Langsung ke konten utama

Ketika Belanda Menyerah kepada Jepang

Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah dijajah oleh Belanda dan Jepang. Secara resmi Belanda menjajah Indonesia sejak 1602 (berdirinya VOC) hingga tahun 1942, sedangkan Jepang menduduki seluruh kepulauan Nusantara dari tahun 1942 sampai 1945. Kendati hanya 3,5 tahun Jepang menguasai Indonesia, namun cukup mewarnai lembaran sejarah penjajahan dan perjuangan bangsa Indonesia. Masuknya serdadu dari Negeri Matahari Terbit ke bumi Nusantara, bagaikan topan yang datang dalam waktu singkat menyikat bangunan tegar dan tumbuhan yang berakar kekar menjalar ke mana-mana. Jepang menerima kekuasaan penjajahan dari Belanda melalui perundingan panas yang sebelumnya diawali pertempuran sengit di mana-mana. Oleh sebab itu peristiwa besar, penyerahan kekausaan dari penjajah Belanda kepada penjajah Jepang, patut diketahui oleh seluruh bangsa Indonesia dari masa ke masa.

Tiga setengah abad Belanda menjajah Indonesia, suatu masa yang amat panjang. Selama itu sudah tidak terhitung berapa besar kekayaan bumi Indonesia diperas dan disedot dan diangkut ke Negeri Belanda. Tidak terbayangkan betapa berat penderitaan bangsa Indonesia dalam beberapa generasi, ditindas dan diperbudak serta disiksa oleh penjajah dari Negeri Kincir Angin. Kekuasaan penguasa Belanda yang 3,5 abad lamanya seakan-akan sulit ditumbangkan. Banyak sekali rakyat Indonesia dari berbagai daerah mencoba melawan dan memberontak, tetapi selalu saja kandas. Tetapi menghadapi serbuan serdadu-serdadu Jepang, Belanda tidak berdaya. 

Kalijati Direbut

Pada tanggal 1 Maret 1942, di bawah pimpinan Vice Admiral Takahashi, balatentara Jepang mendarat di Pulau Jawa. Ada tiga tempat yang didarati oleh balatentara Jepang. Pertama adalah Merak di Teluk Banten. Di dalam pendaratan ini terdapat Jenderal Imamura beserta stafnya. Kedua, pendaratan di pantai Eretan Wetan, pantai Jawa Barat bagian Utara di bawah pimpinan Kolonel Shoji beserta satuan Angkatan udara yang dipersiapkan menyerang Pangkalan Udara Kalijati, Subang, Jawa Barat. Tempat pendaratan ketiga adalah di Kranggan dipimpin oleh Brigadir Sakaguchi.

Jepang memilih ketiga tempat ini untuk mendarat, dengan perkiraan bahwa pertahanan di ketiga tempat tersebut lemah. Ternyata perkiraan Jepang tersebut tepat, dengan bukti ketika mendarat boleh dikata tidak mendapat perlawanan. Ada perlawanan kecil yang tidak berarti dari sisa-sisa kapal perang Sekutu yang akan mengundurkan diri ke Srilanka. 

Pasukan anak buah Kolonel Shoji yang bertugas merebut pangkalan Udara Kalijati kekuatannya 3.000 orang diperlengkapi dengan sepeda-sepeda dan kereta tempur (panser). Pasukan ini terdiri atas dua Batalyon Infantri dengan komandannya Mayor Wakamutsu dan Mayor Egashira. Pasukan ini bergerak begitu cepat. Rakyat Subang dan sekitarnya pada tanggal 1 Maret 1942 yang kebetulan jatuh hari Jumat, terkejut melihat balatentara Jepang bermunculan di sana-sini.

Pihak Belanda yang berkuasa di Kalijati tampak tidak siap pula mendapat serangan yang mendadak dan gencar tersebut. Pertempuran sengit tidak dapat dihindari antara pasukan pendatang Jepang dan Sekutu termasuk di dalamnya pasukan Belanda. Jepang makin merajalela karena dibantu serangan dari udara antara lain mengebom pangkalan Udara Kalijati.

