Tahun ini, Indonesia memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional, suatu momen yang diawali dengan pendirian Boedi Oetomo oleh mahasiswa STOVIA atau sekolah dokter pribumi pada 1908. Waktu itu dr Soetomo dan kawan-kawan membentuk organisasi nasional modern pertama di Indonesia yang lintas agama, suku, jenis kelamin, dan golongan dengan tujuan awal untuk kemajuan bangsa, terutama dalam bidang pendidikan dan budaya.
Hal ini dapat menunjukkan bahwa para dokter di masa itu telah berpikiran maju dengan menjadi pelopor pergerakan bangsa yang waktu itu masih terjajah. Mereka sangat peduli dengan nasionalisme dan kemajuan bangsa, di luar batas bidang kesehatan yang mereka geluti.
Sesuai dengan namanya, Boedi Oetomo, terlihat bahwa hal utama bagi dr Soetomo dan kawan-kawan adalah budi, yang berarti akal, tabiat, daya, kebijaksanaan, kemurahan hati, dan kebaikan.
Bagaimana dengan para yunior dr Soetomo dan kawan-kawan masa kini? Apakah dokter di Indonesia saat ini telah memberikan sesuatu bagi bangsanya seperti yang telah dilakukan seniornya pada tahun 1908? Paling tidak, telah mengutamakan budi dalam melakukan tugasnya di bidang kesehatan?
Selama 100 tahun ini, dari segi jumlah, dokter telah bertambah sangat banyak, dari mungkin hanya puluhan pada 1908 menjadi lebih dari 70.000 dokter, menurut Konsil Kedokteran Indonesia. Jumlah itu dihasilkan oleh lebih dari 50 fakultas kedokteran di seluruh Indonesia dalam berbagai bidang keahlian dan didukung fasilitas canggih.
Seratus tahun lalu, dr Soetomo dan kawan-kawan telah memberikan keteladanan lewat Boedi Oetomo. Sekarang saatnya bagi para yunior untuk berkarya dengan mengutamakan budi bagi rakyat Indonesia dalam bidang kesehatan sehingga pelayanan kesehatan yang bermutu, melindungi, dan membanggakan dapat diperoleh seluruh rakyat Indonesia.
Tidak mungkin mewujudkan bangsa yang makmur dan bermartabat tanpa kesehatan. Dokter memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan rakyat Indonesia sehingga dapat produktif untuk memajukan bangsa.
BILLY NS
billy@SuteraFoundation.org
Dokter dan Pengurus Sutera Foundation, Bandung
Sumber: Kompas, 10 Mei 2008
Komentar
Posting Komentar