Langsung ke konten utama

SI, Cita-Cita & Harapan

Nandang Koswara 
Ketua Dewan Wilayah Syarikat Islam Provinsi Jawa Barat

MAJELIS Tahkim Syarikat Islam (MT SI) adalah pemegang kekuasaan tertinggi organisasi yang diadakan lima tahun sekali dan dipimpin oleh Dewan Pusat Syarikat Islam. Ia berwenang penuh untuk membahas laporan pertanggungjawaban Lajnah Tanfiziyah Syarikat Islam, menerima dan membahas usul-usul dari cabang-cabang Syarikat Islam, membahas rencana kerja, memutuskan peletakan jabatan, serta memutuskan hal-hal yang dipandang penting.

Syarikat Islam merupakan pergerakan perjuangan yang lahir setelah terjadi multitekanan penjajah Belanda di Indonesia. Rakyat Indonesia sangat tertekan oleh penjajah Belanda dengan berbagai tipu muslihatnya. Kebutuhan yang sangat mendesak untuk umat saat itu adalah bidang ekonomi dan kesejahteraan.

Sebuah perjuangan tumbuh pada 16 Oktober 1905 dengan berdirinya Syarikat Dagang Islam yang memiliki komitmen hebat dan keberpihakan terhadap rakyat. Seyogianya tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sayang hari bersejarah itu terabaikan dengan ditetapkannya Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei setiap tahunnya. 

Setahun kemudian, Syarikat Dagang Islam beralih nama menjadi Syarikat Islam di bawah pimpinan Samanhudi. Tujuan utamanya adalah untuk membebaskan diri dari dominasi, diskriminasi, kesewenang-wenangan, keangkaramurkaan, dan belenggu penjajah Belanda yang tak pernah surut. 

Pada tahun 1920-1942 Syarikat Islam tidak lepas dari pergolakan politik. Syarikat Islam sebagai gerakan nasional memiliki cita-cita suci ingin melepaskan bangsa dari penjajahan Belanda. Namun, di era konsolidasi inilah Syarikat Islam dihadapkan kepada infiltrasi politik PKI ke tubuh Syarikat Islam. Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga kesterilan Syarikat Islam dari intervensi dan infiltrasi PKI.

Pada tahun 1921, diproklamirkan Syarikat Islam sebagai partai politik degan nama Partai Syarikat Islam Hindia Timur. Pada tahun 1929 nama tersebut diubah menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia atau disingkat menjadi PSII. Pada masa kemerdekaan, sebagai partai tertua PSII berusaha menghidupkan kembali vitalitasnya, membangun tatanan PSII wujud pengkhidmatan terhadap umat. 

Sampai pada Pemilu 1998, PSII masih tampil. Namun, kenyataan kini sudah menunjukkan kemerosotan yang cukup signifikan. Banyak di antara kaum PSII menolak keterlibatan pada politik praktis, tetapi memberi kesempatan kepada kader-kader SI untuk berada di partai-partai Islam yang memiliki visi dan misi sejalan dengan garis perjuangan SI.

Tiga hal

Sejak Pemilu 2004, PSII uzur, sedangkan Syarikat Islam memperkokoh pada tatanan keumatan di setiap pelosok bumi Indonesia.

Semangat HOS Tjokroaminoto telah berhasil membakar semangat juang Syarikat Islam. Sebersih-bersihnya tauhid, setinggi-tingginya ilmu pengetahuan, dan sepandai-pandainya siyasah menjadi trilogi sandaran gerak perjuangan Syarikat Islam.

Untuk melaksanakan syariat Islam dalam arti seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya, Syarikat Islam telah menetapkan gerak perjuangannya, bersandar pada tiga hal. Pertama, sebersih-bersihnya tauhid diawali dengan menggantungkan segala sesuatu hanya kepada Zat Ilahi Rabi. Kedua, setinggi-tingginya ilmu. Dengan Ilmu menyebabkan orang dapat membedakan apa-apa yang terlarang dari apa-apa yang tidak terlarang. 