Pasukan Sekutu yang sebagian besar serdadu Belanda dan Inggris terus terdesak ke jurusan Bandung. Maka dalam waktu singkat Pangkalan Udara Kalijati merupakan pukulan berat bagi Belanda sekaligus sebagai pintu yang terbuka lebar untuk mendesak dan mengusir serdadu Belanda meninggalkan Kalijati dan Subang.

Belanda mencoba membalas melalui Purwakarta dan Subang, tetapi sia-sia, bahkan sebaliknya terus tergiring ke tempat lain. Moril serdadu KNIL makin merosot mendapat gempuran pasukan lawan yang kuat dan berani sekali.

Setelah Jepang menguasai Kalijati dan Subang, Kolonel Shoji bermarkas di Pusat Perkebunan Pemanukan, Ciasem. Dari Ciasem serdadu Jepang terus memburu musuhnya ke Bandung yang terlebih dahulu menghancurkan kubu Belanda di Ciater. Pertempuran di Ciater merupakan pertempuran yang seru. Pasukan infantri Jepang merembes melalui perkebunan teh yang menghijau luas. Untuk membuka jalan serangan terlebih dahulu Jepang melakukan pengeboman di Ciater. Dalam menahan serangan dahsyat, Belanda mencoba memperkuat dengan barisan meriam di sepanjang jalan raya, maksudnya menyergap serdadu Jepang. Tetapi meriam-meriam tersebut kurang efektif sebab Jepang tidak melewati jalan raya, melainkan melalui jalan setapak di perkebunan teh.

Serdadu Belanda yang terkibuli oleh serdadu Jepang berusaha memberikan perlawanan sengit. Tetapi serdadu-serdadu Jepang tidak terbendung. Pertempuran sengit di Ciater yang menelan banyak korban dari kedua belah pihak terjadi pada tanggal 6 Maret 1942. Belanda terus mundur sampai ke Lembang. Pimpinan KNIL menyadari bahwa melihat Lembang sudah jatuh, akan tidak lama lagi Bandung diduduki musuh.

Di pihak lain, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachower pada tanggal 5 Maret 1942 menyerahkan pimpinan tinggi tentara kepada Legercomandant yang selanjutnya mengeluarkan ketentuan bahwa tidak dibenarkan Bandung dijadikan ajang pertempuran. Maksudnya untuk mencegah serangan Jepang ke kota Bandung yang penduduknya sudah padat. Dengan mempertimbangkan hal demikian, pimpinan KNIL mengajukan penghentian tembak-menembak kepada Jepang, untuk selanjutnya membuka perundingan.

Sementara itu mulai awal Maret 1942, di mana-mana khususnya di Pulau Jawa terjadi pertempuran. Selalu saja pihak Belanda kalah karena pertahanannya makin rapuh. Jenderal Ter Poorten yang baru saja menerima pimpinan Angkatan Perang Hindia Belanda dari Gubernur Jenderal menghadapi keadaan yang gawat. Selain pusat pemerintahan di Bandung semakin terancam, rakyat di sekitar Bandung semakin banyak yang masuk di Kota Kembang.

Di mana-mana keadaan sudah tidak terkendalikan dan Belanda merasakan kalau hal demikian terus-menerus tidak lama lagi kekuasaannya akan jatuh di tangan musuh. Namun Gubernur Jenderal Tjarda dan Ter Poorten tidak mau menyerah begitu saja agar tidak kehilangan muka terhadap rakyat maupun dunia luar. Kemudian pada tanggal 7 Maret 1942, pimpinan tentara mengirim Preman untuk menghubungi Tentara Jepang yang ada di Bandung, maksudnya untuk merundingkan kapitulasi pasukan di bawah preman saja dan bukan seluruh pasukan Hindia Belanda.

Sorenya ketika Kolonel Shoji menerima utusan Belanda yang membawa bendera putih, mengatakan bahwa Preman cukup berunding dengan utusan pribadinya yaitu Mayor Yamashita bertempat di Hotel Isola Bandung. Kolonel Shoji akan melapor ke Jenderal Imamura yang bermarkas di Batavia. Sejak itu untuk sementara antara Jepang dan Belanda menghentikan tembak menembak.

Jenderal Imamura memberi pesan kepada Kolonel Shoji agar kapitulasi atau perhitungan seluruh pasukan Belanda di Jawa. Ia hanya bersedia berunding kalau dengan Panglima Tentara dan Gubernur Jenderal Belanda. Lalu ia minta perundingan diadakan di Jalan Cagak Bandung.

