Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2003

Masjid-masjid Tua di Pecinan

Oleh Alwi Shahab G lodok atawa Pecinan bukan hanya jadi kawasan dagang, tapi di antara bangunan bersejarah dan berusia ratusan tahun juga terdapat area agamis. Kawasan Jakarta yang menjadi pusat perdagangan dan bisnis di pecinan yang konon pada 1960-an menjadi tempat perputaran sekitar 70 persen uang di Indonesia ini juga memiliki belasan masjid yang usinya tidak kalah dengan kota tua itu sendiri. Berdekatan dengan pusat bisnis yang hiruk pikuk di China Town itu, di belakang Pasar Pagi terdapat masjid kecil. Masjid bernama Al-Anshor ini, menurut salah seorang pengurusnya, dibangun 355 tahun lalu (1648). Menurut keterangan masjid ini didirikan para pendatang India dari Malabar. Sebagaimana masjid-masjid tua di DKI, setelah mengalami renovasi biasanya gaya lamanya menghilang atau agak hilang. Untungnya empat buah tiang penyangga masjid Al-Anshor ini masih utuh, sekalipun telah berusia 3 1/2 abad. Masjid yang dulu di sekitarnya terdapat pemakaman umum itu kini menyatu dengan rumah-rumah p

Indonesia Sudah Merdeka, Bendera Harus Berkibar

Keganasan tentara Jepang selama tiga tahun lalu disusul tentara Belanda yang kembali berkuasa setelah Dai Nippon bertekuk lutut pada tanggal 14 Agustus 1945, membuat banyak masyarakat di Sulawesi Selatan pada waktu itu merasa ketakutan. Jarang di antara mereka mau membantah ataupun melawan kebijaksanaan tentara kolonial walaupun diketahuinya hal yang dilakukan itu tidak benar. Mereka tahu jika membantah kebijakan tentara kolonial, keselamatan pasti tidak terjamin. Mati atau menderita cacat seumur hidup, itu pasti akan dialami jika melawan pemerintah kolonial. Di tengah rasa ketakutan itu, seorang pemuda bernama Andi Matalatta yang pernah mendapat latihan militer dari tentara Jepang, memberanikan untuk menantang kebijakan Pemerintah Kolonial Belanda yang melarang warga pribumi memasang bendera Sangsaka Merah Putih. Ia sangat berkeinginan agar Sangsaka Merah Putih dapat segera berkibar di kota Makassar. Apalagi setelah mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan RI yang dibacakan oleh

Proklamasi dan Rahmat Tuhan

Harsudiyono Hartas Mantan Kassospol ABRI/TNI P roklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia 58 tahun lalu, benar-benar merupakan rahmat agung atau luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang dilimpahkan kepada negara dan bangsa Indonesia. Kiranya sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Esa, bahwa penjajahan Belanda harus berakhir, setelah menjajah selama 350 tahun. Jepang yang berupaya menguasai Asia Timur Raya, sempat menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Begitu singkatnya sampai orang Jawa mengatakan: " Mung seumur jagung Jepang njajah Indonesia ". Mengandung makna dalam Pada hari Jumat (legi) tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan. Di mana umat Islam sedang menunaikan ibadah puasa. Hari, bulan, dan tanggal proklamasi kemerdekaan, jika disimak dan diuraikan mengandung makna dalam sekali bagi tata kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Makna tersebut diambil dari ayat-ayat suci Alquran tidak sekadar rekayasa mengada-ada. Proklamasi kemerdekaan NKRI berl

Reinterpretasi Kebangkitan Nasional

Arif B Sholihah Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII T ulisan ini bukanlah sebuah pernyataan politik, atau bahkan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Tulisan ini hanya bermaksud melihat kembali sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri. Tulisan ini justru diilhami oleh sebuah peristiwa 'kimiawi' biasa, yakni jatuh cintanya seorang perempuan muda, Jawa, pada seorang pria muda, seorang insinyur pula. Ia, teman saya ini, kemudian berkeputusan untuk menyatakan cintanya pada pria pujaannya itu, dua hari yang lalu--saat purnama. Tentu saja tulisan ini tidak akan bercerita tentang 'prosesi' pengungkapan cinta tersebut, akan tetapi justru alasan kenapa kemudian si perempuan itu berkeputusan untuk mengekspresikan perasaannya itu menjadi menarik. Apalagi jika kita hubungkan dengan akhir bulan Mei, ketika semua orang memperingati apa yang dikenal luas sebagai Hari Kebangkitan Nasional--setiap 20 Mei. Tanpa bermaksud merendahkan Budi Oetomo yang pada saat itu menj

Peringati Hari Kebangkitan Nasional: Pemerintah Canangkan Kembali Gerakan Cinta Produk Dalam Negeri

JAKARTA, KOMPAS -- Menandai peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-95, pemerintah mencanangkan kembali gerakan cinta produk dalam negeri. Pencanangan tersebut akan ditandai dengan digelarnya kembali Pameran Produksi Indonesia (PPI), yang akan dibuka oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, Selasa (20/5) ini. Demikian disampaikan Menteri Komunikasi dan Informasi Syamsul Muarif dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (19/5). Menurut Syamsul, gerakan mencintai produk negeri sendiri tersebut bertolak dari upaya untuk mengangkat kembali perekonomian nasional. "Belajar dari negara-negara tetangga yang telah pulih dari krisis, perekonomian mereka bangkit karena dorongan semangat nasionalisme, yaitu kecintaan pada produk negeri sendiri," kata Syamsul. Menurut catatan Kompas , pernyataan pemerintah dengan kenyataan di lapangan sering kali bertolak belakang. Contoh seperti diwartakan kemarin, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini MS Suwandi menilai rasa kebanggaan terhadap pr

9 Maret 1942: Belanda Menyerah di Kalijati

61 tahun silam (9 Maret 1942- red ), di Pangkalan Udara (PU) Kalijati Kab. Subang Jabar telah terjadi peristiwa sangat penting. Suatu peristiwa yang menghiasi perjalanan sejarah bangsa Indonesia, pascakolonialisme Belanda, yaitu takluknya pemerintah dan tentara Belanda kepada Jepang di PU Kalijati (sekarang Lanud Suryadarma- red ). Kejadian bersejarah itu berlangsung setelah terjadi pertempuran mahadahsyat di seputar Subang-Bandung. Lewat pertempuran yang memakan banyak korban dari dua kubu itu, Jepang akhirnya mampu menghancurkan kubu pertahanan Belanda di Ciater Subang dan menguasainya (6 Maret 1942). Kemudian disusul dengan perundingan Jepang-Belanda di rumah dinas seorang Perwira Staf Sekolah Penerbang Hindia Belanda di PU Kalijati Subang. Dua hari kemudian, dalam tempo cukup singkat, secara resmi Belanda mengakui menyerah tanpa syarat kepada Jepang yang dituangkan dalam naskah penyerahan Hindia Belanda. Di awal perundingan, Jenderal Ter Poorten selaku Panglima Belanda han
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...