Langsung ke konten utama

Hari Ini, 39 Tahun Hiroshima Dibom

Oleh: Lerman Sipayung

Bangunan tua yang tinggal rangka itu tampak seperti merana. Berdiri tegak di tepi sungai Motoyasu yang membelah kota Hiroshima, Jepang, bangunan yang tinggal puing itu menjadi asing di antara bangunan-bangunan modern, beberapa puluh meter di sebelah baratnya. Sejumlah burung merpati tampak hinggap di atasnya, sekali-kali terbang ke pohon-pohon yang tumbuh di samping bangunan itu. Bahkan pohon-pohon tersebut bagaikan pelindung bangunan itu dari sengatan panas matahari dan tetesan air hujan.

Walaupun tinggal puing dengan warna buram yang membalutnya, ternyata bangunan tersebut bagi Jepang memiliki nilai sejarah. Sebelum jadi puing, bangunan tua itu dikenal sebagai Kantor Promosi Industri Hiroshima. Kini bekas kantor itu menjadi saksi bisu pemboman Hiroshima oleh Amerika Serikat 39 tahun lalu, tepatnya 6 Agustus 1945. Dibangun perusahaan konstruksi Jan Letzel tahun 1914, bangunan yang tinggal puing itu seolah-olah berkata kepada dunia. "Akulah saksi atas tragedi Hiroshima yang membawa korban ratusan ribu manusia tanpa dosa."

Bangunan yang tinggal puing itu kini dikenal dengan nama Kubah Bom Atom. Pemerintah Jepang membiarkannya seperti apa adanya, tanpa ada kelihatan bagian yang dipugar. Di sebelah timurnya, berbatasan dengan sungai Motoyasu, terhampar sebuah taman yang luas, ditumbuhi berbagai pepohonan berwarna hijau. Tidak kurang 54 patung perdamaian terdapat di atas taman tersebut, yang diberi nama Taman Perdamaian Hiroshima. Salah satu bangunan yang terdapat pada ujung timur taman itu, Museum Perdamaian Hiroshima.

***

Hari ini, 6 Agustus 1984, tragedi Hiroshima genap 39 tahun. Seperti lazimnya tiap tanggal 6 Agustus, maka dapat dipastikan di taman Perdamaian Hiroshima hari ini masyarakat melimpah ruah. Gubernur Hiroshima pada kesempatan tersebut akan membacakan Deklarasi Perdamaian, sementara kelompok-kelompok masyarakat akan melakukan upacara keagamaan.

Tragedi Hiroshima bagi bangsa Jepang merupakan pengalaman pahit dalam sejarah peperangan. Mungkin itulah sebabnya masyarakat Jepang tidak begitu bersemangat jika diajak berbicara atas peristiwa itu. Betapa tidak. Jepang yang dalam usahanya untuk membangun suatu imperium di Asia, secara tiba-tiba pada tahun 1941 menyerang dan membom Pearl Harbor, suatu pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang terbesar di Pasifik.

Kemajuan industri dan teknologi yang dicapainya sejak Restorasi Meiji 1896-1912, membuat Jepang berhasil menjadikan dirinya sebagai negara modern berikut negara industri. Modernisasi yang dilakukan Meiji terhadap negara Samurai itu benar-benar membuat Jepang mampu mengejar ketertinggalannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi barat. Padahal sebelum Meiji tampil, negara ini pada masa Tokugawa terisolasi selama 250 tahun.

Sebagai bukti bahwa negara Samurai itu telah bangkit dari isolasi dibuktikan dalam Perang Jepang-Rusia tahun 1904-1905. Dalam peperangan tersebut Jepang benar-benar menunjukkan kemampuannya kepada dunia. Sebelumnya, pada tahun 1894-1895 Jepang juga sudah berperang dengan Cina guna merebut kekuasaan atas Korea, Manchuria dan Pulau Taiwan.

Kemampuan fisik yang dimiliki Jepang yang sudah hampir setaraf dengan dunia barat mereka buktikan pada tahap Perang Dunia II. Kemenangan yang diperolehnya membuat negara ini menjadi "sombong", sebagaimana dikatakan bekas Dubes Indonesia di Jepang, Sayidiman Suryohadiprojo, dalam bukunya Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjoangan Hidup.

