Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2002

Mengenang 60 Tahun Masa Penjajahan Dai Nippon (4): Indonesia Merdeka di Kemudian Hari

Oleh HARYADI SUADI Pada puntjak penderitaan rakjat kita, djiwa rakjat kita mulai gelisah, peperangan Djepang mulai kendur, kekalahan mereka mulai terbau (tercium Pen), maka lahirlah "Indonesia merdeka di kemudian hari" jang sebenarnya "djandji kemerdekaan di hari kemudian" atau di hari kiamat. (Dr. Abu Hanifah dalam bukunya "Tjita Tjita Perdjoangan" 1946) TELAH diceritakan dalam seri yang lalu bahwa sejak akhir Agustus 1944, ribuan romusha sudah mulai digiatkan secara maksimal di dalam maupun luar Jawa dan bahkan sampai ke negara tetangga. Namun dalam beberapa bulan kemudian akibat buruk dari kerja paksa ini mulai nampak. Bahwasanya akibat yang tidak diinginkan ini bakal terjadi, sejak jauh hari memang sudah bisa diduga. Masalahnya pemerintah Jepang dengan seribu satu macam janji muluknya dalam menjaga kondisi para "pahlawan pembangunan" ini, pasti hanya omong kosong belaka. Buktinya sudah sangat banyak berjatuhan korban akibat kelaparan da

Piagam Jakarta: Masih Perlukah Dimunculkan Kembali?

Oleh Mohammad Anwar Syarifuddin M ENCERMATI perkembangan akhir-akhir ini mengenai pembahasan perubahan UUD 1945, tiap anak bangsa dengan hati jernih perlu merenungkan kembali, apa sebenarnya cita-cita para pendiri bangsa ini saat mereka merumuskan UUD 1945. Sudah demikian panjang sejarah konstitusi ini, dan belum pernah bisa memuaskan semua pihak. Tulisan ini menggagas apakah kita masih perlu atau tidak memunculkan kembali Piagam Jakarta ke dalam teks konstitusi? Piagam Jakarta adalah sebuah hasil gentlement agreement  pada 22 Juni 1945 yang direncanakan bakal menjadi rancangan naskah pembukaan bagi konstitusi Indonesia merdeka. Naskah piagam sedikit berbeda dari Pembukaan UUD 1945 dengan menyebut " ...negara berdasarkan ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya..." Namun, klausul ini diubah pada 18 Agustus 1945. Sejak saat itu usulan untuk menghidupkan kembali Piagam Jakarta selalu menjadi kontroversi. Keberatan terhadap rancangan konstitu

Mengenang 60 Tahun Masa Penjajahan Dai Nippon (3): Romusha Pembawa Sengsara

Oleh HARYADI SUADI Indonesia menderita di jaman Jepang Ya seperti di masa-masa, wilayah Asia Yang dijadikan jajahannya, dikuras kekayaannya Diperas tenaganya seperti romusha  (Sajak Wing Kardjo "Hiroshima kota itu namanya") DALAM sejarah masa pendudukan Jepang, romusha tercatat sebagai suatu organisasi buatan penguasa yang terburuk dalam hal menyengsarakan rakyat Indonesia. Boleh jadi romusha merupakan perbuatan Jepang yang telah menimbulkan malapetaka yang tidak terperikan dan tiada duanya dalam sejarah Perang Dunia ke-2. Dan seperti halnya Kenpei Tai dengan kekejamannya, juga romusha dengan segala kegiatan dan akibatnya, telah menimbulkan mimpi buruk yang sangat mendalam bagi bangsa kita. Gagasan mendirikan organisasi Romusha, muncul dalam sidang "Chuo Sangi In" ke-IV yang berlangsung antara tanggal 12 s/d 16 Agustus 1944. "Chuo Sangi In" atau "Dewan Pertimbangan Pusat" adalah DPR yang dibentuk penguasa Jepang di mana bangsa kita diiz

Mengenang 60 Tahun Masa Penjajahan Dai Nippon (2): "Lebih Baik Dijajah Belanda," Kata Bung Hatta

Oleh HARYADI SUADI "Jika Indonesia akan tetap menjadi tanah jajahan, lebih baik dijajah Belanda daripada bangsa mana pun termasuk Jepang." (Tulisan Bung Hatta dalam "Harian Pemandangan") DALAM menjalankan roda pemerintahannya selama tiga setengah tahun, rezim Balatentara Dai Nippon telah menggunakan tangan besi, otoriter dan super kejam. Memang suasana di masa itu dari hari ke hari semakin terasa pengap. Segala tindakan rakyat selalu diawasi oleh Kenpei Tai (polisi militer Jepang) yang memang tugasnya adalah berkeliling kota untuk memata-matai gerak-gerik penduduk. Menjalankan kewajiban hidup sehari-hari pun semakin heurin usik  (sukar bergerak) alias terbelenggu karena selalu dibayangi tekanan dan aturan yang sifatnya di luar kemampuan manusia. Dalam segala bidang dari hal yang besar sampai soal sepele, selalu diatur oleh aturan yang terkadang tidak masuk di akal serta terkesan mengada-ada. Penulis Adi Negoro dalam bukunya "Bajangan Pergolakan Dunia"

60 Tahun Masa Penjajahan Dai Nippon (1): Zaman Jepang dan Derita "Seumur Jagung"

Oleh HARYADI SUADI TIGA setengah tahun Djepang di tanah air kita. Ini berarti tiga setengah tahun lamanja djiwa Indonesia dimatikan, kebangsaan Indonesia dipadamkan, kebudajaan Indonesia diperkosa, kiblat Umat Islam diubah dari Barat ke Timur, fikiran dihentikan, kemauan diganti dengan kebaktian kepada Radja Djepang, kekajaan Indonesia dipindahkan, dan putra Indonesia diromusakan sampai hantjur lebur .... (Dikutip dari buku "Tjita Tjita Perdjoangan" 1946 oleh Dr. Abu Hanifah TANGGAL 8 Maret 1942, 60 tahun silam, di lapang udara Kalijati, Subang Purwakarta, telah terjadi suatu peristiwa yang terhitung penting dalam sejarah Indonesia. Peristiwa yang dimaksud adalah perundingan antara Balatentara Dai Nippon dan Pemerintah Hindia Belanda. Dalam peristiwa yang kemudian disebut "Perundingan di Kalijati" itu, fihak Belanda telah menyatakan bertekuk lutut tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang berjaya selama tiga setengah a
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...