Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Sekali Peristiwa di Bojongkokosan (2-Habis) Ironi di Bekas Lokasi Pertempuran

KEMARIN , semburat kesedihan tertampak jelas di wajah Satibi. Saat itu, ia tengah mengikuti peringatan Hari Juang Siliwangi di Lapangan Palagan Bojongkokosan, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Pria 94 tahun itu merupakan salah satu pelaku sejarah peristiwa heroik yang berlangsung 68 tahun silam. Ingatan Satibi melayang jauh ke belakang. Ia mengenang kawan-kawan seperjuangan yang telah mendahuluinya. Kenangan itulah yang membuat Satibi sedih. Namun, ia mencoba tegar. "Walaupun kadang lupa, kenangan pertempuran Bojongkokosan masih teringat. Kami melakukan penghadangan di sekitar tebing Bojongkokosan hingga ke Kota Sukabumi. Di sini, sejumlah teman dan saudara seperjuangan gugur," katanya. "Kami tidak rela tanah air ini kembali diinjak-injak Belanda." Beberapa hari sebelumnya, "PR" sempat menemui Satibi di kediamannya yang bersahaja di salah satu sudut Museum Bojongkokosan. "PR" juga menyambangi Sholeh, salah satu pelaku sejarah pertempuran ...

Sekali Peristiwa di Bojongkokosan (1) Sekutu Keok di Tangan Pejuang

S EPERTI biasa, suasana tenang dan udara sejuk mewarnai daerah tanjakan-turunan di Desa Bojongkokosan, jalur Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Di sana, terdapat sebuah tikungan yang populer dengan monumen mobil tua bekas tabrakan. Belakangan, monumen itu menjadi "ikon" jalur yang menghubungkan Sukabumi-Bogor tersebut. Namun, 68 tahun lalu, di tempat itulah terjadi peristiwa heroik yang mencengangkan dunia. Tepat pada 9 Desember 1945 (yang kini juga dijadikan peringatan Hari Juang Siliwangi), terjadi pertempuran dahsyat dan kontak senjata langsung antara para pejuang Indonesia dengan pasukan sekutu yang dipimpin Inggris. Ketika itu, Indonesia memasuki periode "Masa Bersiap".  Pada masa itu, di jalur Sukabumi-Bogor, terjadi pembumihangusan sejumlah tempat, mulai dari bangunan, perkebunan, hingga sarana perekonomian. Ini sebagai perlawanan para pejuang republik terhadap pasukan sekutu (yang diketahui dibonceng Belanda untuk mencoba menguasai kembali tanah air)....

Palagan Bojongkokosan, 9 Desember 1945

Adang S Mantan Prajurit Yon 330/Kujang I Siliwangi  Pupuhu Caraka Sundanologi E DDI Soekardi, Komandan Resimen Tentara Keamanan Rakyat Wilayah Sukabumi yang masih bujangan itu tidak mau melihat iring-iringan kendaraan tentara Sekutu yang sering melewati kampung halamannya. Ia yang baru berusia 29 tahun itu pun merasa tersinggung, bahkan merasa dikhianati karena pihak Sekutu yang unggul dalam Perang Dunia II telah melanggar janji. Oleh karena itu, pejuang yang dikenal pemberani itu merencanakan untuk menghadang sekaligus menghancurkan iring-iringan kendaraan yang jumlahnya sudah diketahui; tidak kurang dari 150 unit. Alasan lain yang membuat sang komandan benar-benar nekat karena iring-iringan kendaraan yang bergerak dari Jakarta menuju Bandung lewat Sukabumi itu telah dimanfaatkan pihak penjajah Belanda. Meskipun di tahun 1945 dulu belum ada istilah "kesempatan dalam kesempitan", kenyataannya memang demikian. Penjajah Belanda yang ingin kembali menguasai Kota Bandung itu memb...