Akhirnya Jepang harus membayar "kesombongan" itu dengan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945. "Situasi perang berkembang sedemikian sehingga tidak menguntungkan kedudukan Jepang," demikian Kaisar Hirohito bergelar Tenno Haika pada 15 Agustus 1945 menyudahi Perang Dunia II. Kemudian Kaisar memerintahkan pemerintah militer Jepang menyerang kepada Sekutu tanpa syarat. 

***

Demikian kisah Hiroshima 39 tahun yang lalu. Sebagai kota industri, kota pelabuhan dan salah satu pusat kekuatan militer, kesibukan masyarakat kota Hiroshima mewarnai aktivitas kota itu, pagi hari 6 Agustus 1945. Masyarakat Hiroshima, termasuk pemimpin-pemimpin Jepang yang berpusat di Tokyo, tidak mengetahui bahwa malam hari menjelang subuh, di sebuah pulau kecil yang jaraknya 2.740 kilometer dari Hiroshima, sejumlah awak pesawat pembom Amerika sedang sibuk untuk melakukan penerbangan.

Tepat pukul 2.45 pagi hari pesawat yang diberi mana "Enola Gay" itu take off dari pulau kecil Tinian di gugusan kepulauan Marianas, di sebelah barat Pasifik. Setelah terbang selama 6 jam 30 menit, pesawat yang membawa 12 awak itu sampai di atas kota Hiroshima. Di dalam perut pesawat tersebut, terbujur sebuah bom atom, panjangnya 3 meter, berat 4 ton yang dibuat dari Uranium 235.

Tepat pukul 8.15 waktu Jepang, pesawat pembom itu memuntahkan isi perutnya dan beberapa detik kota Hiroshima berikut penghuninya musnah. Dalam sekejap, kota yang indah itu sudah bagaikan neraka, di samping gumpalan asap gelap, mayat manusia pun bergelimpangan dan hangus disembur cahaya panas ledakan bom atom. Bangunan-bangunan menjadi rontok, sedangkan tiang-tiangnya yang dibuat dari besi meleleh dan di atas tanah bergeletakkan puing-puing pengisi Hiroshima.

Berapa jumlah manusia yang korban dalam peristiwa itu, hingga sekarang belum ada angka yang pasti. Dalam sebuah brosur yang diterbitkan Museum Perdamaian Hiroshima yang mengutip perkiraan Markas Besar Kepolisian Hiroshima tanggal 30 Nopember 1945 disebutkan jumlah manusia yang korban 306.535. Perinciannya, mati 78.150, luka berat 9.428, luka ringan 27.997 orang, hilang 13. 983, penderita umum 176.977.

Setahun kemudian, Bagian Riset Kota Hiroshima mengeluarkan angka perkiraan. Jumlah korban manusia seluruhnya menjadi 320.081. Perinciannya, mati 118.661 orang, hilang 3.677, luka berat 30.524, luka ringan 48.606 dan luka-luka lainnya 118.613. Sedangkan bangunan yang mengalami kerusakan seluruhnya 55.000 buah.

***

Seluruh rangkaian peristiwa itu berikut foto-foto dan sisa-sisa benda yang dapat dipungut seusai peristiwa yang mengerikan itu kini dipamerkan di Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima. Sejak museum itu selesai dibangun tahun 1955, ribuan pengunjung dari berbagai penjuru dunia mengunjunginya setap hari. Diperkirakan jumlah pengunjung museum tersebut, setiap tahun 1.200.000 orang.

Begitu masuk museum, pengunjung dapat menyewa tape recorder berikut kaset yang berisi penjelasan terhadap seluruh foto-foto peristiwa yang ada di dalam museum. Foto-foto tersebut berikut sisa-sisa benda, tampak tersusun rapi di dalam kotak kaca.

Sebelum pengunjung tiba pada foto-foto tersebut, di depan pintu masuk terdapat berbagai keterangan yang mengawali peristiwa 6 Agustus 1945, termasuk perjalanan bom atom hingga tiba ke kepulauan Tinian tanggal 26 Juli 1945. Dalam salah satu keterangan dijelaskan, hingga 3 Agustus 1945, salah satu yang akan dijadikan sasaran bom atom adalah Hiroshima, Kokuna, Nigata, dan Nagasaki.

Melangkah ke bagian dalam, terpampang foto-foto peristiwa yang membuat hati pilu menyaksikannya. Melihat peristiwa yang terpampang dalam foto-foto itu, sulit membayangkan situasi Hiroshima pada waktu itu. Mereka hampir tidak sempat berpikir tentang penyelamatan diri, karena cahaya panas ledakan bom atom langsung membalut tubuhnya.

