Langsung ke konten utama

Gelar 'Pahlawan Nasional' untuk Adam Malik

JAKARTA -- Mantan wakil presiden (almarhum) Adam Malik kemarin mendapat anugerah gelar 'Pahlawan Nasional' dari pemerintah. Gelar yang sama juga dianugerahkan kepada almarhum Tjilik Riwut (mantan Gubernur Kalteng tahun 1957-67), Sultan Pasir Kaltim almarhum La Maddukelleng, serta Sultan Siak Riau almarhum Sultan As-syaidis Syarif Kasim Sani.

Gelar itu diserahkan Presiden BJ Habibie kepada ahli waris masing-masing, pada upacara peringatan Hari Pahlawan 10 November, di Istana Merdeka kemarin. Gelar untuk Adam Malik diterima oleh istrinya, Ny Nelly Adam Malik. Tampak hadir pada acara itu antara lain Ny Hasri Ainun Habibie, Ketua DPR/MPR Harmoko, Ketua DPA Baramuli, Ketua MA Sarwata, Menko Polkam Feisal Tanjung, serta Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita.

Pada acara tersebut, Kepala Negara juga menyerahkan tanda kehormatan 'Bintang Republik Indonesia' kepada sejumlah tokoh masyarakat yang sudah meninggal, khususnya yang berjasa pada masa perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Mereka adalah almarhum Sjafruddin Prawiranegara (mantan Ketua Pemerintahan Darurat RI/-Masyumi), almarhum Sutan Sjahrir (mantan PM tahun 1945-1947/PSI), almarhum Mohammad Natsir (PM tahun 1950-1951/Masyumi), almarhum Burhanuddin Harahap (mantan PM tahun 1955-1956/Masyumi), dan almarhum Mister Sartono (Ketua DPR tahun 1956-1959).

Selanjutnya Kepala Negara juga menyerahkan tanda kehormatan 'Bintang Mahaputera Adipradana' kepada almarhum Kiai Haji Saifuddin Zuhri (Menag tahun 1962-67/NU), almarhum Kiai Fathurrahman Kafrawi (Menag 1946-47/NU), Kiai Muhammad Wahib Wahab (Menag 1959-62/NU), Kiai Haji Zainul Arifin (Wakil PM tahun 1953), almarhum Haji Mohammad Hasan (Menteri Urusan Pendapatan tahun 1964-65).

Sementara itu, tanda kehormatan 'Bintang Mahaputera Utama' dianugerahkan kepada almarhum Dr Satiman (tokoh perintis kemerdekaan), almarhum Sutan Muhammad Amin Kroeng (Gubernur Sumut tahun 48-50), almarhumah Nyonya Lasmidjah Hardi (perintis kemerdekaan), Prof Harsja W Bachtiar (Kepala Balitbang Depdikbud), serta Pendeta Filep Jacob Spener (Ketua Sinode Umum Gereja Kristen Indonesia, Irian Jaya). Kemudian almarhumah Ni K'tut Tantri yang dikenal sebagai wartawati dianugerahkan tanda kehormatan 'Bintang Mahaputera Naraya'.

Keempat tokoh nasional yang kemarin mendapat anugerah 'Pahlawan Nasional' dinilai berjasa luar biasa terhadap negara dan bangsa dalam perjuangannya melawan penjajah dan mempertahankan prinsip kemerdekaan.

Almarhum, mantan wakil presiden periode 1978-1983, dinilai berjasa dalam membangun negara dan bangsa Indonesia. Ia juga dinilai berjasa dalam membawakan politik luar negeri 'bebas aktif', pembebasan Irian Barat dan merumuskan prinsip dasar ASEAN serta memperjuangkan integrasi Timor-Timor.

Kemudian almarhum Tjilik Riwut, mantan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalteng tahun 1957-1967, dinilai berjasa mengangkat derajat suku Dayak serta mempelopori pembangunan Kota Palangkaraya. Almarhum pernah diterjunkan dengan pesawat Dakota AURI pada 1946 di sekitar Kotawaringin bersama beberapa orang sebagai 'Pasukan Payung' kemudian ditangkap pasukan Belanda.

Sedangkan almarhum La Maddukelleng (mantan Sultan Pasir Kalimantan Timur, mantan Arung Matoa atau Raja Wajo Sulawesi Selatan tahun 1726-1765) dan almarhum Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifudin (mantan Sultan Siak Sri Indrapura Riau tahun 1915 sampai kemerdekaan) dinilai berjasa dalam perjuangan mempertahankan prinsip kemerdekaan sehingga tindak kepahlawanannya yang demikian itu dapat dijadikan teladan bagi setiap warga negara Indonesia.

