Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 1992

Setelah 84 Tahun Kebangkitan Nasional: Konsumtif dan Snobisme Mewarnai Budaya Masyarakat

Oleh Kliwon Suyoto Kebangkitan nasional yang ditandai dengan lahirnya organisasi "Boedi Oetomo" 20 Mei 1908 pada hakekatnya merupakan "titik tolak" pengobaran semangat nasionalisme , untuk memperjuangkan kemerdekaan dari cengkeraman penjajah. Tetapi, setelah kemerdekaan dari penjajah tersebut didapatkan, bukan berarti semangat nasionalisme itu boleh luntur. Ia harus tetap lestari, harus mewarnai segala aspek kehidupan bangsa Indonesia dalam era pembangunan nasional. Kalau semangat nasionalisme  84 tahun yang lalu lebih berorientasi pada usaha menggalang persatuan  dan kesatuan , kini dalam era pembangunan, ia selain harus ditampilkan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan  bangsa, juga harus dapat memberikan nafas dalam semangat untuk membangun , sebagai aktivitas mengisi kemerdekaan dengan pembangunan  di segala bidang. Tidak hanya pembangunan dalam bentuk fisik, tetapi juga pembangunan mental  dan spiritual , yang menentukan ketangguhan dan kelestarian semangat

Masjid Agung Demak Menyimpan Banyak Misteri

T anggal 4 - 14 Juni 1992, Grebeg Besar-Demak digelar, bersamaan dengan Idul Adha yang jatuh pada Kamis, 11 Juni. Banyak kalangan memanfaatkan kesempatan itu, karena Demak, sebuah kota kecil 26 km sebelah timur Semarang - Jawa Tengah, menyimpan sejarah besar di Indonesia. Di kota inilah pernah berdiri kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Berwisata ke Demak, memang mengasyikkan. Obyek-obyeknya "nglumpuk" dalam kota. Masjid Agung Demak yang kawentar itu nongkrong di sana. Di dalamnya terpampang "Soko Tatal", Tiang Majapahit, Pintu Bledek, "Kentongan" dan tasbih karya Sunan Kalijaga. Hanya berjarak 2,5 km dari Masjid Demak dapat dijumpai Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga). Di komplek ini juga disemayamkan R. Wilotikto (Bupati Tuban), dan Dewi Rasawulan, ayah dan adik Sunan Kalijaga. Komplek ini ramai saat "Grebeg Besar" bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijah. Makam Sunan Kalijaga hanya dibuka setiap Jumat Pahing, Pon dan Kliwon. Hingga kini komplek

Mengenang Hari Sumpah Pemuda Ke-50: Latar Belakang dan Dimensi Sejarah Hari Sumpah Pemuda

Oleh : Dr. H. Roeslan Abdulgani LIMA PULUH tahun yang lalu, pada 28 Oktober 1928, pemuda-pemuda kita, yang masih diliputi oleh emosi-kekuasaan dan rasa kedaerahan, menyatakan niat dan tekadnya untuk bersatu di bawah naungan Sumpah: Satu Bangsa, Satu Tanah Air, dan Satu Bahasa. Hal itu dinyatakan oleh wakil-wakil organisasi pemuda: "Jong Java", "Jong Sumatera", "Sekar Rukun" (Pemuda Sunda), "Jong Celebes" (Sulawesi Muda), "Jong Islamieten Bond" (Pemuda Islam), "Pemuda Kaum Betawi", "Pemuda Indonesia", dan "Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia" di Gedung Kramat 106 di Jakarta. Pemuda-pemuda itu sedang mengadakan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia yang ke-II. Memang benar! Lahirnya Hari Sumpah Pemuda itu di Kota Jakarta. Namun benih-benihnya sudah lebih dulu ditaburkan di kota-kota lain. Malahan juga sudah dijalankan dalam praktek perjuangan. Siapa yang dengan cermat mengikuti kronologi sejarah Tanah Air kita se