Di samping foto-foto itu, dipamerkan berbagai sisa-sisa benda. Di dalam sebuah kaleng kcil misalnya, terdapat sisa nasi yang sudah hangus, yang mungkin belum sempat dicicipi pemiliknya. Pada tempat lain, digantungkan beberapa potong pakaian, pakaian seragam militer Jepang, pakaian seragam murid sekolah, ikat pinggang, sandal Jepang yang terbuat dari kayu dan mata uang Jepang.

Sementara itu, di dalam sebuah botol, tampak diawetkan bagian badan manusia, sisa-sisa sengatan bom atom. Sejumlah pelajar dari luar kota Hiroshima, tampak "berdesah" ketika menyaksikan dokumentasi peristiwa itu. Dengan cepat, mereka surut ke belakang karena tidak kuat melihatnya. Di tempat lain, berdekatan dengan sebuah kacamata, terdapat jam tangan yang menunjukkan angka 8.15, saat terjadinya tragedi. Dalam keterangan yang terdapat di bawah jam itu dijelaskan, jam tersebut dipungut dari sungai Motoyasu yang mengalir di sebelah timur Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima. Bahkan sisa-sisa pintu rumah yang terbuat dari besi juga ada di dalam museum itu, sebagai bukti kejahatan bom atom.

Menyaksikan pengunjung yang berada di museum tersebut, tak ubahnya bagaikan melihat orang yang baru kemalangan. Hampir tidak ada yang senyum. Dengusan napas pengunjung menunjukkan suatu kengerian akibat yang ditimbulkan peperangan. Tentunya, jika pemerintah Jepang membangun museum tersebut bukan dimaksudkan sekadar untuk mengenang peristiwa terhadap Amerika Serikat. Seluruh pameran di dalam museum itu paling tidak berbicara kepada pengunjungnya tentang akibat yang ditimbulkan senjata nuklir, tentang arti suatu perdamaian.

Hal itu paling tidak tergambar dari isi kalimat yang tergores pada batu, di depan Tugu Atom, beberapa meter dari museum. "Biarlah semua jiwa di sini istirahat dalam damai karena kita tidak akan mengulangi kejahatan peperangan". Tugu atom tersebut dibangun untuk memperingati korban Hiroshima yang dikubur di tempat lain. Di bagian belakang tugu tersebut, di pinggir utara Kolam Perdamaian terdapat Api Perdamaian yang melambangkan keinginan dunia bebas dari senjata nuklir. Konon, api itu akan tetap hidup selama senjata nuklir belum hilang dari muka bumi. Sementara itu ratusan burung merpati yang terdapat di dalam taman itu, tampak jinak terhadap pengunjung, mungkin dapat diitafsirkan sebagai keinginan burung tersebut agar manusia di dunia hidup dengan damai, sebagaimana Merpati yang selalu terbang bersama dan hinggap juga bersama.

***

Baik di Museum Perdamaian Hiroshima maupun di Gedung Perdamaian, hampir tidak ada keterangan yang menjelaskan mengapa Hiroshima dan Nagasaki yang dijadikan sasaran bom atom oleh Amerika Serikat. Dan mengapa bukan Tokyo, mengingat yang terakhir ini menjadi pusat seluruh kegiatan Jepang.

Prof Dr Mitsuo Nakamura, ahli antropologi dari Universitas Chiba dalam suatu wawancara dengan Suara Karya di Tokyo belum lama ini menjelaskan, dilihat dari segi geografi, Hiroshima jauh lebih menguntungkan dibom bila dibanding dengan Tokyo. "Efeknya memang lain jika Hiroshima yang dibom. Karena kota itu bentuknya bundar seperti piring, tidak rata seperti Tokyo. Di samping itu Hiroshima merupakan salah satu pusat kekuatan militer Jepang," kata Nakamura. Yang pasti, lanjut Nakamura, Kyoto dan Nara tidak akan dibom, karena sekelompok sejarawan dan budayawan Amerika yang spesialisasinya tentang Jepang merasa keberatan jika kedua kota tua itu dihancurkan. Karena itu Nara dan Kyoto sama sekali tidak kena sasaran bom, sementara Tokyo, Osaka, dan Nagoya kena bom biasa.

