BARUS, KOMPAS -- Presiden Joko Widodo meminta seluruh umat beragama untuk merawat dan menjaga keberagaman agar bisa menjadi kekuatan bangsa. Presiden menilai, pergesekan antarpemeluk agama selama ini kerap terjadi pada kontestasi politik. Presiden menyampaikan hal tersebut saat meresmikan Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Jumat (24/3). Presiden juga mengunjungi pemakaman kuno Al-Mahligai. Presiden didampingi Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi, Ketua Dewan Ulama Jam'iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) Syeikh Ali Akbar Marbun, dan sejumlah menteri Kabinet Kerja. "Saya titip kepada kita semuanya, terutama kepada para ulama, agar disebarkan, diingatkan, dan dipahamkan bahwa kita adalah saudara. Kalau kita merawat dan bisa mempersatukan, ini adalah sebuah kekuatan besar," ujar Presiden Jokowi. Menurut Presiden, kekayaan Indonesia justru ada pada keberagamannya. Jika di negara lain hanya ada dua atau tiga suku, di I
Bagi masyarakat Ambarawa, ada rasa bangga karena hadirnya Monumen Palagan dan Museum Isdiman. Monumen itu mengingatkan pada peristiwa 15 Desember 1945, saat di Ambarawa ini terjadi suatu palagan yang telah mencatat kemenangan gemilang melawan tentara kolonial Belanda. Dan rasa kebanggaan itu juga karena di Ambarawa inilah terdapat makam pahlawan dr Tjipto Mangoenkoesoemo. Untuk mencapai makam ini, tidaklah sulit. Banyak orang mengetahui. Di samping itu di Jalan Sudirman terdapat papan petunjuk. Pagi itu, ketika penulis tiba di kompleks pemakaman di kampung Kupang, keadaan di sekitar sepi. Penulis juga agak ragu kalau makam dr Tjipto itu berada di antara makam orang kebanyakan. Tapi keragu-raguan itu segera hilang sebab kenyataannya memang demikian. Kompleks pemakaman itu terbagi menjadi dua, yakni untuk orang kebanyakan, dan khusus famili dr Tjipto yang dibatasi dengan pintu besi. Makam dr Tjipto pun mudah dikenali karena bentuknya paling menonjol di antara makam-makam lainnya. Sepasan