Tanpa Syarat

Akhirnya perundingan antara Belanda dan Jepang dilangsungkan juga, akan tetapi, tidak di Jalan Cagak sesuai permintaan Jenderal Imamura, melainkan Pangkalan Udara Kalijati. Jepang memilih Pangkalan Udara Kalijati dengan pertimbangan bahwa ....

Lihat halaman XII kol. 7 
(sambungannya belum ditemukan)



Sumber: Suara Karya, 3 April 1995



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Ini 44 Tahun Lalu (1) Mereka Tidak Rela Kemerdekaan Lepas Kembali

Pengantar Hari ini, 11 Desember 1990, masyarakat Sulawesi Selatan kembali memperingati peristiwa heroik 44 tahun lalu, di mana segenap lapisan masyarakat ketika itu bahu-membahu berjuang mempertahankan Kemerdekaan yang setahun sebelumnya berhasil diraih bangsa Indonesia. Dalam peristiwa itu ribuan bahkan puluhan ribu orang jadi korban aksi pembunuhan massal ( massacre ) yang dilakukan Pasukan Merah Westerling. Berikut Koresponden Suara Karya   Muhamad Ridwan  mencoba mengungkap kembali peristiwa tersebut dalam dua tulisan, yang diturunkan hari ini dan besok. Selamat mengikuti. T egaknya tonggak satu negara, Jumat 17 Agustus 1945, merupakan kenyataan yang diakui dunia internasional. Bendera kemerdekaan yang dikibarkan bukan hadiah, melainkan hasil perjuangan panjang yang menelan pengorbanan jiwa dan harta rakyat yang tak terperikan. Lalu, tentara Australia (Sekutu) mendarat pada September 1945. Tujuannya untuk melucuti sisa pasukan Nippon. Namun di belakangnya mendongkel person...

Mengenang Peristiwa 40 Tahun Silam: Taruna "Militaire Academie" Berusaha Melucuti Senjata Tentara Jepang

I NDONESIA pernah memiliki akademi militer (akmil) yang berumur sekitar 5 bulan, tapi menghasilkan lulusan "Vaandrig" (Calon Perwira) berusia muda. Selama dalam pendidikan para tarunanya telah mengalami pengalaman heroik dan patriotik. Akmil itu adalah "MA (Militaire Academice) Tangerang". Sabtu pagi ini, para alumni MA Tangerang akan mengadakan apel besar di Taman Makam Pahlawan Taruna, Jl Daan Mogot, Tangerang, Jawa Barat. Selain untuk memperingati berdirinya akmil itu, apel sekaligus untuk memperingati 40 tahun "Peristiwa Pertempuran Lengkong (PPL)". Ketua Umum Dewan Harian Nasional Angkatan 45 Jenderal (Purn) H Surono akan bertindak sebagai inspektur upacara. PPL meletus 25 Januari 1946. Ketika itu taruna MA Tangerang yang menjadi inti pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat), dalam usahanya melucuti tentara Jepang di Lengkong, Kecamatan Serpong Tangerang, terjebak dalam pertempuran yang tidak seimbang. Direktur MA Tangerang, Mayor Daan Mogot...

Hari ini, 36 tahun lalu: Bom atom pertama dicoba di Alamogordo

Jalannya sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia mungkin akan berbeda kalau tidak ada peristiwa yang terjadi 16 Juli, 36 tahun lalu. Pada hari itu Amerika Serikat membuka babak baru di dalam teknik, yakni berhasil meledakkan bom atom di New Mexico, tepatnya di Alamogordo. Percobaan yang berhasil ini telah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan bom atom lainnya yang dijatuhkan atas Hiroshima dan Nagasaki. Ketakutan akan akibat bom atom ini telah membuat Jepang ketakutan dan menyerah kepada sekutu, pada 14 Agustus 1945. Jauh-jauh hari sebelum bom atom pertama diledakkan di gurun Alamogordo itu, kurang lebih enam tahun sebelumnya Presiden Franklin D. Roosevelt menerima sepucuk surat dari Dr. Albert Einstein yang isinya mengenai kemungkinan pembuatan bom uranium yang kemampuannya sangat besar. Surat itulah yang kemudian melahirkan suatu proyek yang sangat dirahasiakan dan hanya kalangan kecil yang mengenalnya dengan nama Manhattan Engineer District di bawah pimpinan Mayor...

