Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 1997

92 Tahun Syarikat Islam: Tonggak Kebangkitan Nasional yang Makin Terlupakan

Ketika Republika  menghubungi seorang kenalan di Banjarnegara, Jawa Tengah ihwal rencana meliput HUT ke-92 SI (Syarikat Islam) di Alun-alun "Kota Gilar-Gilar" ini, kawan itu justru keheranan. "Lho, masih hidup tho , Syarikat Islam? Saya kira sudah mati," ucapnya serius. Tentu itu pertanyaan yang menyiratkan kian kurang dikenalnya organisasi yang pernah mengharubirukan perpolitikan nasional zaman Hindia-Belanda. Pertanyaan serupa muncul pula dari sejumlah aktivis ormas Islam yang sempat ditemui Republika  dalam perjalanan ke kota itu. Agaknya, hanya di Banjarnegara lah SI punya pengaruh cukup besar. Ini diakui sejumlah fungsionaris DPP SI yang dikonfirmasi Republika  di sela-sela acara itu. Jumlah anggota SI sendiri, tutur Sekretaris Panitia Nasional ke-92 SI, H Barna Soemantri, kini sekitar 3,6 juta orang. Jumlah anggota yang relatif tak terlampau besar dibandingkan misalnya NU atau Muhammadiyah. Perhatian media massa juga tak banyak. HUT SI tingkat nasional yang di

Sunan Drajat dalam Perspektif Sejarah (Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)

Roeslan Abdulgani Konsultan pada BP-7 Pusat K esimpulan-kesimpulan apakah yang dapat kita tarik dari kedua kabar sejarah mengenai Sunan Drajat? Sebelum penulis menarik kesimpulan dari kedua kabar ini, terlebih dulu penulis kemukakan bahwa kabar yang pertama--yang penulis ambil dari kutipan Krom atas Babad Tanah Jawi , hendaklah jangan diartikan secara letterlijk , menurut aksaranya saja. Ini tidak berarti bahwa saya menyetujui kritik-kritik Barat seakan-akan penulisan sejarah kita oleh penulis-penulis bangsa kita dulu itu hanya fantasi belaka, melainkan saya ingin menekankan watak sosial-religius penulisan sejarah kita dulu ini. Karenanya, kita harus melihat situasi abad ke-15 di seluruh tanah air sebagai era datangnya pengaruh baru dari luar--yang bersumber pada perubahan rute perdagangan antara Barat dengan dunia Timur. Tanah air kita sejak abad ke-14 tersesat ke dalam arus perubahan rute perdagangan itu. Keperluan benua Eropa kepada sutera dari Tiongkok, kepada kain musli

Sunan Drajat dalam Perspektif Sejarah (Bagian Pertama dari Dua Tulisan)

Roeslan Abdulgani Konsultan pada BP-7 Pusat S alah satu segi yang sangat menarik dalam hasil studi tentang sejarah Sunan Drajat ialah kaitan sejarah hidupnya dengan para wali lain, yang dalam legenda dan tulisan kuno sering diberi nama "Wali Songo". Juga kaitan masalah kehadiran para wali di tanah air dengan sejarah asal dan jalur penyebaran Islam di kepulauan Nusantara umumnya, dan di pulau Jawa khususnya, dan lebih khusus lagi di Jawa Timur. Kehadiran para Wali ul-Allah memang ditegaskan dalam Alquran, khususnya dalam surat Yunus, ayat 62 dan 63: " Alaa inna auliyaa-al laahi laa khaufun 'alaihim walaa hum yah-zanuun(a). Alladziina aamanuu wa kaanuu yattaquun(a) ."--Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa khawatir atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa. Kita pun menyadari, bahwa sejarah kedatangan ajaran Islam ke Nusantara, baik yang langsung dari jazirah Arabia maup
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...