Seusai menganugerahkan tanda-tanda kehormatan, Kepala Negara yang didampingi Ibu Hasri Ainun Habibie serta Mensos Justika Syarifuddin Baharsyah beramah-tamah dengan para warakawuri serta keluarga pahlawan nasional sambil makan siang di Istana Negara. [] dam/ris



Sumber: Tidak diketahui, 10 November 1998



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkaian Peristiwa Bandung Lautan Api (4) Perintah: Bumi-hanguskan Semua Bangunan

Oleh AH NASUTION Bandung Lautan Api Setelah di pos komando, oleh kepala staf diperlihatkan "kawat dari Yogya" tanpa alamat si pengirim: "Tiap sejengkal tumpah darah harus dipertahankan." Maka mulailah perundingan-perundingan, dengan sipil, dengan badan perjuangan dan dengan komandan-komandan resimen 8 serta Pelopor. Pihak sipil meminta sekali lagi kepada panglima div Inggris untuk menunda batas waktu, agar rakyat dapat ditenangkan dan diatur. Tapi Inggris menolak. Walikota berpidato, bahwa pemerintah sipil menaati instruksi pemerintah pusat dan akan tetap berada bersama rakyat di dalam kota. Letkol. Sutoko menyarankan: ke luar bersama rakyat. Letkol Omon A. Rahman menyatakan: resmi taat, tapi sebagai rakyat berjuang terus. Mayor Rukmana: ledakan terowongan Citarum di Rajamandala, supaya kita buat "Bandung Lautan Api" dan "Bandung Lautan Air". Keadaan amat emosional Sebagai panglima penanggung jawab saya putuskan akhirn...

Putusan Congres Pemuda-pemuda Indonesia

K ERAPATAN pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja : Jong Java, Jong Soematera (pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan perhimpoenan. Memboeka rapat tanggal 27 dan 28 October tahun 1928 dinegeri Djakarta ; Kerapatan laloe mengambil poeteoesan :  PERTAMA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA. KEDOEA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JG SATOE, BANGSA INDONESIA. KETIGA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJUNGDJUNG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA. Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia. Mengeloerkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatuannja : Kemaoean, sedjarah, bahasa hoekoem adat...

Kemerdekaan, Hadiah dari Siapa?

Oleh ERHAM BUDI W. ANAK  bangsa adalah anak sejarah sekaligus ahli waris kisah. Mewarisi kisah berarti juga mewarisi semangat. Dengan semangat itulah, kisah selanjutnya akan ditorehkan oleh para penerus. Berkaitan dengan ulang tahun kemerdekaan yang lusa kita peringati bersama, pertanyaan kritis yang kerap muncul adalah benarkah kemerdekaan yang kita peroleh merupakan buah perjuangan? Ataukah hadiah belaka? Kemerdekaan memang bisa dimaknai sebagai hadiah, tapi tentu bukan pemberian cuma-cuma. Hadiah dari Jepang? Kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Pemerintah Jepang. Asumsi tersebut sebenarnya cukup beralasan. Gagasan menghadiahkan kemerdekaan kepada Indonesia muncul pada 7 September 1944 melalui pernyataan PM Koiso Kuniaki yang menggantikan Hideo Tojo. Sejak saat itulah, Sang Saka Merah Putih boleh dikibarkan. Bahkan, Laksamana Muda Maeda Tadashi mendirikan Asrama Indonesia Merdeka di Jakarta serta membantu biaya perjalanan Sokarno dan Hatta ke beberapa...

"Abangan"

Oleh AJIP ROSIDI I STILAH abangan berasal dari bahasa Jawa, artinya "orang-orang merah", yaitu untuk menyebut orang yang resminya memeluk agama Islam, tetapi tidak pernah melaksanakan syariah seperti salat dan puasa. Istilah itu biasanya digunakan oleh kaum santri  kepada mereka yang resminya orang Islam tetapi tidak taat menjalankan syariah dengan nada agak merendahkan. Sebagai lawan dari istilah abangan  ada istilah putihan , yaitu untuk menyebut orang-orang Islam yang taat melaksanakan syariat. Kalau menyebut orang-orang yang taat menjalankan syariat dengan putihan  dapat kita tebak mungkin karena umumnya mereka suka memakai baju atau jubah putih. Akan tetapi sebutan abangan-- apakah orang-orang itu selalu atau umumnya memakai baju berwarna merah? Rasanya tidak. Sebutan abangan  itu biasanya digunakan oleh orang-orang putihan , karena orang "abangan" sendiri menyebut dirinya "orang Islam". Istilah abangan  menjadi populer sejak digunakan oleh Clifford ...