Langsung ke konten utama

Diciptakan dengan Taruhan Nyawa

Nasibkoe soedah begini. Inilah jang disoekai oleh Pemeritah Hindia Belanda. Biarlah saja meninggal, saja ichlas. Saja toch soedah beramal, berdjoeang dengan tjarakoe, dengan biolakoe. Saja jakin, Indonesia pasti merdeka.

KUNCARSONO PRASETYO
SURABAYA

CATATAN singkat ini ditulis WR Soepratman di dalam Penjara Kalisosok, Surabaya, menjelang kematiannya pada 17 Agustus 1938, atau tujuh tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dia meninggal di dalam bui setelah baru saja digerebek Polisi Rahasia Belanda.

Selama lebih dari 10 tahun dia menjadi buruan polisi, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Saat di penjara, ia sakit keras dan meninggal di dalam kesepian. Padahal Soepratman tidak pernah memanggul senjata seperti gambaran sosok pahlawan selama ini. Itu semua gara-gara biolanya yang menggesek lagu Indonesia Raya, lagu penggugah semangat yang diciptakannya. 

Menurut Oerip Kasansengari, kakak ipar WR Soepratman, dalam bukunya Sedjarah Lagu Kebangsaan Indonesia Raja (terbitan PD Percetakan Grafika Karya, Surabaya, 1967), lagu bersejarah ini muncul gara-gara Soepratman tidak sengaja membeli majalah Timboel terbitan Solo pada tahun 1923. Di dalamnya muncul sebuah artikel berjudul Manakah Komponis Indonesia jang Bisa Tjiptakan Lagoe Kebangsaan Indonesia jang Dapat Bangkitkan Semangat Rakjat. 

Hati Soepratman tampaknya tergerak oleh artikel itu. Saat itu dia adalah wartawan koran Sin Po sekaligus komponis atau penggubah lagu. Artikel di majalah Timboel itu seolah-olah ditujukan kepada dirinya. 

Tidak ada catatan yang pasti kapan Soepratman menulis lagu kebangsaan itu. Diduga lagu itu sudah lahir beberapa bulan setelah artikel itu dibacanya. Dia menggunakan biola untuk membawakannya. Namun lagu itu tidak pernah didendangkan.

Beberapa pendapat ahli sejarah mengatakan, pada 1926 ketika ada Kongres Pemuda I, Soepratman yang hadir meliput acara ini pernah akan menawarkan kepada ketua kongres supaya diberi kesempatan memperdengarkan lagu anyar itu kepada peserta kongres. Namun niat itu tidak pernah disampaikan sampai kongres ditutup. Saat itu keberaniannya belum cukup.

Darah Soepratman mendesis percaya diri ketika Kongres Pemuda II akan digelar. Sehari sebelum kongres dibuka pada 27 Oktober, dia menulis berita di Sin Po tentang telah lahirnya sebuah lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Nah, ketika Kongres Pemuda II digelar, 28 Oktober 1928, pada malam penutupan, Soepratman ternyata sudah berani mewujudkan niatnya yang tertunda dua tahun. Gesekan biolanya mengiringi paduan suara yang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Itulah penampilan perdana lagu Indonesia Raya di depan umum.

Menurut Oerip Soedarman, anak Oerip Kasansengari, Soepratman menanggung akibat yang sangat berat setelah lagu itu menjadi populer. Dia menjadi buron penjajah Belanda dan memilih lari dari Batavia (Jakarta) ke Cimahi, Jawa Barat. Namun ketika di Cimahi persembunyiannya diketahui, Soepratman menyingkir ke Pemalang (Jawa Tengah). Belum begitu lama, dia lantas lari jauh ke Surabaya. Dia tinggal di kamar sempit rumah kakaknya, Rukiyem Supratijah, di Jl Mangga 21, Surabaya.

Di Surabaya dia menciptakan lagu Matahari Terbit. Pada 1 Agustus 1938 dia ditangkap Belanda di Radio Nirom Jalan Embong, Malang, ketika menyiarkan lagu tersebut bersama kepanduan.

Soepratman disiksa dan dipenjara di Kalisosok sampai meninggal 17 hari kemudian. 

