Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 1992

10 November Dikenang Pejuang dan Musuh

P ertempuran 10 November 1945 di Surabaya sudah lama menjadi catatan sejarah. Namun perang yang penuh dengan pahit dan getir itu tidak akan pernah hapus dari kenangan bangsa Indonesia. Peristiwa 10 November 1945 sering dianggap sebagai peristiwa bersejarah terbesar kedua setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.  Selasa besok bangsa Indonesia kembali akan memperingati kenangan heroik 47 tahun lalu itu. Di Surabaya sendiri peringatannya dilangsungkan Senin malam ini. Tempatnya di lokasi pusat pertempuran dulu, yakni depan Hotel Oranye atau Hotel Majapahit Jalan Tunjungan. Berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya, peringatan Hari Pahlawan di Surabaya tahun ini akan memancarkan warna lain. Hal ini terutama dengan bakal hadirnya seorang warga negara Inggris bernama Charles Mallaby. Orang ini bukan warga negara Inggris sembarangan. Dialah anak lelaki almarhum Brigjen AWS Mallaby, Komandan Brigade ke-49 dari Divisi 23 Komando Pasukan Sekutu di Asia Tenggara. Brigjen Mallaby tewas t...

Amanat Sri Sultan dan Sri Paku Alam Tanggal 30 Oktober 1945

Oleh G Moedjanto T untasnya pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui proses tarik-menarik antara disintegrasi dan integrasi. Sebelum 1900 orang Indonesia dari berbagai daerah berjuang dalam ikatan primordial berupa kelompok etnis atau daerah kesukuan. Etnisitas atau lokalitas mereka terlalu menonjol (dominan). Meskipun pemerintah kolonial Belanda menjadikan Indonesia sebagai satu koloni, tetapi terang-terangan atau pun terselubung, ia memprakarsai politik devide et impera  dan itu dipraktikkan sampai KMB dalam tahun 1949.  Walaupun demikian proses integrasi bangsa Indonesia--yang pada hakikatnya sudah berasal dari zaman kuna--berproses terus. Daerah Yogyakarta tidak terbebas dari kondiri tarik-menarik yang demikian itu. Yogyakarta, yang merupakan lokalitas Mataram asli, pernah memegang peranan yang penting dalam proses integrasi dalam zaman Sultan Agung. Akan tetapi karena integrasi yang diciptakan pada waktu itu belum tuntas, di dalamnya masih terdapat begitu ba...

Setelah 84 Tahun Kebangkitan Nasional: Konsumtif dan Snobisme Mewarnai Budaya Masyarakat

Oleh Kliwon Suyoto Kebangkitan nasional yang ditandai dengan lahirnya organisasi "Boedi Oetomo" 20 Mei 1908 pada hakekatnya merupakan "titik tolak" pengobaran semangat nasionalisme , untuk memperjuangkan kemerdekaan dari cengkeraman penjajah. Tetapi, setelah kemerdekaan dari penjajah tersebut didapatkan, bukan berarti semangat nasionalisme itu boleh luntur. Ia harus tetap lestari, harus mewarnai segala aspek kehidupan bangsa Indonesia dalam era pembangunan nasional. Kalau semangat nasionalisme  84 tahun yang lalu lebih berorientasi pada usaha menggalang persatuan  dan kesatuan , kini dalam era pembangunan, ia selain harus ditampilkan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan  bangsa, juga harus dapat memberikan nafas dalam semangat untuk membangun , sebagai aktivitas mengisi kemerdekaan dengan pembangunan  di segala bidang. Tidak hanya pembangunan dalam bentuk fisik, tetapi juga pembangunan mental  dan spiritual , yang menentukan ketangguhan dan kelestarian sema...

Perjuangan Pers di Masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda

Oleh Djamal Marsudi Dalam gerakan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, pers nasional merupakan senjata yang ampuh guna melumpuhkan dan menumbangkan kekuasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda yang telah bercokol di Indonesia selama 350 tahun lamanya. Maka tepat sekali sambutan Presiden Soeharto pada Hari Ulang Tahun PWI beberapa tahun yang lalu, beliau antara lain mengatakan: Pena adalah lebih tajam daripada senjata. Oleh karena itu, bersamaan dengan timbulnya kaum pergerakan, timbullah berbagai ragam surat kabar harian, majalah, dan kantor berita yang pada umumnya bersifat perjuangan. Berkali-kali surat kabar-surat kabar Indonesia itu "dibredel" pemerintah Hindia Belanda. Wartawan-wartawannya diborgol dan dipenjarakan tidak sedikit, tetapi perjuangan pers tetap berjalan. Pada tahun 1937, yang berarti menjelang pecah Perang Dunia II, atas usaha-usaha pemuda wartawan yang dinamis didirikan sebuah kantor berita nasional bernama "Antara" yang lahir pada ta...

