Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 1983

Catatan Sejarah Perjuangan Bangsa: Pergerakan Wahidin Soedirohoesodo Beranjak dari Sebuah Desa Kecil

Oleh: Sudarto Wartawan Suara Karya Hari lahirnya Boedi Oetomo, tanggal 20 Mei 1908, yang kini ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan Nasional, untuk ke-75 kalinya diperingati oleh seluruh bangsa Indonesia tanggal 20 Mei lalu. Hal ini dilakukan sebagai penghormatan, dan rasa terima kasih segenap bangsa Indonesia terhadap para pendiri Boedi Oetomo, yang telah mampu membangkitkan pergerakan bangsa Indonesia, hingga bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya, dan mengusir kaum penjajah dari bumi Nusantara. Sudah menjadi catatan sejarah, Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 1908 telah mampu menggerakkan pemuda Indonesia ke arah persatuan, dan kesatuan bangsa, hingga mereka tanggal 28 Oktober 1928 mencetuskan Sumpah Pemuda, Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Indonesia. Semangat Kebangkitan Nasional tidak hanya berhenti sampai di situ, sebab ia terus memancarkan sinarnya di dada setiap insan Indonesia, yang kemudian meledak menjadi api perjuangan merebut kemerdekaan, dan tanggal 17 Agustus 1945

Sekali Lagi Nasionalisme

Oleh Deliar Noer PADA waktu akhir-akhir ini pembicaraan dan komentar berbagai pihak tentang nasionalisme agak ramai lagi. Ada yang berpendapat bahwa nasionalisme masih kuat, ada yang tidak; malah ada yang menilai telah terjadi erosi nasionalisme. Betapapun masalah nasionalisme memang terus jadi pembahasan. Kalau memang nasionalisme masih kuat, masih diperlukan juga ulasan dan pemikiran untuk memeliharanya. Apalagi kalau memang nasionalisme menipis. Tetapi cermin erosi nasionalisme, menurut setengah orang, terletak antara lain pada kaos oblong yang bertuliskan nama dan kata-kata asing, bukan nama dan kata-kata lingkungan nasional (artinya lingkungan sendiri). Orang juga menghubungkan soal nasionalisme ini pada nama teater tempat gambar hidup ditayangkan (seperti yang berlaku di zaman Demokrasi Terpimpin yang menyebabkan Metropole berganti menjadi Megaria); tetapi yang kini bermunculan kembali dalam dada teater baru: New Garden Hall, President, Century, New Rawamangun, New City, dan seb

Nasionalisme dan Nasion Indonesia

Oleh: A. Agoes Sriyono Pembicaraan di sekitar masalah nasionalisme di berbagai media massa akhir-akhir ini menghangat lagi. Pengertian nasionalisme yang secara tradisional biasanya mewujud dalam bentuk gerakan atau perjuangan kemerdekaan suatu bangsa kini mulai ditinggalkan. Kini orang mulai mempertanyakan makna nasionalisme dalam kaitan dengan perkembangan dunia modern. Nasionalisme kini ditautkan dengan modernisasi yang ternyata punya sisi negatif dan oleh sebagian orang dikhawatirkan dapat melunturkan nasionalisme. Bertolak dari pemikiran ini kemudian muncullah gagasan perlunya nasionalisme baru, nasionalisme yang tanggap terhadap kemajuan dan perubahan zaman. Namun sampai saat ini ternyata belum ada satu konsep pun yang dapat diterima sebagai konsep nasionalisme baru, karena memang terasa sulit merumuskan. Kesulitan merumuskan konsep nasionalisme baru menurut pendapat saya terutama disebabkan kurang dipahaminya secara mendalam pengertian nasion (bangsa) Indonesia sebagai akar nasio
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...