Menjawab pertanyaan tentang hikmah yang diambil pemerintah Jepang atas pemboman Hiroshima, Nakamura mengatakan, dengan pengalaman pahit itu Jepang tidak akan membangun kekuatan militer. Dari segi demokrasi, pemerintah Jepang akan lebih mendengar suara rakyatnya, karena bangsa Jepang merasa, sebelum Perang Dunia II, pemimpin Jepang kurang tanggap terhadap keinginan rakyat yang mendambakan perdamaian dunia, khususnya di Asia. Waktu itu tidak ada suatu mekanisme yang kuat untuk mencegah kecenderungan diktatoris.

Di samping itu, lanjut Nakamura, adanya keinginan untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat umum. Sebelum Perang Dunia II, sistem politik di Jepang, walaupun semi demokratis, memperbolehkan diktatoris militer. Masyarakat yang waktu itu kurang pandai, tidak melihat bahaya yang tersembunyi dalam sistem tersebut. Agar hal itu tidak terulang dan rakyat tidak tertipu oleh pemimpinnya, masyarakat perlu mendapat pengetahuan yang lebih tinggi.



Sumber: Suara Karya, 6 Agustus 1984



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Ini 44 Tahun Lalu (1) Mereka Tidak Rela Kemerdekaan Lepas Kembali

Pengantar Hari ini, 11 Desember 1990, masyarakat Sulawesi Selatan kembali memperingati peristiwa heroik 44 tahun lalu, di mana segenap lapisan masyarakat ketika itu bahu-membahu berjuang mempertahankan Kemerdekaan yang setahun sebelumnya berhasil diraih bangsa Indonesia. Dalam peristiwa itu ribuan bahkan puluhan ribu orang jadi korban aksi pembunuhan massal ( massacre ) yang dilakukan Pasukan Merah Westerling. Berikut Koresponden Suara Karya   Muhamad Ridwan  mencoba mengungkap kembali peristiwa tersebut dalam dua tulisan, yang diturunkan hari ini dan besok. Selamat mengikuti. T egaknya tonggak satu negara, Jumat 17 Agustus 1945, merupakan kenyataan yang diakui dunia internasional. Bendera kemerdekaan yang dikibarkan bukan hadiah, melainkan hasil perjuangan panjang yang menelan pengorbanan jiwa dan harta rakyat yang tak terperikan. Lalu, tentara Australia (Sekutu) mendarat pada September 1945. Tujuannya untuk melucuti sisa pasukan Nippon. Namun di belakangnya mendongkel person...

Mengenang Peristiwa 40 Tahun Silam: Taruna "Militaire Academie" Berusaha Melucuti Senjata Tentara Jepang

I NDONESIA pernah memiliki akademi militer (akmil) yang berumur sekitar 5 bulan, tapi menghasilkan lulusan "Vaandrig" (Calon Perwira) berusia muda. Selama dalam pendidikan para tarunanya telah mengalami pengalaman heroik dan patriotik. Akmil itu adalah "MA (Militaire Academice) Tangerang". Sabtu pagi ini, para alumni MA Tangerang akan mengadakan apel besar di Taman Makam Pahlawan Taruna, Jl Daan Mogot, Tangerang, Jawa Barat. Selain untuk memperingati berdirinya akmil itu, apel sekaligus untuk memperingati 40 tahun "Peristiwa Pertempuran Lengkong (PPL)". Ketua Umum Dewan Harian Nasional Angkatan 45 Jenderal (Purn) H Surono akan bertindak sebagai inspektur upacara. PPL meletus 25 Januari 1946. Ketika itu taruna MA Tangerang yang menjadi inti pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat), dalam usahanya melucuti tentara Jepang di Lengkong, Kecamatan Serpong Tangerang, terjebak dalam pertempuran yang tidak seimbang. Direktur MA Tangerang, Mayor Daan Mogot...

Hari ini, 36 tahun lalu: Bom atom pertama dicoba di Alamogordo

Jalannya sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia mungkin akan berbeda kalau tidak ada peristiwa yang terjadi 16 Juli, 36 tahun lalu. Pada hari itu Amerika Serikat membuka babak baru di dalam teknik, yakni berhasil meledakkan bom atom di New Mexico, tepatnya di Alamogordo. Percobaan yang berhasil ini telah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan bom atom lainnya yang dijatuhkan atas Hiroshima dan Nagasaki. Ketakutan akan akibat bom atom ini telah membuat Jepang ketakutan dan menyerah kepada sekutu, pada 14 Agustus 1945. Jauh-jauh hari sebelum bom atom pertama diledakkan di gurun Alamogordo itu, kurang lebih enam tahun sebelumnya Presiden Franklin D. Roosevelt menerima sepucuk surat dari Dr. Albert Einstein yang isinya mengenai kemungkinan pembuatan bom uranium yang kemampuannya sangat besar. Surat itulah yang kemudian melahirkan suatu proyek yang sangat dirahasiakan dan hanya kalangan kecil yang mengenalnya dengan nama Manhattan Engineer District di bawah pimpinan Mayor...