Masjid Agung Demak Menyimpan Banyak Misteri

T anggal 4 - 14 Juni 1992, Grebeg Besar-Demak digelar, bersamaan dengan Idul Adha yang jatuh pada Kamis, 11 Juni. Banyak kalangan memanfaatkan kesempatan itu, karena Demak, sebuah kota kecil 26 km sebelah timur Semarang - Jawa Tengah, menyimpan sejarah besar di Indonesia. Di kota inilah pernah berdiri kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Berwisata ke Demak, memang mengasyikkan. Obyek-obyeknya "nglumpuk" dalam kota. Masjid Agung Demak yang kawentar itu nongkrong di sana. Di dalamnya terpampang "Soko Tatal", Tiang Majapahit, Pintu Bledek, "Kentongan" dan tasbih karya Sunan Kalijaga. Hanya berjarak 2,5 km dari Masjid Demak dapat dijumpai Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga). Di komplek ini juga disemayamkan R. Wilotikto (Bupati Tuban), dan Dewi Rasawulan, ayah dan adik Sunan Kalijaga. Komplek ini ramai saat "Grebeg Besar" bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijah. Makam Sunan Kalijaga hanya dibuka setiap Jumat Pahing, Pon dan Kliwon. Hingga kini komplek ...

Mengenang Hari Sumpah Pemuda Ke-50: Latar Belakang dan Dimensi Sejarah Hari Sumpah Pemuda

Oleh : Dr. H. Roeslan Abdulgani LIMA PULUH tahun yang lalu, pada 28 Oktober 1928, pemuda-pemuda kita, yang masih diliputi oleh emosi-kekuasaan dan rasa kedaerahan, menyatakan niat dan tekadnya untuk bersatu di bawah naungan Sumpah: Satu Bangsa, Satu Tanah Air, dan Satu Bahasa. Hal itu dinyatakan oleh wakil-wakil organisasi pemuda: "Jong Java", "Jong Sumatera", "Sekar Rukun" (Pemuda Sunda), "Jong Celebes" (Sulawesi Muda), "Jong Islamieten Bond" (Pemuda Islam), "Pemuda Kaum Betawi", "Pemuda Indonesia", dan "Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia" di Gedung Kramat 106 di Jakarta. Pemuda-pemuda itu sedang mengadakan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia yang ke-II. Memang benar! Lahirnya Hari Sumpah Pemuda itu di Kota Jakarta. Namun benih-benihnya sudah lebih dulu ditaburkan di kota-kota lain. Malahan juga sudah dijalankan dalam praktek perjuangan. Siapa yang dengan cermat mengikuti kronologi sejarah Tanah Air kita se...

Nasionalis

Kata Nasionalis terkadang dikonotasikan dengan faham yang kontra Pancasila. Karena kata ini pernah digelar bersama-sama dengan kata komunis  dalam pemerintahan Orde Lama . Akibatnya, orang akan segera dibayangi dengan trauma  peristiwa G.30.S/PKI, yang dinafasi dengan ajaran Nasakom--'Nasionalis - Agama - Komunis.'  Pemikiran ini sebenarnya salah kaprah , karena hanya mengkaitkan kata tersebut dengan pengalaman sejarah. Tanpa berusaha melihat makna kata yang sesungguhnya secara mendasar. Arti sesungguhnya dari kata Nasionalis  tadi adalah mencintai Nusa dan Bangsa . Jadi, meskipun sekarang ini merupakan era Demokrasi Pancasila, kata Nasionalis  bukan merupakan hal yang tabu  untuk diucapkan. Karena, kehadiran individu bangsa Indonesia yang memiliki jiwa Nasionalis masih tetap diharapkan. Meskipun yang lebih diharapkan lagi, mereka yang Nasionalis  sekaligus Pancasilais.  Cinta kepada nusa dan bangsa menurut pandangan salah seorang aktivis pergerak...

Rangkaian Peristiwa Bandung Lautan Api (Habis) "Pejuang Dulu Baru Prajurit"

Oleh AH NASUTION DALAM rangka serangan umum itu perlu saya sebut prakarsa-prakarsa istimewa dari Mayjen dr. Mustopo, yang oleh Menteri Pertahanan diperbantukan kepada saya, setelah peristiwa-peristiwa pertempuran Surabaya dan sekitarnya. Jend. ini bermarkas di Subang untuk tugas di front Bandung Utara. Ia adakan siaran radio untuk psy-war, pula ia datangkan dari Jawa Tengah sejumlah wanita-wanita tunasusila serta sepasukan orang-orang hukuman yang diambil dari penjara-penjara dengan pesan: Boleh bergiat di daerah musuh, terutama terhadap prajurit-prajurit musuh. Pada suatu inspeksi saya dilapori tentang hasilnya perampokan-perampokan di daerah musuh, tapi pula saya mendapat laporan, bahwa ada taruna Akademi kita yang sedang praktek di front itu jadi korban wanita tunasusila itu. Suatu experimennya yang lain ialah untuk dapatnya prajurit hidup seperti "ikan dalam air" dengan rakyat, diusahakan kawin dengan gadis setempat. Saya tak tahu berapa luasnya kejadian, tad...