Akhir hidupnya tragis. Dikisahkan, hanya segelintir orang yang mengantarkan Soepratman dari persemayamannya di Jl Mangga ke pemakamannya di Kuburan Rangkah. []



Sumber: Surya, 15 Agustus 2009



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkaian Peristiwa Bandung Lautan Api (4) Perintah: Bumi-hanguskan Semua Bangunan

Oleh AH NASUTION Bandung Lautan Api Setelah di pos komando, oleh kepala staf diperlihatkan "kawat dari Yogya" tanpa alamat si pengirim: "Tiap sejengkal tumpah darah harus dipertahankan." Maka mulailah perundingan-perundingan, dengan sipil, dengan badan perjuangan dan dengan komandan-komandan resimen 8 serta Pelopor. Pihak sipil meminta sekali lagi kepada panglima div Inggris untuk menunda batas waktu, agar rakyat dapat ditenangkan dan diatur. Tapi Inggris menolak. Walikota berpidato, bahwa pemerintah sipil menaati instruksi pemerintah pusat dan akan tetap berada bersama rakyat di dalam kota. Letkol. Sutoko menyarankan: ke luar bersama rakyat. Letkol Omon A. Rahman menyatakan: resmi taat, tapi sebagai rakyat berjuang terus. Mayor Rukmana: ledakan terowongan Citarum di Rajamandala, supaya kita buat "Bandung Lautan Api" dan "Bandung Lautan Air". Keadaan amat emosional Sebagai panglima penanggung jawab saya putuskan akhirn...

Putusan Congres Pemuda-pemuda Indonesia

K ERAPATAN pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja : Jong Java, Jong Soematera (pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan perhimpoenan. Memboeka rapat tanggal 27 dan 28 October tahun 1928 dinegeri Djakarta ; Kerapatan laloe mengambil poeteoesan :  PERTAMA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA. KEDOEA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JG SATOE, BANGSA INDONESIA. KETIGA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJUNGDJUNG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA. Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia. Mengeloerkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatuannja : Kemaoean, sedjarah, bahasa hoekoem adat...

Kemerdekaan, Hadiah dari Siapa?

Oleh ERHAM BUDI W. ANAK  bangsa adalah anak sejarah sekaligus ahli waris kisah. Mewarisi kisah berarti juga mewarisi semangat. Dengan semangat itulah, kisah selanjutnya akan ditorehkan oleh para penerus. Berkaitan dengan ulang tahun kemerdekaan yang lusa kita peringati bersama, pertanyaan kritis yang kerap muncul adalah benarkah kemerdekaan yang kita peroleh merupakan buah perjuangan? Ataukah hadiah belaka? Kemerdekaan memang bisa dimaknai sebagai hadiah, tapi tentu bukan pemberian cuma-cuma. Hadiah dari Jepang? Kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Pemerintah Jepang. Asumsi tersebut sebenarnya cukup beralasan. Gagasan menghadiahkan kemerdekaan kepada Indonesia muncul pada 7 September 1944 melalui pernyataan PM Koiso Kuniaki yang menggantikan Hideo Tojo. Sejak saat itulah, Sang Saka Merah Putih boleh dikibarkan. Bahkan, Laksamana Muda Maeda Tadashi mendirikan Asrama Indonesia Merdeka di Jakarta serta membantu biaya perjalanan Sokarno dan Hatta ke beberapa...

"Abangan"

Oleh AJIP ROSIDI I STILAH abangan berasal dari bahasa Jawa, artinya "orang-orang merah", yaitu untuk menyebut orang yang resminya memeluk agama Islam, tetapi tidak pernah melaksanakan syariah seperti salat dan puasa. Istilah itu biasanya digunakan oleh kaum santri  kepada mereka yang resminya orang Islam tetapi tidak taat menjalankan syariah dengan nada agak merendahkan. Sebagai lawan dari istilah abangan  ada istilah putihan , yaitu untuk menyebut orang-orang Islam yang taat melaksanakan syariat. Kalau menyebut orang-orang yang taat menjalankan syariat dengan putihan  dapat kita tebak mungkin karena umumnya mereka suka memakai baju atau jubah putih. Akan tetapi sebutan abangan-- apakah orang-orang itu selalu atau umumnya memakai baju berwarna merah? Rasanya tidak. Sebutan abangan  itu biasanya digunakan oleh orang-orang putihan , karena orang "abangan" sendiri menyebut dirinya "orang Islam". Istilah abangan  menjadi populer sejak digunakan oleh Clifford ...