Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2007

Belanda Diminta Luruskan Sejarah

JAKARTA (Media): Pemerintah Belanda diminta meluruskan sejarah Indonesia yang menyebut proklamator Soekarno sebagai pengkhianat, sedangkan Raymond Westerling dinilai sebagai pahlawan. Permintaan itu disampaikan pada diskusi sehari bertajuk Indonesia Menggugat yang diselenggarakan Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) di Jakarta, kemarin. Sebagai pembicara, aktor Ray Sahetapy mengatakan sejarah yang memutarbalikkan fakta sangat mengganggu kehormatan Indonesia selaku bangsa berdaulat. Apalagi pendiri bangsa Indonesia disebut dalam sejarah Belanda sebagai pengkhianat. "Kapten Raymond PP Westerling yang membantai banyak orang di Sulawesi Selatan (Sulsel) justru diangkat dan dihormati sebagai pahlawan perang di Belanda," ujar Ray. Sebagai ketua ormas Gerakan Kebangkitan Nusantara (GKN), Ray mengharapkan sejumlah ormas juga bergabung untuk menggugat pemerintah Belanda untuk mengembalikan harta karun Indonesia yang diboyong pada masa penjajahan. "Kita akan mendesak Presiden Su...

Resensi Buku: Prahara Parijs van Java

Judul : Westerling, Kudeta yang Gagal Pengarang : Petrik Matanasi Penerbit : Media Presindo, Jogjakarta Cetakan : Juli 2007 Tebal : 126 halaman SEHARI sebelum kudeta, pada pagi 22 Januari 1950, Westerling bercakap-cakap sambil minum-minum di Hotel Preanger, Bandung, dengan kenalannya. Malam hari, ia bersama istrinya makan malam di hotel itu juga. Hari itu, Parijs van Java tenang, tak seorang pun menduga bakal terjadi prahara. P ADA pukul 21.00, Westerling mengendarai mobil menuju Padalarang. Di sana, ia menunggu kiriman senjata yang akan dibagikan kepada anak buahnya. Sesuai rencana, pagi hari 23 Januari 1950, ia akan menyerang dua kota penting di Jawa, Bandung dan Jakarta. Strategi ini disesuaikan dengan geopolitik Bandung. Bandung adalah penyangga Jakarta, sekaligus Ibu Kota Negara Pasundan yang dipimpin Kartalegawa, sedangkan Jakarta adalah jantung kekuasaan Indonesia. Subuh 23 Januari 1950, sebanyak 800 Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)--300 orang di antaranya merupakan tentar...

Romantika 17 Agustus 1945 di Yogyakarta

Oleh H. SOEWARNO DARSOPRAJITNO Hari Kemerdekaan NKRI selalu dirayakan dengan gembira setiap tanggal 17 Agustus, namun tidak pernah direnungkan betapa dramatisnya perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. H ARI Kemerdekaan NKRI yang diproklamasikan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 baru diketahui beberapa hari sesudahnya oleh masyarakat Indonesia di Yogyakarta yang kemudian menjadi ibu kota NKRI. Sesudah itu dengan dipelopori para pemuda yang umumnya berpendidikan sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah tinggi (SMT), mulai bergerak dengan menempelkan bendera Merah Putih dari kertas yang dicetak ke berbagai bangunan gedung pemerintah militer Jepang dan disertai tulisan "Milik Republik Indonesia". Demikian pula dengan berbagai kendaraan militer Jepang termasuk papan nama yang bertuliskan dalam bahasa dan huruf Jepang juga diturunkan. Selama gerakan para pemuda tersebut berlangsung, sama sekali tidak ada reaksi sedikit pun dari para penguasa Jepang. Mel...