Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 1995

Gelar Pahlawan Nasional Bagi 3 Putra Terbaik Bangsa

JAKARTA (Suara Karya): Presiden Soeharto menganugerahkan gelar pahlawan nasional dan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana kepada 3 putra terbaik bangsa, yakni Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan, Tuanku Tambusai, dan Syekh Yusuf Tajul Khalawati. Penghargaan kepada ketiga tokoh yang telah almarhum ini diberikan atas jasa-jasa yang luar biasa dan tindak kepahlawanan mereka dalam perjuangan melawan penjajah pemerintah kolonial Belanda pada umumnya, dan khususnya dalam perjuangan mempertahankan prinsip kemerdekaan sehingga dapat dijadikan teladan setiap WNI. Penyematan penghargaan yang diterimakan kepada ahli waris masing-masing dilakukan Kepala Negara di Istana Merdeka, Kamis. Hadir Ibu Tien Soeharto, Wapres dan Ny Tuti Try Sutrisno, Ketua MPR-DPR Wahono, Ketua DPA Sudomo, Ketua Bepeka JB Sumarlin, para menteri,dan keluarga penerima penghargaan.  Selain kepada ketiga tokoh itu, Presiden juga menganugerahkan penghargaan kepada 47 tokoh nasional lainnya, yang semu...

Janda Menteri "Gerilya" Soepeno Terus Berjuang

Meski usianya kini sudah 72 tahun, Nyonya Tien Soepeno, istri pahlawan nasional Soepeno, masih tetap beredar di lingkungan organisasi sosial politik, kemasyarakatan, dan dunia pendidikan di Jawa Tengah. Selain masih aktif sebagai dosen Universitas Semarang, isteri mantan Menteri Pembangunan dan Pemuda ini juga memegang Ketua Yayasan Gedung Wanita Semarang dan Ketua Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum untuk Wanita dan Keluarga (LKBH UWK) di Semarang. Di kancah politik, dia pernah dipercaya DPD Golkar Jateng sebagai anggota komisi A (Polkam dan perundang-undangan) dan komisi B (Anggran dan Perusda) DPRD I Jawa Tengah 1982-1987. Selain itu, masih banyak kegiatannya di ormas, seperti di Perwari, Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW), Himpunan Wanita Karya, Pekerja Perempuan, Yayasan Mardi Waluyo, dan sebagai Kabid Kemasyarakatan Gerakan Pramuka Gudep IX Kwarda Jateng. Di organisasi yang terakhir ini, ia bersama 203 orang wakil dari Indonesia mengikuti jambore internasional yang diikuti ...

Ketika Surabaya Menjadi "Neraka" bagi Sekutu

P ERANG Dunia II menunjukkan perkembangan menarik. Keberhasilan pihak Sekutu di front Afrika - Eropa oleh Jenderal Eisenhower, diimbangi dengan kemajuan yang sama di front Asia - Pasifik. Sementara itu, Rusia pun mulai bergerak. Operasi Barbarosa yang digelar berhasil gemilang. Dengan cepat pasukan Sekutu bergerak ke barat. Kemenangan Sekutu makin kentara membuat Jepang kalang kabut.  Dengan berbagai upaya, Jepang berusaha mempertahankan kedudukannya, terutama di kawasan Asia. Memaksa Sekutu mengambil jalan pintas di front Asia - Pasifik untuk segera menghancurkan Jepang. Bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 mengakhiri Perang Asia Timur Raya. Kesempatan itu dimanfaatkan Bung Karno. Selagi Jepang dalam keadaan tak berdaya, diproklamirkanlah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.  Insiden Hotel Yamato Kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan secara mendadak itu membuat Sekutu heran. Belanda pun bingung. Sesuai perjanjian Postdam yang dita...

Sudah Dua Kali Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional: Mochamad Toha, Pemuda yang Meledakkan Gudang Amunisi Belanda

S isa gerimis sore itu masih tampak di pelataran rumah pengungsian di daerah Bungbulangan, Kabupaten Garut, Jabar. Sebelumnya hujan lebat turun mengiringi kedatangan pemuda berusia 18 tahun memasuki rumah berdinding anyaman bambu itu. Mochamad Toha di rumah tempat keluarganya mengungsi segera mengganti baju basahnya. Tak ada kata sapaan dari mulutnya. Hanya matanya menyorot tajam ke sekeliling rumah. Ibundanya Ny Narijah hanya menatap kangen kepada anak sulungnya. Suasana ini segera pecah setelah adik kandung semata wayangnya menyapa manja. "Aa Toha tiris (dingin)?" Moch. Toha seolah tak mendengar sapaan Djuariah adiknya, malah dia merajuk kepada ibundanya. "Mak, orang yang berjuang demi kehormatan bangsa akan mendapat jalan dan lindungan Allah. Malam ini saya ingin tidur bersama Mak dan adik Djudju, boleh kan?" Inilah barangkali adegan akhir pejuang Moch Toha dengan keluarganya menjelang dia berjibaku meledakkan gudang amunisi Belanda di Dayeuhkolot Kabupaten Bandu...