RUNTUHNYA HINDIA BELANDA: Menyerahnya Gubernur Jendral AWL TJARDA dan Letnan Jendral TER POORTEN kepada Letnan Jendral IMMAMURA Panglima Perang Jepang 8 Maret 1942

Generasi kita sekarang, mungkin tidak banyak yang mengetahui terjadinya peristiwa penting di tanah air kita 35 tahun yang lalu, yaitu menyerahnya Gubernur Jenderal dan Panglima Perang Hindia Belanda "Tanpa Syarat" kepada Panglima Perang Jepang yang terjadi di Kalijati Bandung pada tanggal 8 Maret 1942. Peristiwa yang mengandung sejarah di Tanah Air kita ini telah ditulis oleh Tuan S. Miyosi seperti di bawah ini: Pada tanggal 8 Maret 1942 ketika fajar kurang lebih jam 07.00 pagi, kami sedang minum kopi sambil menggosok mata, karena kami baru saja memasuki kota Jakarta, dan malamnya banyak diadakan permusyawaratan. Pada waktu itu datanglah seorang utusan dari Markas Besar Balatentara Jepang untuk menyampaikan berita supaya kami secepat mungkin datang, walaupun tidak berpakaian lengkap sekalipun. Kami bertanya kepada utusan itu, apa sebabnya maka kami disuruh tergesa-gesa? Rupa-rupanya balatentara Hindia Belanda memberi tanda-tanda bahwa peperangan hendak dihentikan! Akan ...

Putusan Congres Pemuda-pemuda Indonesia

K ERAPATAN pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja : Jong Java, Jong Soematera (pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan perhimpoenan. Memboeka rapat tanggal 27 dan 28 October tahun 1928 dinegeri Djakarta ; Kerapatan laloe mengambil poeteoesan :  PERTAMA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA. KEDOEA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JG SATOE, BANGSA INDONESIA. KETIGA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJUNGDJUNG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA. Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia. Mengeloerkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatuannja : Kemaoean, sedjarah, bahasa hoekoem adat...

Penyerbuan Lapangan Andir di Bandung

Sebetulnya dengan mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, orang asing yang pernah menjajah harus sudah angkat kaki. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Masih ada saja bangsa asing yang ingin tetap menjajah. Jepang main ulur waktu, Belanda ngotot tetap mau berkuasa. Tentu saja rakyat Indonesia yang sudah meneriakkan semangat "sekali merdeka tetap merdeka" mengadakan perlawanan hebat. Di mana-mana terjadi pertempuran hebat antara rakyat Indonesia dengan penjajah. Salah satu pertempuran sengit dari berbagai pertempuran yang meletus di mana-mana adalah di Bandung. Bandung lautan api merupakan peristiwa bersejarah yang tidak akan terlupakan.  Pada saat sengitnya rakyat Indonesia menentang penjajah, Lapangan Andir di Bandung mempunyai kisah tersendiri. Di lapangan terbang ini juga terjadi pertempuran antara rakyat Kota Kembang dan sekitarnya melawan penjajah, khususnya yang terjadi pada tanggal 10 Oktober 1945. Lapangan terbang Andir merupakan sala...

Pemuda Penjuru Bangsa

"Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". (Ir Soekarno) JAKARTA, KOMPAS -- Pernyataan presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, itu menggambarkan betapa pemuda merupakan potensi yang luar biasa, tidak hanya untuk pembangunan bangsa, tetapi juga untuk mengguncangkan dunia. Dalam perkembangan bangsa ini, kaum muda banyak mewarnai sejarah Indonesia. Tidak hanya dimulai dengan digelarnya Kongres Pemuda II tahun 1928, yang menegaskan "bertanah air dan berbangsa yang satu, bangsa Indonesia serta berbahasa persatuan, bahasa Indonesia", tetapi peristiwa pembentukan negeri ini, misalnya lahirnya Boedi Oetomo tahun 1908, pun digagas pemuda. Bahkan, organisasi kebangsaan, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, tidak bisa dipisahkan dari peranan kaum muda. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang diakui sebagai pemuda adalah warga negara yang m...