tersebut. Dikutip dari bbc.co.uk, Minggu (11/8/2013), dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Kamis (9/8/2013) waktu setempat, permintaan maaf secara terbuka oleh pemerintah Belanda terkait kasus pembantaian rakyat Indonesia oleh tentara Belanda di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling di Sulawesi Selatan tahun 1946-1947. "Duta Besar Belanda di Indonesia yang mewakili negara ini akan menyampaikan permintaan maaf," bunyi pernyataan tersebut. Namun, belum disinggung soal ulah pembantaian oleh pasukan yang dipimpin Westerling lainnya, dalam peristiwa penembakan terhadap pasukan Siliwangi di Jln. Lembong, Bandung. Ini terjadi pada peristiwa pembantaian oleh Angkatan Pe...

Permohonan Maaf Belum Lengkap: Keluarga Korban Westerling di Tasikmalaya & Ciamis Harus Berani Bicara

BANDUNG, (PR).- Walau Pemerintah Belanda dikabarkan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas kejahatan tentaranya, Kapten Raymond Westerling, selama masa periode pendudukan di Indonesia antara tahun 1946-1947, tetapi persoalan itu belum sepenuhnya selesai. Diduga masih banyak kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Westerling selama di Indonesia, bukan hanya di Sulawesi Selatan tahun 1946-1947, tetapi juga terindikasi dilakukan pula di Jawa Barat selama kurun waktu Januari-November 1948. Pengamat sejarah dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Reiza Dienaputra, di Bandung, Senin (12/8/2013), menyebutkan, disinyalir ada kejahatan kemanusiaan lainnya yang dilakukan pasukan Belanda yang dipimpin Westerling terhadap warga sipil di Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis selama tahun 1948. Namun, sejauh ini, keluarga korban belum ada yang melapor sehingga ulah Westerling di Tasikmalaya dan Ciamis belum terungkap.  "Diharapkan pihak keluarga korban Westerling di Tasikmalaya dan Ciamis dap...

Korban Westerling Tolak Permintaan Maaf Belanda

JAKARTA, (PR),- Hubungan diplomatik Indonesia-Belanda dinilai ilegal. Soalnya, baik secara internasional maupun nasional, tidak ada dasar hukumnya. "Coba, apa landasan hukum hubungan Indonesia-Belanda. Ini perlu dipertanyakan dan dikaji oleh pakar hukum tata negara," kata sejarawan Anhar Gonggong dalam diskusi bertajuk "Permintaan Maaf Belanda atas Kasus Westerling" bersama anggota Dewan Perwakilan Daerah Abdul Aziz Kahhar Mudzakkar dan Ketua Utang Kehormatan Belanda (KUKB) Batara Hutagalung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2013). Sampai saat ini, kata Anhar, Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan hanya mengakui Indonesia merdeka tanggal 27 Desember 1949. Begitu pula dengan Indonesia yang bersikukuh bahwa kemerdekaannya diproklamasikan 17 Agustus 1945. "Artinya, Belanda memang tak pernah ikhlas terhadap Indonesia. Karena sejak Indonesia merdeka, Belanda kehilangan lumbung ekonomi dan politik," tambah guru besar se...

TRAGEDI WESTERLING: Belanda Meminta Maaf atas Pembunuhan Massal

JAKARTA, KOMPAS--Pemerintah Belanda secara resmi meminta maaf kepada keluarga korban pembunuhan massal yang dilakukan Kapten Raymond Pierre Paul Westerling dalam kurun wktu 1945-1949. Permintaan maaf tersebut disampaikan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Tjeerd de Zwaan di Jakarta, Kamis (12/9). "Atas nama Pemerintah Belanda, saya ingin menyampaikan permintaan maaf atas kejadian itu. Saya juga meminta maaf kepada para janda dari Bulukumba, Pinrang, Polewali Mandar, dan Parepare," kata De Zwaan. Permintaan maaf itu terungkap di depan sejumlah kalangan, terutama para janda korban dan sejumlah keluarga mereka yang mendampingi. Menurut De Zwaan, waktu itu, tentara Belanda telah melakukan kekerasan di Sulawesi Selatan. Kekerasan tersebut menyebabkan banyak korban yang tidak berdosa dan penderitaan. Beberapa tahun terakhir, ibu-ibu dari Rawagede, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan yang suaminya tewas dalam tragedi itu mendatangi pengadilan Belanda. Mereka menuntu...

