Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Nyonya Tijeng Pun "Terteror" Uang Santunan dari Belanda

H ari-hari ini, Nyonya Tijeng (85) seharusnya bergembira. Pemerintah Belanda baru saja mentransfer santunan sekitar Rp 220 juta kepadanya. Dengan uang itu, keinginannya membangun rumah sejak bertahun-tahun lalu akan segera terwujud. Akan tetapi, Tijeng justru terkulai di kasur. Dia mengaku sangat pusing, penglihatan terganggu, dan tak cukup kuat menopang badan untuk sekadar duduk. "Saya takut orang-orang datang ke sini," kata Tijeng di rumahnya di Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (22/12). Tijeng adalah satu dari sembilan janda dan seorang korban yang menggugat Pemerintah Belanda atas tragedi kemanusiaan yang menewaskan ratusan warga Rawagede (kini Balongsari), 64 tahun lalu. Dengan bantuan Komite Utang Kehormatan Belanda dan pengacara Liesbeth Zegveld, mereka, antara lain, menuntut permintaan maaf Belanda kepada bangsa Indonesia dan membayar kompensasi kepada korban tragedi Rawagede. Pada 14 September 2011, pengadilan Den Haag akhirn...

Dana Rawagede Jadi Rebutan: 171 Ahli Waris Korban Lain Juga Minta Kompensasi

KARAWANG, (PR).- Rencana pemberian kompensasi oleh pemerintah Belanda Rp 243 juta per orang untuk sembilan janda yang menggugat kejahatan perang Rawagede menuai persoalan. Pasalnya, 171 ahli waris lainnya yang juga korban Rawagede menginginkan agar dana kompensasi tersebut dibagi rata. "Meskipun kami di atas kertas tidak ikut menggugat, setidaknya ada perasaan senasib sebagai ahli waris korban pembantaian. Dari sembilan orang yang mendapat dana kompensasi, lima di antaranya setuju dana dibagi rata untuk 171 orang lainnya," kata Wahono, salah seorang ahli waris, Rabu (21/12). Namun, menurut Wahono, empat orang ahli waris lainnya tidak menerima usulan tersebut karena mematuhi anjuran dari Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB). "Jika memang seperti itu, justru akan menimbulkan kecemburuan sosial. Meskipun tidak ikut menggugat, kami berhak juga menerima sebagai ahli waris korban pembantaian Rawagede," tuturnya. Kemungkinan lain, menurut Wahono, setengah dari seluruh da...

Belanda Minta Maaf atas Peristiwa Rawagede

Sejumlah janda korban menyatakan belum tahu nilai rupiah yang akan mereka terima. Firman Saragih P ERINGATAN peristiwa pembantaian di Kampung Rawagede, Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Karawang, Jawa Barat, yang terjadi pada 9 Desember 1947, dilakukan dengan berbeda. Sebelumnya, setiap 9 Desember, peringatan dilakukan di dalam Monumen Rawagede, dengan memasang tenda yang tidak cukup besar. Itu pun hanya diliput beberapa media. Kemarin, peringatan dilakukan hingga di luar monumen dengan tenda yang lebih besar, serta diliput media asing. Pada acara itu, Duta Besar Belanda untuk Indonesia Tjeerd de Zwaan menyatakan pemerintah Belanda meminta maaf terkait peristiwa di Rawagede. "Hari ini kita mengenang anggota keluarga Desa Balongsari yang tewas 64 tahun lalu saat agresi militer Belanda. Saya atas nama pemerintah Belanda memohon maaf atas tragedi tersebut," kata Zwaan. Ia mengungkapkan perisitiwa Rawagede merupakan hal yang menyedihkan dan merupakan sebuah contoh bagaimana h...

TRAGEDI RAWAGEDE: Belanda Minta Maaf, Duka 64 Tahun Terobati

JAKARTA, KOMPAS -- Beberapa nenek berusia 80 hingga 90 tahun berjabat tangan lalu bertegur sapa dengan Duta Besar Kerajaan Belanda Jonkheer Tjeerd de Swan, Jumat (9/12), di depan kompleks pemakaman para suami mereka di Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang. Suami mereka dibantai militer Belanda tahun 1947. Dalam pidatonya, Jonkheer de Swan secara terbuka di depan ratusan orang warga dan pejabat Indonesia meminta maaf kekejaman tentara Belanda yang tidak bisa dibenarkan dengan dasar apa pun. Itulah akhir penantian 64 tahun para keluarga tragedi pembantaian 400 warga Rawagede yang mendapat permintaan maaf. Para korban pun mengaku dengan ikhlas memaafkan pihak Belanda. " Tos teu aya ganjalan. Tos teu aya masalah. (Sudah tidak ada yang mengganjal, sudah tidak ada masalah)," kata Ani (90), istri seorang korban pembantaian Rawagede. Jonkheer de Swan menjelaskan, pihaknya berharap tidak ada kata terlambat untuk permintaan maaf yang disampaikan Kerajaan Belanda sec...

Ahli Waris Korban Rawagede Tidak Peduli Kompensasi

HARI ini (Jumat), Duta Besar Belanda untuk Indonesia akan menghadiri peringatan ke-64 tragedi Rawagede, di Kecamatan Rawamerta, Karawang, Jawa Barat. Peringatan pembantaian 431 warga oleh tentara Belanda itu dilaksanakan untuk pertama kalinya setelah Pengadilan Sipil Belanda di Den Haag memenangi gugatan keluarga korban, September lalu. Sang duta besar, Tjeerd de Zwaan, dijadwalkan akan meminta maaf dan menaburkan bunga di makam para korban. Akan hadir juga pengacara keluarga korban Liesbeth Zegveld, yang datang langsung dari Belanda.  Di Rawagede, nuansa kemenangan dalam peringatan itu tidak membuat Wanti, 92, bisa tersenyum. Janji sejumlah dana sebagai kompesasi, yang entah berapa besarnya, tidak bisa membuatnya lupa akan kematian suaminya, Nap, dan dua anak kandung mereka, Wirya serta Kacid, yang dibantai tentara Belanda pada 9 Desember 1947. "Saya tidak membayangkan untuk dapat kompensasi. Uang sudah tidak ada artinya buat saya karena sudah lama hidup menderita," kata Wan...

Belanda Minta Maaf kepada Janda Rawagede

BANDUNG, (PR).- Pemerintah Belanda akan meminta maaf secara resmi kepada Indonesia atas pembantaian ratusan orang Indonesia yang dilakukan tentara Belanda di Rawagede, Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang, pada tahun 1947 lalu. Belanda mengakui korban pembantaian 150 orang. Versi lain menyebutkan, korbannya 431 orang. Kementerian Luar Negeri Belanda menyatakan, pemerintah Belanda juga setuju untuk membayar kompensasi 242.000 dolar AS (180.000 euro) atau sekitar Rp 2,1 miliar. "Duta Besar Belanda untuk Indonesia, atas nama Pemerintah Belanda, akan meminta maaf hari Jumat (9/12) atas apa yang telah terjadi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Belanda, Aad Meijer, Senin (5/12). Belanda pernah menyampaikan penyesalannya atas pembunuhan itu tetapi belum pernah meminta maaf secara resmi. Diketahui, kasus pembantaian di Rawagede digugat oleh delapan janda dan seorang warga yang selamat dari pembantaian di Desa Balongsari. Janda kedelapan dalam kasus itu sudah meninggal dunia. ...