Ketiga, sepandai-pandainya siyasah. Prinsip siyasah atau politik bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan umat Islam yang berada di dunia, Pan-Islamisme.

Dalam perjalanannya, Syarikat Islam telah banyak memberikan kontribusi terhadap peradaban bangsa Indonesia, juga turut andil dalam deklarasi kemerdekaan Indonesia. 

Sebuah obsesi besar, HOS Tjokroaminoto berjuang membangkitkan kesadaran umat Islam untuk tetap berjihad fii sabiili al Haq melalui dakwah, ekonomi, dan pendidikan. 

Mansur Suryanegara (2009: 371) menegaskan dengan mencontoh kepemimpinan Rasulullah saw, Oemar Said Tjokroaminoto berjuang membangkitkan kesadaran nasional umat Islam.

Bangkit dengan Alquran dan sunah melalui paradigma lima K. Pertama, kemauan. Seperti yang diingatkan Rasulullah Muhammad saw, dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Bila rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Sebaliknya, bila baik maka baiklah seluruh kerja tubuhnya yakni hati.

Kedua, kekuatan. Tidaklah benar suatu bangsa menjadi "terkalahkan" apabila wilayahnya sudah diduduki. Hal tersebut masih dapat direbut kembali apabila yang terkalahkan masih mempunyai kemauan.

Ketiga, kemenangan. Apabila kemauan yang menumbuhkan kekuatan dan kedua-keduanya telah dijadikan landasan dasar gerak juang umat, dapat diperhitungkan hasilnya, Insya Allah akan memperoleh keuntungan.

Keempat, kekuasaan. Apabila kemenangan tidak disertai tindak lanjut untuk siap berperan aktif sebagai pembuat kebijakan melalui kekuasaan yang diterima sebagai amanah rakyat.

Kelima, kemerdekaan. Hanya dengan berperan aktif dalam pengambilan keputusan (decision making) dalam lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, serta kelembagaan tinggi lainnya, menurut Oemar Said Tjokroaminoto, umat Islam akan memperoleh kemerdekaan politik. Setelah dimilikinya kemerdekaan politik, langkah selanjutnya menciptakan kemerdekaan sejati. Puncak dari kehidupan bernegara dan berbangsa yang berdaulat adalah melepaskan umat Islam dan bangsa Indonesia seluruhnya dari kemiskinan dan kebodohan serta menegakkan keadilan.

Paradigma tersebut akan menjadi spirit dalam pelaksanaan Majelis Tahkim Syarikat Islam. Wujud dari upaya internalisasi nilai-nilai Islam dapat dikuatkan melalui implementasi Trilogi Tandhim sebagai sandaran jihad fii sabiili al Haq yakni sebersih-bersihnya Tauhid, setinggi-tingginya ilmu pengetahuan, dan sepandai-pandainya siyasah, untuk melaksanakan syariat Islam seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya demi menggapai "kemerdekaan sejati" di muka bumi ini. ***



Sumber: Pikiran Rakyat, 24 November 2015



Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Postingan populer dari blog ini

Masuknya Islam di Jawa Kikis Kebesaran Majapahit

Berkibarnya bendera Islam di sepanjang pesisir Selat Malaka menjadi faktor yang mendorong masyarakat di daerah itu, termasuk di Jawa, berbondong memeluk Islam. Bahkan kerajaan Hindu-Majapahit pun tak kuasa membendung proses Islamisasi yang terus merasuk dalam setiap celah kehidupan masyarakat ini, terutama di pesisir pantai Jatim. C erita, hikayat, maupun folklore-folklore seputar hubungan kerajaan di Jawa--terutama Majapahit--dengan pusat penyebaran Islam di daerah itu sebenarnya banyak tersirat pada berbagai tulisan seputar peran Pasai dan Malaka dalam proses Islamisasi di Nusantara. Namun beberapa petikan saja mungkin sudah cukup menjadi petunjuk guna memahami masuknya Islam ke setiap jengkal tanah Jawa yang subur. Mengenai hubungan Jawa dengan Samudra Pasai misalnya, banyak hikayat yang menggambarkan bahwa soal itu terutama bertaut dengan perniagaan. Bahwa para pedagang Jawa harus mampir ke Malaka dan Pasai sebelum melanjutkan perjalanan, itu sudah pasti. Namun soal penyerangan

