Langsung ke konten utama

Mengungkap Kembali Tanggal 2 September 1945: Jenderal Douglas Mac Arthur Menerima Penyerahan Jepang di Atas Geladak Kapal USS Missouri

Oleh : Djamal Marsudi.

Pada hari Minggu tanggal 8 Desember 1941 Jepang telah memaklumkan perang terhadap Amerika Serikat dengan Sekutunya yang terdiri dari Inggeris, Hindia Belanda (yang menjadi Indonesia), Australia, waktu itu Philipina masih menjadi negeri jajahan Amerika Serikat. 

Walaupun Amerika Serikat telah membanggakan bentengnya yang tangguh di Corridor dan Bataan yang terletak di kepulauan Philipina, tapi nyatanya hanya 3 bulan saja pertahanan A.S. dapat disapu bersih oleh pasukan-pasukan Jepang yang terdiri dari angkatan-angkatan Darat, Laut dan Udara. Demikian pula jajahan Hindia Belanda yang ada di Indonesia dan jajahan Kerajaan Inggeris di Hongkong, Malaysia, dan Burma setali tiga uang yang nasibnya sama dengan Philipina.

Setelah kepulauan Philipina tidak dapat dipertahankan lagi oleh pasukan-pasukan A.S. yang di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur, akhirnya Jenderal Mac Arthur dengan sebagian pasukan-pasukannya yang terdiri dari putra-putra Philipina telah mengundurkan diri menuju ke jurusan Selatan, yang berpangkalan di Australia. Tapi sebelum meninggalkan Philipina Mac Arthur telah berpesan kepada rakyat Philipina dengan kata singkat: "Saya akan kembali."

Perang Pasifik yang berlangsung selama 3½ tahun, akhirnya dengan loncatan katak melalui Jaya Pura, Irian Jaya, dan Pulau Biak, Jenderal Douglas Mac Arthur dengan pasukan-pasukannya dapat mendarat kembali di Bataan Philipina untuk menepati janjinya kepada rakyat Philipina.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 pesawat pembom raksasa B.29 telah menjatuhkan Bom Atom di Hiroshima, disusul kemudian pada tanggal 9 Agustus 1945 di kota Nagasaki. Setelah kedua kota ini menjadi rata dengan tanah, akhirnya Kerajaan Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945.

Dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu (Baca: Amerika Serikat) maka pemerintah AS telah menunjuk Jenderal Douglas Mac Arthur menjadi Panglima Tertinggi Tentara Pendudukan Sekutu di Jepang, yang dalam bahasa asingnya: supreme Commander of Allied Powers for the Occupation of Japan, atau disingkat: (SCAP).

Ditunjuknya Douglas Mac Arthur menjadi SCAP, ia telah datang ke Jepang pada tanggal 28 Agustus 1945 langsung dari Bataan Philipina mendarat di lapangan terbang militer Atsugi Tokyo. Waktu ia turun di lapangan terbang Atsugi telah meninggalkan kesan yang mendalam kepada rakyat Jepang, yang mengetahui latar belakang pengetahuan Mac Arthur tentang Jepang. Dengan mengetahui latar belakang itulah yang kemudian ternyata telah memberikan pedoman kebijaksanaan kepada Jenderal Mac Arthur dalam meletakkan dasar-dasar politiknya untuk merehabilitasi Jepang sesudah kekalahannya dalam Perang Pasifik yang oleh fihak Jepang mengatakan "Perang Asia Timur Raya" dengan semboyannya "Asia untuk Bangsa Asia".

Siapakah Jenderal Douglas Mac Arthur yang merobah wajah fasisme Jepang menjadi negara Demokrasi?

Menurut catatan sejarah yang pernah didapat oleh penulis waktu bertugas ke Jepang seusai Perang Dunia II, Douglas Mac Arthur pada usia muda pernah mengikuti ayahnya berkunjung ke Tokyo, Jepang. Ayahnya waktu itu berpangkat Letnan Jenderal Arthur, Mac Arthur bertugas sebagai Pengamat Militer Amerika Serikat dalam perang Jepang-Uni Soviet (1904-1905) yang akhirnya kekalahan di fihak Uni Sovyet. Waktu itu romobongan ayahnya mengadakan perjalanan inspeksi di medan perang di kota Manchuria yang merupakan daratan Rusia/RRC. Douglas Mac Arthur telah berkesempatan untuk berjumpa dengan jenderal-jenderal Jepang yang tersohor, seperti Jenderal Ikuo Oyama, Jenderal Nogi, Jenderal Kodama dan lain-lainnya. Dengan adanya hubungan dengan jenderal-jenderal Jepang itulah kiranya meninggalkan kesan yang mendalam terhadap diri Douglas Mac Arthur.

Pemimpin-pemimpin militer bangsa Jepang harus mempunyai jiwa Bushido, demikian kata pimpinan militer Jepang kepada Mac Arthur di kala itu. Walaupun tentara Uni Sovyet merupakan musuh bagi orang Jepang, namun mereka harus diperlakukan dengan baik dan sopan dalam tawanan, karena mereka itu mengorbankan jiwa raganya untuk negaranya, seperti halnya tentara Jepang yang setia dan mau berkorban untuk negerinya.

