Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 1996

Partai-partai Politik Masa Pergerakan (3) Nafas Terakhir Kolonial Belanda

Oleh Agus Sopian GUBERNUR Jenderal De Graeff marah besar. Dalam kondisi begini, ia terperangkap ke dalam emosi-emosi yang tidak sepenuhnya terkontrol. Aura kearifannya pelan-pelan mulai berkurang, dan dia menjadi pemberang. De Graeff berang pada keadaan, pada kaum pergerakan, juga pada tersangka pelaku Pemberontakan 1926. Di ujung keberangannya, ia mengambil keputusan khas penguasa yang terjerembap ke dalam animosity . Tak heran bila kemudian, misalnya, dia mengirimkan para tersangka itu ke 'tempat peristirahatannya' masing-masing: sekitar 4500 orang dikirim ke balik jeruji besi, 1300 ke Digul, 4 orang dikirim ke liang kubur. Kebijakan Graeff yang pada akhirnya miring ke politik reaksioner dan represif, itu tentu saja menimbulkan rasa sebal buat sebagian kaum pergerakan, hingga beberapa di antara menceburkan ke kubangan radikalisme politik. Partai Nasionalisme Indonesia (PNI), berada di dalamnya. Di bawah kendali Soekarno, seorang insinyur brilian--yang terpilih dalam Kongres I

Partai-partai Politik Masa Pergerakan (2) Gelombang Radikalisme Anak Bangsa

Oleh Agus Sopian SEBELUM Indische Partij benar-benar terperosok ke lubang gelap sejarah dan gagal untuk bangkit lagi, benih-benih radikalisme politik tiba-tiba saja bersemi. Terlebih, setelah Indische Sociaal-Democratische Vereniging (ISDV) berdiri. Nanti, kita akan melihat betapa berhasilnya ISDV menjadikan ideologi Marxisme sebagai pil ecstasy yang membius massa untuk berlaku hiperaktif, untuk bertindak di luar kontrol, untuk melakukan pemberontakan prematur dan irrasional--namun akhirnya down  dengan segala nestapa yang mengekorinya. Sebagai partai politik, ISDV memang piawai dalam menghimpun massa. Dengan ideologi Marxis yang dimilikinya--oleh-oleh HJFM Sneevliet, seorang pemimpin buruh dari Negeri Belanda, yang juga anggota Sociaal Democratische Arbeiderspartij (Partai Buruh Sosial Demokrat) setempat--ISDV dalam tempo relatif cepat panen anggota dan simpatisan. Ketika menyimak prakondisi begitu kondusif untuk memuluskan ambisi politik yang diyakininya, menyebarkan ideologi yang di

Partai-partai Politik Masa Pergerakan (1) Dari 'Dunia Tunggal' ke Neologisme

Oleh Agus Sopian SEBENTAR lagi kita memperingati HUT ke-51 Hari Kemerdekaan Indonesia. Mungkin, ada baiknya kali ini kita menelusuri koridor sejarah yang terdekat dengan masa kemerdekaan itu: (yakni) masa pergerakan, suatu masa yang penuh dengan pergolakan politik, suatu masa yang memperkenalkan bangsa ini kepada medium perjuangan, kepada partai-partai politik. Berbekal sumber utama, Sejarah Nasional Indonesia terbitan Depdikbud (1975) dan sejumlah referensi lain, Agus Sopian, wartawan Bandung Pos yang sehari-harinya banyak meliput masalah politik dan keamanan, mengajak Anda, pembaca, untuk bersama-sama menyimak kiprah partai-partai politik saat itu--terutama sekali Indische Partij, Indische Sociaal-Democratische Partij, dan Partai Nasional Indonesia--yang (kebetulan) acap menimbulkan kontroversi historis hingga hari ini. Redaksi Van Dedem, seorang anggota parlemen, berpidato pada 1891. Dia menganjurkan Hindia Belanda agar segera direhabilitasi dari pelbagai macam kebangkrutan akibat p
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...