Dokter Soetomo Selalu Memperjuangkan Nasib Wong Cilik

NGANJUK : Cah bocah, ngger, pada mrenea rungokna kandaku ini Sik cilik tak kudang-kudang Ing tembe kena tak sawang. Dadio wong kang wama santosa, nastiti tresna Kang tresna sapada-pada ojo lali labuh negara. Sepotong kidung ajaran kakeknya, yang selalu didendangkan Soetomo kecil, yang semula bernama Soebroto, di saat berkumpul bersama menggembala kambing dengan teman-teman di desa kelahirannya, ternyata sangat mewarnai betul jiwa kepahlawanan Dr Soetomo, kelak kemudian hari. Tepat 78 tahun lalu, yakni 20 Mei 1908, atau 8 tahun dari saat kidung itu sering dikumandangkan, dr Soetomo membuktikan dengan pembentukan perkumpulan Boedi Oetomo, yang ternyata merupakan percikan api Kebangkitan Nasional, bangsa Indonesia. Perkumpulan itulah, yang kemudian memberikan jiwa dan semangat meraih cita-cita kemerdekaan bangsa. Dokter Soetomo, yang lahir di desa Ngepeh, Nganjuk, Jatim, Minggu legi 30 Juli 1888, sejak kecil diasuh kakeknya, R Ng Singowidjojo yang menjabat Palang  (Kapala Desa) Ngepeh. Ke

Masjid Jami Matraman Pegangsaan (1837)

S udah jadi kebiasaan masyarakat Melayu tempo dulu di Batavia, memplesetkan kata-kata yang sekiranya dianggap sulit untuk diucapkan. Banyak contoh nama-nama daerah di Betawi yang penyebutannya digampangkan sedemikian rupa. Misalnya daerah Mester di kawasan Jatinegara. Kata Mester, kala itu sebenarnya terucap untuk menyebutkan sebuah tempat di mana seorang pejabat Belanda tinggal di daerah itu--tanahnya membentang dari Salemba sampai daerah Jatinegara. Orang itu biasa dipanggil Meester Cornelis. Maka orang-orang Betawi yang ingin bepergian ke tempat itu menyebutkan Mester. Satu lagi yang juga masih berdekatan dengan wilayah Mester adalah daerah Matraman. Konon daerah ini merupakan pusat komunitas mantan prajurit-prajurit Kerajaan Mataram, Yogyakarta. Banyak dari sebagian prajurit yang diutus Sultan Agung untuk menyerang VOC pimpinan Jan Pietersen Coen di Batavia, memilih tetap tinggal di Batavia setelah gagal merebut pusat pemerintahan kolonial itu. Diduga prajurit-prajurit itu bukan te

Di Belakang Rahasia Jepang Menjanjikan Kemerdekaan Indonesia

Oleh : Djamal Marsudi. 1. Di semua medan pertempuran pasukan-pasukan Jepang terdesak mundur dan hancur. 2. Di daerah pendudukan Jepang timbul pemberontakan-pemberontakan. 3. Di negeri Jepang sendiri timbul krisis politik dan ekonomi. Pada waktu pecahnya perang Pasifik tanggal 8 Desember 1941, pasukan-pasukan Jepang dalam waktu yang singkat dapat merebut dan menduduki kota-kota besar Hongkong, Philipina, Singapura dan Pulau Jawa dapat direbut dalam waktu satu minggu. Taktik dan cara-cara penyerbuan pasukan Jepang di kala itu sungguh sangat menakjubkan dunia, terutama Inggeris, Amerika Serikat dan negeri-negeri Sekutunya. Indonesia yang masih bernama Hindia Belanda yang belum diinjak oleh tentara Jepang hanya kota Merauke yang ada di Irian Jaya, sedangkan kota-kota lainnya dari Sabang sampai Hollandia yang namanya sekarang Jayapura telah diduduki tentara Jepang. Malahan di Hollandia dan pulau Biak inilah beribu-ribu tentara Jepang dan Amerika Serikat yang telah tewas. Pada permulaan tahu