Gelar Haji

Dadan Wildan Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara RI PROSESI ibadah haji tahun 1434 Hijriah telah selesai. Sepulangnya dari Tanah Suci Mekkah, para jemaah yang telah menunaikan rukun Islam kelima itu biasanya disebut Pak Haji atau Bu Hajah. H AL itu bagi masyarakat di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, Brunei, Darussalam, dan Thailand Selatan, seolah menjadi kewajiban.  Siapa sesungguhnya orang yang pertama kali menggunakan gelar haji di nusantara ini? Di Tanah Sunda, Naskah Carita Parahiyangan  mengisahkan bahwa orang yang pertama kali menunaikan ibadah haji dari nusantara adalah Bratalegawa, putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewabrata atau Sang Bunisora, penguasa Kerajaan Galuh. Ia memilih hidupnya sebagai saudagar yang biasa berlayar ke Sumatra, Tiongkok, India, Iran, hingga ke Tanah Arab. Ia menikah dengan seorang Muslimah dari Gujarat. Melalui pernikahannya inilah, ia memeluk Islam dan sekitar tahun 1330, ia menunaikan ibadah haji. Sekembalin...

TRAGEDI WESTERLING: Belanda Meminta Maaf atas Pembunuhan Massal

JAKARTA, KOMPAS--Pemerintah Belanda secara resmi meminta maaf kepada keluarga korban pembunuhan massal yang dilakukan Kapten Raymond Pierre Paul Westerling dalam kurun wktu 1945-1949. Permintaan maaf tersebut disampaikan Duta Besar Belanda untuk Indonesia Tjeerd de Zwaan di Jakarta, Kamis (12/9). "Atas nama Pemerintah Belanda, saya ingin menyampaikan permintaan maaf atas kejadian itu. Saya juga meminta maaf kepada para janda dari Bulukumba, Pinrang, Polewali Mandar, dan Parepare," kata De Zwaan. Permintaan maaf itu terungkap di depan sejumlah kalangan, terutama para janda korban dan sejumlah keluarga mereka yang mendampingi. Menurut De Zwaan, waktu itu, tentara Belanda telah melakukan kekerasan di Sulawesi Selatan. Kekerasan tersebut menyebabkan banyak korban yang tidak berdosa dan penderitaan. Beberapa tahun terakhir, ibu-ibu dari Rawagede, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan yang suaminya tewas dalam tragedi itu mendatangi pengadilan Belanda. Mereka menuntu...

Korban Westerling Tolak Permintaan Maaf Belanda

JAKARTA, (PR),- Hubungan diplomatik Indonesia-Belanda dinilai ilegal. Soalnya, baik secara internasional maupun nasional, tidak ada dasar hukumnya. "Coba, apa landasan hukum hubungan Indonesia-Belanda. Ini perlu dipertanyakan dan dikaji oleh pakar hukum tata negara," kata sejarawan Anhar Gonggong dalam diskusi bertajuk "Permintaan Maaf Belanda atas Kasus Westerling" bersama anggota Dewan Perwakilan Daerah Abdul Aziz Kahhar Mudzakkar dan Ketua Utang Kehormatan Belanda (KUKB) Batara Hutagalung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2013). Sampai saat ini, kata Anhar, Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan hanya mengakui Indonesia merdeka tanggal 27 Desember 1949. Begitu pula dengan Indonesia yang bersikukuh bahwa kemerdekaannya diproklamasikan 17 Agustus 1945. "Artinya, Belanda memang tak pernah ikhlas terhadap Indonesia. Karena sejak Indonesia merdeka, Belanda kehilangan lumbung ekonomi dan politik," tambah guru besar se...

Permohonan Maaf Belum Lengkap: Keluarga Korban Westerling di Tasikmalaya & Ciamis Harus Berani Bicara

BANDUNG, (PR).- Walau Pemerintah Belanda dikabarkan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas kejahatan tentaranya, Kapten Raymond Westerling, selama masa periode pendudukan di Indonesia antara tahun 1946-1947, tetapi persoalan itu belum sepenuhnya selesai. Diduga masih banyak kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Westerling selama di Indonesia, bukan hanya di Sulawesi Selatan tahun 1946-1947, tetapi juga terindikasi dilakukan pula di Jawa Barat selama kurun waktu Januari-November 1948. Pengamat sejarah dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Reiza Dienaputra, di Bandung, Senin (12/8/2013), menyebutkan, disinyalir ada kejahatan kemanusiaan lainnya yang dilakukan pasukan Belanda yang dipimpin Westerling terhadap warga sipil di Kab. Tasikmalaya dan Kab. Ciamis selama tahun 1948. Namun, sejauh ini, keluarga korban belum ada yang melapor sehingga ulah Westerling di Tasikmalaya dan Ciamis belum terungkap.  "Diharapkan pihak keluarga korban Westerling di Tasikmalaya dan Ciamis dap...