Dengan adanya semangat Bushido yang merupakan tradisi bagi bangsa Jepang inilah yang menciptakan dan meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa Douglas Mac Arthur tatkala masih muda dalam kunjungannya ke negeri Matahari Terbit di waktu itu.

Suatu peristiwa yang mengesankan adalah, kalau perwira-perwira dan serdadu-serdadu Amerika Serikat yang mengawal semua bersenjata lengkap dan bermuka seram dan tegang waktu mendarat di lapangan terbang Atsugi. Tapi Jenderal Mac Arthur sendiri tidak bersenjata sama sekali. Padahal di Markas Besar Sekutu di Manila sebelumnya pernah dipertaruhkan apakah benar dan mungkin bahwa rakyat Jepang dapat berbalik 180 derajat dengan membuang sikap fanatiknya dan kebencian mereka dan menerima baik pemerintah Kaisarnya untuk menyerah kalah kepada Tentara Sekutu.

Walaupun memasuki daerah musuh di sekitar lapangan terbang Militer Atsugi dalam jarak jalan masih terdapat 10 Divisi tentara Jepang, Jenderal Mac Arthur tampak secara bebas dan tenang turun dari tangga pesawat terbang dengan pipa kesukaannya di tangan kanan. Sikap tersebut oleh rakyat Jepang ditafsirkan sebagai pantulan daripada kepercayaan Mac Arthur pada semangat Bushido Jepang itu dan bukannya suatu pertanda keberanian besar pada dirinya. Sikap Mac Arthur yang telah menempatkan kepercayaan pada dada seseorang seperti ungkapan peribahasa Jepang semenjak mendaratnya di Jepang.

Di dalam Sidang Mahkamah Militer Internasional di Tokyo, Jenderal Mac Arthur tampaknya juga tidak menunjukkan sebagai jenderal yang menang dalam perang, ia duduk secara tenang dan sopan seperti pengunjung-pengunjung yang lain dari kalangan sipil dan militer. Dalam suatu wawancara dengan pers, Mac Arthur mengatakan, bahwa pertanggung jawab di dalam suatu peperangan merupakan suatu masalah kontroversil yang sangat pelik. Orang-orang Jepang seperti halnya orang-orang Amerika mengorbankan jiwa raganya untuk membela negaranya. Kini orang Jepang harus mempertanggungjawabkan hal itu, hanya karena mereka kalah perang. Kalau kedudukan dibalikkan, maka orang-orang Amerikalah yang harus mempertanggungjawabkan kejahatan perang itu. Demikian kata Mac Arthur yang berkuasa di kota Jepang pada saat itu.

Menurut tinjauan penulis yang pernah bertugas ke negeri Jepang, untuk mengumpulkan data-data setelah Jepang menyerah, maka diangkatnya Jenderal Mac Arthur sebagai Panglima Tertinggi atau SCAP merupakan keuntungan besar bagi negara Jepang. Oleh masyarakat Jepang Mac Arthur dipandang sebagai Negarawan dan Prajurit Agung yang memahami tradisi negeri matahari terbit.

Sewaktu masyarakat Jepang dilanda putus asa dalam masa kebingungan sesudah kalah perang, Jenderal Mac Arthur telah memberikan dorongannya yang tidak kenal lelah, karena dia yakin bahwa bangsa Jepang yang mempunyai warisan kebudayaan tinggi tidak akan begitu saja menerima kekalahan perangnya itu, tetapi akan dapat bangkit kembali dan merehabilitir negaranya ke tingkat yang melebihi keadaan sebelum perang.

Di dalam pidato sesudah upacara penandatanganan dokumen penyerahan di atas geladak kapal perang USS: Missouri pada tanggal 2 September 1945 di Teluk Tokyo, jenderal Mac Arthur antara lain mengatakan: Tenaga bangsa Jepang bila dibimbing secara tepat, akan berkembang secara vertikal dan bukan horisontal. Bila bakat-bakat mereka itu diarahkan ke jurusan pembangunan produktif, maka negara ini akan dapat mengangkat dirinya sendiri dari keadaan hina ini ke suatu kedudukan yang terhormat. Jelaslah apa yang diucapkan oleh Mac Arthur itu sekarang menjadi kenyataan.

Mac Arthur pada waktu itu dapat meramalkan kemungkinan kerja sama Jepang-Amerika Serikat untuk memelihara perdamaian di Asia dan Dunia khususnya, tapi dengan syarat, Jepang harus direhabilitasi dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Meskipun dalam meletakkan politik bagi pemerintahan tentara pendudukan itu Mac Arthur tidak dapat luput dari kesalahan dan kekurangan-kekurangannya, namun dipandang oleh rakyat Jepang, kebaikan dan kebijaksanaannya itu melampaui kekurangannya.

Satu contoh lain lagi yang mengesankan adalah masalah persenjataan kembali negeri Jepang.

