Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Hari Kebangkitan Nasional

Oleh DAOED JOESOEF J ika katak tercemplung ke dalam baskom berisi air mendidih, langsung melompat ke luar, maka ia selamat. Jika tercemplung ke dalam baskom berisi air dingin dan air berangsur-angsur dipanaskan, ia akan tetap berenang ria di baskom, merasa kebutuhan alaminya diperhatikan, sampai akhirnya mati sebagai rebusan konyol, sebab ketika sadar bahwa air semakin mendidih, ia tidak kuasa lagi melompat ke luar dari baskom karena kekuatannya sudah habis dikuras gerakan renang ria. Nasib kita akan sama dengan keadaan katak dalam kasus kedua itu, terbuai oleh kekeliruan dari kebijakan penguasa negeri di hampir semua bidang kehidupan. Dampak kekeliruan itu mudah dipahami dalam konteks suhu yang berangsur-angsur memanas. Ia tak begitu tragis dari hari ke hari, tetapi beda antara prareformasi dan pascareformasi, bahkan antara sekarang dan masa depan, sungguh tragis. Sisa-sisa kesadaran Maka, mari bangkit di Hari Kebangkitan Nasional. Sebelum terlambat kumpulkan sisa-sisa kesadaran, jang...

Jalesveva Jayamahe

Oleh RADHAR PANCA DAHANA I ni sekadar guyonan, jangan terlalu serius menanggapi. Dahulu kala, banyak pelawat asing yang datang dari sejumlah negara karena tertarik pada dunia baru di tenggara Asia ini. Mereka menemukan kenyataan, banyak sekali penduduknya yang sudah kawin-kemawin dengan bangsa asing, juga dari pelbagai negara. Para pelawat atau pengunjung asing itu menyebut mereka yang berdarah campuran itu sebagai Indo ( mestiezen ). Ada Indo-Arab, Indo-Keling, Indo-Portugis, Indo-Belanda, Indo-Jepang, Indo-China, dan sebagainya. Yang menarik, mereka yang tergolong Indo ternyata mengeram sebuah penyakit amnesia, penyakit yang hinggap pada seseorang yang katakanlah "pendek ingatan" atau gampang melupakan sesuatu. Konon, dari sanalah muncul kata "Indonesia" alias Indo(am)nesia. Terserah kalau Anda hendak menghubungkannya dengan situasi lain di negeri ini, termasuk di masa kini. Yang jelas, dari soal nama, betapa pun ia mungkin tiada artinya bagi Shakespeare (yang ter...

KASUS WESTERLING: Belanda Tindak Lanjuti

JAKARTA, KOMPAS -- Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans memerintahkan pengacara Kemlu Belanda segera menindaklanjuti gugatan 10 janda korban Westerling di Sulawesi Selatan. Timmermans memutuskan hal itu setelah gugatan korban Westerling tanggal 13 Juli 2012 tidak kunjung mendapat kepastian hukum dari Pemerintah Belanda. Situs resmi Pemerintah Belanda, www.rijksoverheid.nl, pada 26 April memuat keputusan Timmermans itu. Ia memerintahkan pengacara pemerintah untuk menemui pengacara 10 janda korban Westerling untuk membahas tuntutan ganti rugi dan permintaan maaf. Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) di Belanda Jeffry Pondaag, yang ditemui di Jakarta, Jumat (3/5), mengingatkan, ada ucapan yang berbeda dari Menlu Timmermans soal kejahatan perang yang ditanggapi dengan penyesalan ( spijtbetuiging ). Padahal, dalam upacara pada Desember 2011 di Rawagede, Bekasi, Duta Besar Belanda untuk Indonesia Jonkheer Tjeerd de Zwaan sudah meminta maaf ( excuse ). Para janda korban yang b...