Belanda Meminta Maaf Atas Ulah Westerling

BANDUNG, (PR).- Pemerintah Belanda menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas kejahatan yang dilakukan tentaranya selama masa periode pendudukan di Indonesia antara tahun 1946-1947. Mereka juga memberikan ganti rugi terhadap keluarga korban pembantaian yang dilakukan tentara mereka di Indonesia para periode tersebut. Dikutip dari bbc.co.uk, Minggu (11/8/2013), dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Kamis (9/8/2013) waktu setempat, permintaan maaf secara terbuka oleh pemerintah Belanda terkait kasus pembantaian rakyat Indonesia oleh tentara Belanda di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling di Sulawesi Selatan tahun 1946-1947. "Duta Besar Belanda di Indonesia yang mewakili negara ini akan menyampaikan permintaan maaf," bunyi pernyataan tersebut. Namun, belum disinggung soal ulah pembantaian oleh pasukan yang dipimpin Westerling lainnya, dalam peristiwa penembakan terhadap pasukan Siliwangi di Jln. Lembong, Bandung. Ini terjadi pada peristiwa pembantaian oleh Angkatan Pe...

Hari Kebangkitan Nasional

Oleh DAOED JOESOEF J ika katak tercemplung ke dalam baskom berisi air mendidih, langsung melompat ke luar, maka ia selamat. Jika tercemplung ke dalam baskom berisi air dingin dan air berangsur-angsur dipanaskan, ia akan tetap berenang ria di baskom, merasa kebutuhan alaminya diperhatikan, sampai akhirnya mati sebagai rebusan konyol, sebab ketika sadar bahwa air semakin mendidih, ia tidak kuasa lagi melompat ke luar dari baskom karena kekuatannya sudah habis dikuras gerakan renang ria. Nasib kita akan sama dengan keadaan katak dalam kasus kedua itu, terbuai oleh kekeliruan dari kebijakan penguasa negeri di hampir semua bidang kehidupan. Dampak kekeliruan itu mudah dipahami dalam konteks suhu yang berangsur-angsur memanas. Ia tak begitu tragis dari hari ke hari, tetapi beda antara prareformasi dan pascareformasi, bahkan antara sekarang dan masa depan, sungguh tragis. Sisa-sisa kesadaran Maka, mari bangkit di Hari Kebangkitan Nasional. Sebelum terlambat kumpulkan sisa-sisa kesadaran, jang...

Jalesveva Jayamahe

Oleh RADHAR PANCA DAHANA I ni sekadar guyonan, jangan terlalu serius menanggapi. Dahulu kala, banyak pelawat asing yang datang dari sejumlah negara karena tertarik pada dunia baru di tenggara Asia ini. Mereka menemukan kenyataan, banyak sekali penduduknya yang sudah kawin-kemawin dengan bangsa asing, juga dari pelbagai negara. Para pelawat atau pengunjung asing itu menyebut mereka yang berdarah campuran itu sebagai Indo ( mestiezen ). Ada Indo-Arab, Indo-Keling, Indo-Portugis, Indo-Belanda, Indo-Jepang, Indo-China, dan sebagainya. Yang menarik, mereka yang tergolong Indo ternyata mengeram sebuah penyakit amnesia, penyakit yang hinggap pada seseorang yang katakanlah "pendek ingatan" atau gampang melupakan sesuatu. Konon, dari sanalah muncul kata "Indonesia" alias Indo(am)nesia. Terserah kalau Anda hendak menghubungkannya dengan situasi lain di negeri ini, termasuk di masa kini. Yang jelas, dari soal nama, betapa pun ia mungkin tiada artinya bagi Shakespeare (yang ter...