RUNTUHNYA HINDIA BELANDA: Menyerahnya Gubernur Jendral AWL TJARDA dan Letnan Jendral TER POORTEN kepada Letnan Jendral IMMAMURA Panglima Perang Jepang 8 Maret 1942

Generasi kita sekarang, mungkin tidak banyak yang mengetahui terjadinya peristiwa penting di tanah air kita 35 tahun yang lalu, yaitu menyerahnya Gubernur Jenderal dan Panglima Perang Hindia Belanda "Tanpa Syarat" kepada Panglima Perang Jepang yang terjadi di Kalijati Bandung pada tanggal 8 Maret 1942. Peristiwa yang mengandung sejarah di Tanah Air kita ini telah ditulis oleh Tuan S. Miyosi seperti di bawah ini: Pada tanggal 8 Maret 1942 ketika fajar kurang lebih jam 07.00 pagi, kami sedang minum kopi sambil menggosok mata, karena kami baru saja memasuki kota Jakarta, dan malamnya banyak diadakan permusyawaratan. Pada waktu itu datanglah seorang utusan dari Markas Besar Balatentara Jepang untuk menyampaikan berita supaya kami secepat mungkin datang, walaupun tidak berpakaian lengkap sekalipun. Kami bertanya kepada utusan itu, apa sebabnya maka kami disuruh tergesa-gesa? Rupa-rupanya balatentara Hindia Belanda memberi tanda-tanda bahwa peperangan hendak dihentikan! Akan ...

Putusan Congres Pemuda-pemuda Indonesia

K ERAPATAN pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja : Jong Java, Jong Soematera (pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan perhimpoenan. Memboeka rapat tanggal 27 dan 28 October tahun 1928 dinegeri Djakarta ; Kerapatan laloe mengambil poeteoesan :  PERTAMA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA. KEDOEA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JG SATOE, BANGSA INDONESIA. KETIGA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJUNGDJUNG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA. Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia. Mengeloerkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatuannja : Kemaoean, sedjarah, bahasa hoekoem adat...

Penyerbuan Lapangan Andir di Bandung

Sebetulnya dengan mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, orang asing yang pernah menjajah harus sudah angkat kaki. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Masih ada saja bangsa asing yang ingin tetap menjajah. Jepang main ulur waktu, Belanda ngotot tetap mau berkuasa. Tentu saja rakyat Indonesia yang sudah meneriakkan semangat "sekali merdeka tetap merdeka" mengadakan perlawanan hebat. Di mana-mana terjadi pertempuran hebat antara rakyat Indonesia dengan penjajah. Salah satu pertempuran sengit dari berbagai pertempuran yang meletus di mana-mana adalah di Bandung. Bandung lautan api merupakan peristiwa bersejarah yang tidak akan terlupakan.  Pada saat sengitnya rakyat Indonesia menentang penjajah, Lapangan Andir di Bandung mempunyai kisah tersendiri. Di lapangan terbang ini juga terjadi pertempuran antara rakyat Kota Kembang dan sekitarnya melawan penjajah, khususnya yang terjadi pada tanggal 10 Oktober 1945. Lapangan terbang Andir merupakan sala...

Pemuda Penjuru Bangsa

"Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". (Ir Soekarno) JAKARTA, KOMPAS -- Pernyataan presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, itu menggambarkan betapa pemuda merupakan potensi yang luar biasa, tidak hanya untuk pembangunan bangsa, tetapi juga untuk mengguncangkan dunia. Dalam perkembangan bangsa ini, kaum muda banyak mewarnai sejarah Indonesia. Tidak hanya dimulai dengan digelarnya Kongres Pemuda II tahun 1928, yang menegaskan "bertanah air dan berbangsa yang satu, bangsa Indonesia serta berbahasa persatuan, bahasa Indonesia", tetapi peristiwa pembentukan negeri ini, misalnya lahirnya Boedi Oetomo tahun 1908, pun digagas pemuda. Bahkan, organisasi kebangsaan, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, tidak bisa dipisahkan dari peranan kaum muda. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang diakui sebagai pemuda adalah warga negara yang m...