Sekilas Perjalanan Militer Jepang Menguasai Asia

D ORONGAN klasik bagi suatu invasi biasanya masalah ekonomi. Begitu pula dengan Jepang. Menurut Asiatic Land Battles: Japanese Ambitions in the Pacific  yang ditulis oleh Trevor Nevitt Dupuy, seorang kolonel angkatan bersenjata AS, meskipun Jepang menjadi negara industri modern, namun negara ini kekurangan sumber bahan baku dan bahan mentah. Karena itu, Jepang tidak bisa menghasilkan cukup banyak makanan buat memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya sebanyak 70 juta orang waktu itu. Untuk itu para pemimpin Jepang kemudian mulai melirik apa yang disebut "Kawasan Sumber Daya bagian Selatan" dari Asia Tenggara, yang berlimpah cadangan beras, dan bahan tambang seperti nikel, besi, emas, minyak, timah, serta sumber daya alam lainnya. Namun kawasan ini kala (tahun 1940) itu masih diduduki sejumlah negara Barat. Inggris menduduki Myanmar, Malaysia, dan sebagian Kalimantan. Hindia Timur (Indonesia) dikuasai Belanda, Indocina oleh Perancis, dan Amerika Serikat memiliki Filipina.

Indonesia Raya dari Waktu ke Waktu

TAK lama setelah menyatakan kemerdekaan, bangsa Indonesia "diguncang" oleh sebuah pernyataan. Sekitar tahun 1950-an, musikolog Amir Pasaribu (almarhum) meragukan keabsahan lagu Indonesia Raya  karya Wage Rudolf Supratman. Tuduhan utama, lagu kebangsaan itu merupakan hasil plagiat dari gaya off beat Pinda-Pinda  atau Lekka-Lekka . Lagu-lagu itu sendiri dimainkan orang di Belanda.  Tapi, benarkah lagu ciptaan W. R. Soepratman itu merupakan plagiat? "Semula saya terangsang juga untuk mencari kebenarannya, tetapi tidak ketemu-ketemu. Dan saya sendiri belum pernah mendengar bagaimana Off Beat Pinda-Pinda  atau Lekka-Lekka  itu. Sulit untuk mengatakan betul tidaknya sebagai hasil plagiat," ujar Remy Silado, pengamat musik. Kalau pun merupakan plagiat, Remy pun mengharap untuk tidak merisaukannya. Sebab lagu yang seringkali sudah dianggap sebagai national anthem  oleh suatu bangsa, seringkali merupakan hasil karya orang lain. Kimigayo  (lagu kebangsaan Jepang) misalnya, su

Grebeg Demak, Tradisi Peninggalan Wali

D emak, salah satu ibu kota kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Tengah menurut sejarah merupakan pusat penyiaran agama Islam oleh Wali Sanga di tanah Jawa. Karena itu Demak mendapat predikat sebagai 'Kota Wali'. Salah satu bukti adalah masjid agung yang menghadap Alun-alun Simpang Lima. Masjid ini menyimpan banyak barang peninggalan para wali. Di kota ini terdapat pula makam seorang wali, Sunan Kalijaga, di Kadilangu, sekitar 2 km dari masjid agung. Setiap bulan Dzulhijjah menjelang hari raya Idul Adha, Demak dibanjiri wisatawan ziarah. Dan, puncak kedatangan arus wisatawan terjadi pada perayaan tradisional berupa 'Grebeg Besar' yang diselenggarakan sejak tanggal 1 hingga 10 Dzulhijjah. Untuk tahun ini, Grebeg Besar dipusatkan di Dukuh Tembiring, Desa Jogoloyo, Kecamatan Wonosalam, dan dibuka oleh Bupati H Djoko Widji Suwito SIP, 19 Maret 1999 lalu. Grebeg Besar berasal dari dua kata, yakni grebeg yang artinya datang beramai-ramai, dan besar karena perayaan tradision