KASUS WESTERLING: Belanda Tindak Lanjuti

JAKARTA, KOMPAS -- Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans memerintahkan pengacara Kemlu Belanda segera menindaklanjuti gugatan 10 janda korban Westerling di Sulawesi Selatan. Timmermans memutuskan hal itu setelah gugatan korban Westerling tanggal 13 Juli 2012 tidak kunjung mendapat kepastian hukum dari Pemerintah Belanda. Situs resmi Pemerintah Belanda, www.rijksoverheid.nl, pada 26 April memuat keputusan Timmermans itu. Ia memerintahkan pengacara pemerintah untuk menemui pengacara 10 janda korban Westerling untuk membahas tuntutan ganti rugi dan permintaan maaf. Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) di Belanda Jeffry Pondaag, yang ditemui di Jakarta, Jumat (3/5), mengingatkan, ada ucapan yang berbeda dari Menlu Timmermans soal kejahatan perang yang ditanggapi dengan penyesalan ( spijtbetuiging ). Padahal, dalam upacara pada Desember 2011 di Rawagede, Bekasi, Duta Besar Belanda untuk Indonesia Jonkheer Tjeerd de Zwaan sudah meminta maaf ( excuse ). Para janda korban yang b...

Para Raja di Aceh Pun Berkumpul

BANDA ACEH, KOMPAS -- Aceh dulu dikenal sebagai wilayah bekas kerajaan yang disusun oleh kerajaan-kerajaan kecil di dalamnya. Namun, setelah masa penjajahan Belanda, sejarah kerajaan itu nyaris lenyap dan dilupakan. Kondisi ini memantik keprihatinan para keturunan raja se-Aceh yang mengadakan pertemuan di Gedung Dinas Pariwisata Aceh, Selasa (26/2). Pertemuan diprakarsai Teuku Zulkarnain, keturunan Raja Nagan, dan Teuku Saifullah, Pemangku Kerajaan Meurhom Daya ke-13. Hadir dalam pertemuan ini di antaranya keturunan Raja Pidie, Sulaiman, sejumlah keturunan Raja Nagan, Negeri Daya, Pasee, Peureulak, Aceh, Trumon, Tamiang, dan Linge. Raja Pidie Sulaiman mengatakan, pertemuan para keturunan raja itu dilakukan untuk mengingat kembali sejarah Kerajaan Aceh. Sebab, sejarah tentang kerajaan mulai dilupakan masyarakat Aceh. "Raja dulu adalah pejuang. Seperti halnya Panglima Polem. Dulu angkat senjata melawan penjajah. Namun, sekarang para raja ini dilupakan. Padahal, bangsa yang besar ada...

Mohammad Toha, Keteladanan Seorang Remaja

Oleh : Drs. H. Imam Hermanto Ketua Umum Buah Batu Corps (BBC) B agi kebanyakan remaja Kota Bandung dewasa ini nama Mohammad Toha hanya dipahami sebagai sepenggal jalan daerah pinggiran selatan Kota Bandung. Bahkan mungkin juga tak banyak yang mengetahui kalau di salah satu sudut jalan ini di wilayah Dayeuhkolot terdapat monumen Mohamad Toha. Kisah Mohamad Toha tak bisa lepas dari peristiwa Bandung Lautan Api dan peristiwa yang mengikutinya. Kala itu, TRI dan pejuang lainnya enggan menyerahkan Kota Bandung secara utuh. Karena itu setelah mengungsikan penduduk, mereka membakar Kota Bandung, sehingga di mana-mana asap hitam mengepul membumbung tinggi ke udara mengiringi rombongan besar penduduk Bandung yang mengalir panjang meninggalkan Kota Bandung. Mohamad Toha diyakini melakukan aksi bom bunuh diri terhadap salah satu gudang mesiu terbesar yang ada di daerah Dayeuh Kolot. Aksi bunuh diri ini dilakukan setelah aksi penyergapannya bersama M Ramdan dan anggota pasukannya gagal dan mendapa...