Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Kebangkitan Nasional dan Keharusan Masa Kini

Oleh TAUFIK ABDULLAH P ada 20 Mei 1948, ketika Republik Indonesia sedang mengalami suasana yang memprihatinkan, hari berdirinya Budi Utomo dirayakan sebagai "Hari Kebangkitan Nasional". Masyarakat-bangsa antusias merayakan hari yang telah diberi makna baru itu meskipun waktu itu sekian banyak "negara bagian" telah berdiri atas inisiatif atau dorongan Belanda. Dengan perayaan ini, pemerintah ingin mengatakan bahwa perjuangan bangsa telah berlangsung lama dan terwujudnya negara yang berdaulat adalah suatu kemestian mutlak. Tiga dasawarsa kemudian Orde Baru memaknai peristiwa itu sebagai tonggak pertama dalam proses pembentukan bangsa. Tonggak-tonggak simbolik setelah itu ialah Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928) dan akhirnya Proklamasi Kemerdekaan  (17 Agustus 1945). Jika kedua peristiwa historis menghasilkan mitos, maka Hari Kebangkitan Nasional adalah suatu rekaan mitologis yang imajinatif bagi peneguhan keutuhan bangsa. Kebangkitan kesadaran Ketika abad ke-20 dimasuki,

Kebangkitan Pendidikan Nasional

Oleh KI SUPRIYOKO S ERATUS tiga tahun yang silam, tepatnya tanggal 20 Mei 1908, Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Suradji, Soewarno, Goembrek, Muhammad Saleh, R. Angka, dan kawan-kawan yang waktu itu tercatat sebagai pelajar pada sekolah pendidikan dokter Hindia, School tot Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA sepakat melahirkan organisasi sosial, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan politik yang diberi nama Boedi Oetomo. Lahirnya Boedi Oetomo memang melalui sejarah yang cukup panjang dan penuh dengan romantika. Bagaimanapun Boedi Oetomo lahir di lingkungan orang-orang Belanda sehingga tidak boleh terlalu "telanjang" yang dapat menimbulkan kemarahan pemerintah kolonial. Menurut sejarawan berkelas dunia yang berprofesi sebagai dosen pada Deparment of History, National University of Singapore (NUS), Prof. M. C. Ricklefs, B.A., Ph.D., FAHA, nama Wahidin Soedirohoesodo tidak tercatat di dalamnya karena memang tidak termasuk pendiri Boedi Oetomo. Ketika dia berdiskusi di pe

Kebangkitan Nasional

Maka kalaulah upaya kebangkitan nasional selalu gagal, kita harus berintrospeksi: jangan-jangan rasa kebersamaan itu kini sudah berkurang, kalau dikatakan tidak ada. B ANGSA Indonesia menandai tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Semua warga negara berharap negeri ini akan bangkit, lepas landas, dan terbang sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Walaupun sudah tumbuh menjadi negara demokrasi, hingga kini Indonesia belum disejajarkan sebagai negara yang sudah berkembang. Setiap periode kita berharap bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa besar. Pada zaman Orde Lama misalnya, kita bermimpi menjadi pemimpin negara berkembang. Soekarno mengeklaim Indonesia sebagai pemimpin new emerging forces  (Nefos), tetapi kemudian rontok karena friksi di dalam. Pada zaman Orde Baru, Indonesia pernah mencanangkan Kebangkitan Nasional II pada 10 Agustus 1995, yang ditandai dengan keberhasilan Indonesia membuat pesawat N-250. Pada kurun waktu yang sama dunia memuji Indonesia sebagai "macan As

Jangan Letih Mengindonesia

A pakah Indonesia mau bangkrut? Pertanyaan itu muncul dari ngalor-ngidul  bicara saat mencari aktualisasi Hari Kebangkitan Nasional 2011. Judul tulisan ini dimodifikasi dari kalimat Sutan Sjahrir dalam Renungan Indonesia . Selengkapnya berbunyi: "Aku cinta pada negeri ini, terutama barangkali karena aku selalu mengenal mereka sebagai pihak yang menderita, pihak yang kalah." Sjahrir kritis terhadap Indonesia, tidak lelah memperjuangkan sosialisme untuk Indonesia dengan senantiasa dilandasi cinta yang tidak pernah letih, terutama dalam upaya mengembangkan Indonesia (Mengindonesia) bernapaskan kemanusiaan. Setelah 103 tahun kebangkitan nasional, bangsa Indonesia kini terjerat dalam politik pencitraan dan perilaku kurang terpuji elitenya. Kita tidak bermaksud bernostalgia dengan masa lalu, tetapi menangkap semangat luhur penuh inspiratif yang disampaikan bapak-bapak bangsa, di antaranya Sjahrir. Menyikapi kondisi memprihatinkan negeri ini secara kritis, membangun kesadaran bersam

Kebangkitan Kesadaran

Oleh AHMAD SYAFII MAARIF T entang waktu permulaan Kebangkitan Nasional, saya berbeda pendapat dengan ketetapan resmi, tetapi tidak perlu dibicarakan di sini. Yang penting dalam suasana bulan Mei 2011 ini kita melakukan refleksi tentang keindonesiaan kita dengan harapan dapat menggugah kesadaran batin bersama akan makna tanggung jawab kolektif terhadap bangsa yang sudah merdeka selama hampir 66 tahun. Jika kesadaran itu tetap saja tumpul dan rapuh, segala peringatan--apa pun bentuk dan coraknya--adalah sebuah kesia-siaan. Dalam pantauan saya, ditinjau dari sistem nilai konstitusi kita, perjalanan bangsa ini semakin kehilangan arah, sementara sebagian besar para elite seperti tidak hirau dan tidak peduli. Pragmatisme politik dan ekonomi telah semakin memperparah situasi kebangsaan kita. Retrospeksi sejarah Menurut catatan Leslie H Palmier, sampai dengan Proklamasi Kemerdekaan 1945, dalam perspektif hubungan kekuasaan di Nusantara, ada tiga kelompok sosial penting yang interaksi mereka me

"Abangan"

Oleh AJIP ROSIDI I STILAH abangan berasal dari bahasa Jawa, artinya "orang-orang merah", yaitu untuk menyebut orang yang resminya memeluk agama Islam, tetapi tidak pernah melaksanakan syariah seperti salat dan puasa. Istilah itu biasanya digunakan oleh kaum santri  kepada mereka yang resminya orang Islam tetapi tidak taat menjalankan syariah dengan nada agak merendahkan. Sebagai lawan dari istilah abangan  ada istilah putihan , yaitu untuk menyebut orang-orang Islam yang taat melaksanakan syariat. Kalau menyebut orang-orang yang taat menjalankan syariat dengan putihan  dapat kita tebak mungkin karena umumnya mereka suka memakai baju atau jubah putih. Akan tetapi sebutan abangan-- apakah orang-orang itu selalu atau umumnya memakai baju berwarna merah? Rasanya tidak. Sebutan abangan  itu biasanya digunakan oleh orang-orang putihan , karena orang "abangan" sendiri menyebut dirinya "orang Islam". Istilah abangan  menjadi populer sejak digunakan oleh Clifford
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...