Nasionalis

Kata Nasionalis terkadang dikonotasikan dengan faham yang kontra Pancasila. Karena kata ini pernah digelar bersama-sama dengan kata komunis  dalam pemerintahan Orde Lama . Akibatnya, orang akan segera dibayangi dengan trauma  peristiwa G.30.S/PKI, yang dinafasi dengan ajaran Nasakom--'Nasionalis - Agama - Komunis.'  Pemikiran ini sebenarnya salah kaprah , karena hanya mengkaitkan kata tersebut dengan pengalaman sejarah. Tanpa berusaha melihat makna kata yang sesungguhnya secara mendasar. Arti sesungguhnya dari kata Nasionalis  tadi adalah mencintai Nusa dan Bangsa . Jadi, meskipun sekarang ini merupakan era Demokrasi Pancasila, kata Nasionalis  bukan merupakan hal yang tabu  untuk diucapkan. Karena, kehadiran individu bangsa Indonesia yang memiliki jiwa Nasionalis masih tetap diharapkan. Meskipun yang lebih diharapkan lagi, mereka yang Nasionalis  sekaligus Pancasilais.  Cinta kepada nusa dan bangsa menurut pandangan salah seorang aktivis pergerakan Kebangkitan Nasional  84 tah

Rangkaian Peristiwa Bandung Lautan Api (Habis) "Pejuang Dulu Baru Prajurit"

Oleh AH NASUTION DALAM rangka serangan umum itu perlu saya sebut prakarsa-prakarsa istimewa dari Mayjen dr. Mustopo, yang oleh Menteri Pertahanan diperbantukan kepada saya, setelah peristiwa-peristiwa pertempuran Surabaya dan sekitarnya. Jend. ini bermarkas di Subang untuk tugas di front Bandung Utara. Ia adakan siaran radio untuk psy-war, pula ia datangkan dari Jawa Tengah sejumlah wanita-wanita tunasusila serta sepasukan orang-orang hukuman yang diambil dari penjara-penjara dengan pesan: Boleh bergiat di daerah musuh, terutama terhadap prajurit-prajurit musuh. Pada suatu inspeksi saya dilapori tentang hasilnya perampokan-perampokan di daerah musuh, tapi pula saya mendapat laporan, bahwa ada taruna Akademi kita yang sedang praktek di front itu jadi korban wanita tunasusila itu. Suatu experimennya yang lain ialah untuk dapatnya prajurit hidup seperti "ikan dalam air" dengan rakyat, diusahakan kawin dengan gadis setempat. Saya tak tahu berapa luasnya kejadian, tad

Rangkaian Peristiwa Bandung Lautan Api (4) Perintah: Bumi-hanguskan Semua Bangunan

Oleh AH NASUTION Bandung Lautan Api Setelah di pos komando, oleh kepala staf diperlihatkan "kawat dari Yogya" tanpa alamat si pengirim: "Tiap sejengkal tumpah darah harus dipertahankan." Maka mulailah perundingan-perundingan, dengan sipil, dengan badan perjuangan dan dengan komandan-komandan resimen 8 serta Pelopor. Pihak sipil meminta sekali lagi kepada panglima div Inggris untuk menunda batas waktu, agar rakyat dapat ditenangkan dan diatur. Tapi Inggris menolak. Walikota berpidato, bahwa pemerintah sipil menaati instruksi pemerintah pusat dan akan tetap berada bersama rakyat di dalam kota. Letkol. Sutoko menyarankan: ke luar bersama rakyat. Letkol Omon A. Rahman menyatakan: resmi taat, tapi sebagai rakyat berjuang terus. Mayor Rukmana: ledakan terowongan Citarum di Rajamandala, supaya kita buat "Bandung Lautan Api" dan "Bandung Lautan Air". Keadaan amat emosional Sebagai panglima penanggung jawab saya putuskan akhirn

Rangkaian Peristiwa Bandung Lautan Api (3) Pasukan RI Mengadang Konvoi Inggris

Oleh AH Nasution Prolog Bandung Lautan Api Bulan Maret 1946 terjadilah hal-hal yang kita khawatirkan semula yang membawa kita kepada peristiwa sejarah "Bandung Lautan Api", korban-korban yang tak bisa dielakkan dalam kondisi politik dan militer dewasa itu. Namun bagi kemerdekaan dan kedaulatan tiada korban yang terlalu mahal. Inisiatif yang menjuruskan kita ke Bandung Lautan Api itu datang dari kedua pihak. Di satu pihak Inggris menuntut kebebasan untuk mengambil pasukan-pasukan Jepang dan menginternir diri di daerah Lembang dan Sukabumi. Pemerintah pusat logis menyetujuinya, tapi pemuka-pemuka rakyat dan TKR tak mungkin dapat menyetujuinya. Di pihak kita panglima komandemen memerintahkan gangguan-gangguan supaya ditingkatkan terhadap konvoi-konvoi Inggris antara Puncak-Bandung, yang meliputi daerah div. saya. Kebetulan mobil beliau telah tersasar dengan tidak berdaya di tengah-tengah konvoi-konvoi Inggris yang melewati Puncak. Saya dipanggil ke Purwakarta da
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...