Sebuah Potensi Wisata Islami di Singaraja

B ali bagi kebanyakan wisatawan domestik maupun mancanegara selalu identik dengan kepariwisataannya seperti Ubud, Sangeh, Pantai Kuta, Danau Batur, dan banyak lagi. Itu semua berkat adanya dukungan masyarakat dan pemerintah untuk menjadikan Bali kawasan terkemuka di bidang pariwisata, tidak hanya regional tapi juga internasional. Tak aneh jika orang asing disuruh menunjuk 'hidung' Indonesia maka yang mereka sebut hampir selalu Bali. Dari sekian potensi wisata yang ada, tampaknya ada juga potensi yang mungkin terabaikan atau perlu diperhatikan. Ketika melakukan kunjungan penelitian beberapa waktu lalu ke sana, penulis menemui beberapa settlement  pemukiman muslim yang konon telah eksis beberapa abad lamanya. Betapa eksisnya masyarakat Muslim itu di tengah-tengah hegemoni masyarakat Hindu Bali terlihat pada data-data arsitektur dan arkeologis berupa bangunan masjid, manuskrip Alquran dan kitab-kitab kuno. Di Singaraja, penulis menemui tokoh Islam setempat bernama Haji Abdullah Ma...

JEJAK NASIONALISME BANDA (4) Sosok Des Alwi, dari Perjuangan hingga Orde Baru

P engusaha Hashim Djojohadikusumo meluncurkan ulang buku Pertempuran 10 November 1945  karya Des Alwi akhir November 2011. "Dari Banda inilah, Indonesia yang sekarang ada tercipta. Salah satu tokohnya adalah Des Alwi," ujar Hashim memuji Des Alwi, sahabat dan kerabat dekat keluarga besar Djojohadikusumo. Tahun 1930-an, Des Alwi menjadi murid dan anak angkat Bung Hatta alias Om Kaca Mata dan Bung Kecil, yakni Sutan Syahrir alias Om Rir. Des Alwi adalah tokoh lintas zaman dan generasi. Dia bergaul dengan perintis dan pendiri Republik. Turut terlibat langsung dalam desing peluru, keringat, dan darah semasa revolusi fisik, berseberangan dengan masa akhir rezim Orde Lama, dan dekat dengan tokoh-tokoh Orde Baru. Semasa hidup, dalam satu kesempatan saat bertemu di sebuah restoran di bilangan Menteng, Jakarta, Des Alwi bercerita saat dia berada di Kuala Lumpur, kubu anti-Soekarno kerap menghubungi dirinya. Des ikut pula merintis upaya mengakhiri konfrontasi Indonesia-Malaysia karena ...

Kebangkitan Pendidikan Nasional

Oleh KI SUPRIYOKO S ERATUS tiga tahun yang silam, tepatnya tanggal 20 Mei 1908, Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Suradji, Soewarno, Goembrek, Muhammad Saleh, R. Angka, dan kawan-kawan yang waktu itu tercatat sebagai pelajar pada sekolah pendidikan dokter Hindia, School tot Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA sepakat melahirkan organisasi sosial, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan politik yang diberi nama Boedi Oetomo. Lahirnya Boedi Oetomo memang melalui sejarah yang cukup panjang dan penuh dengan romantika. Bagaimanapun Boedi Oetomo lahir di lingkungan orang-orang Belanda sehingga tidak boleh terlalu "telanjang" yang dapat menimbulkan kemarahan pemerintah kolonial. Menurut sejarawan berkelas dunia yang berprofesi sebagai dosen pada Deparment of History, National University of Singapore (NUS), Prof. M. C. Ricklefs, B.A., Ph.D., FAHA, nama Wahidin Soedirohoesodo tidak tercatat di dalamnya karena memang tidak termasuk pendiri Boedi Oetomo. Ketika dia berdiskusi di pe...