Almarhum John Foster Dulles dalam kedudukannya sebagai penasehat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah berkunjung ke Jepang pada tahun 1950. Dia dengan gigih menganjurkan persenjataan kembali Jepang sesuai dengan politik dan kondisi pada saat itu. Tapi usul ini tidak dapat diterima oleh Perdana Menteri Shigeru Yoshida atas dasar kesulitan-kesulitan keuangan pada waktu itu, tetapi lebih-lebih karena Yoshida khawatir akan reaksi rakyat Jepang yang baru saja mendapat pelajaran pahit dalam perang Pasifik di masa yang lalu.

Pada waktu tidak terdapat persepakatan mengenai masalah itu, mereka lalu membicarakannya dengan Mac Arthur. Meskipun Mac Arthur mengakui kepentingan usul Dulles itu namun sebaliknya dia menyampaikan saran agar Jepang sebaiknya mendayagunakan fasilitas-fasilitas industrinya yang menganggur pada waktu itu untuk memproduksi barang-barang yang diperlukan oleh negara-negara tetangganya yang ada di Asia. Karena dengan demikian itu, berarti Jepang dapat menyumbang lebih banyak bagi pemeliharaan perdamaian dunia daripada memiliki angkatan bersenjatanya sendiri. Dan sekarang telah menjadi kenyataan bahwa pendayagunaan fasilitas-fasilitas industri Jepang itu memang berhasil menciptakan suatu perekonomian dan perdagangan yang membuat negeri Matahari Terbit itu menjadi makmur, malahan melebihi sebelum pecahnya Perang Dunia II.

Memang ditinjau dari keadaan dewasa ini dapatlah difahami sebab apa rakyat Jepang merasa syukur bahwa SCAP dipegang oleh seorang Amerika Serikat dalam diri Jenderal Mac Arthur yang cukup memahami rakyat Jepang dan negaranya.

Contoh-contoh lain mengenai pengertian Mac Arthur tentang Jepang dapat dilihat lebih lanjut dengan beberapa keputusan-keputusan penting dan berani yang diambilnya demi kepentingan Jepang. Mac Arthur telah menolak usul Uni Sovyet untuk menuntut Kaisar Jepang ke hadapan Mahkamah Militer Internasional. Dan bertentangan dengan kehendak Uni Sovyet, Mac Arthur malahan mengijinkan pemeliharaan sistim pemerintahan kekaisaran yang dipandangnya penting sekali bagi usaha pembangunan kembali Jepang. Namun yang lebih penting lagi kiranya adalah penolakan Mac Arthur terhadap usul Uni Sovyet yang menghendaki pembagian wilayah penduduk Jepang oleh tentara Sekutu. Dapatkah kiranya diharapkan bahwa Jepang dapat dipersatukan dan dipulihkan kembali seperti keadaan sekarang ini bilamana usul Uni Sovyet itu diterima? Bukankah kiranya Jepang akan mengalami nasib yang serupa seperti Jerman, Vietnam, dan Korea bilamana usul itu diterima Mac Arthur? Adalah menjadi kenyataan, bahwa negara-negara yang dibagi menjadi dua hingga sekarang masih timbul kekacauan dan kekeruhan.

Mengenai Konstitusi Jepang yang baru (1946) memang ada berbagai tafsiran dan pandangan. Ada yang mengatakan Undang-Undang itu dibuat secara tergesa-gesa atas dasar instruksi Mac Arthur dan karena itu mengandung hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi Jepang. Memang banyak kaum cerdik pandai yang memiliki pandangan itu. Namun bilamana direnungkan kembali keadaan Jepang segera sesudah kalah perang, tanpa adanya petunjuk dan jaminan bagi usaha pendemokrasian yang direncanakan dan usaha pemeliharaan sistem pemerintahan kekaisaran ataupun usaha ke arah pembuatan suatu perjanjian perdamaian, akan jelaslah kiranya bagi umum kebenaran politik Mac Arthur untuk mempersembahkan suatu rancangan Konstitusi baru kepada rakyat Jepang dalam usaha pendemokrasian kembali negara itu.

Usaha pembaharuan negara dengan jalan penggantian konstitusi seperti itu yang laizmnya memerlukan puluhan tahun ternyata harus dijalankan dalam waktu singkat saja. Dari itu, sudah pasti mem- ... dengan keadaan yang sudah berobah. Meskipun demikian, gagasan-gagasan azasi maupun itikad baik Mac Arthur ternyata dapat dinikmati oleh rakyat Jepang hingga kini.

Untuk jasa-jasanya yang tidak dapat diperinci dan kiranya tidak dapat dilupakan oleh rakyat Jepang itu, almarhum PM Shigeru Yoshida pernah mengusulkan kepada PM Hayato Ikeda (almarhum) pada awal tahun 1964 untuk mengundang Mac Arthur ke Jepang. Namun sayang sekali karena kemunduran kesehatan dan kematiannya kemudian hal itu tidak dapat diwujudkan, meskipun Mac Arthur sendiri sangat ingin melihat kembali Jepang yang sudah maju dan pulih kembali seperti yang pernah diramalkan sebelumnya.

Di dalam sambutan untuk buku tentang Mac Arthur karangan wartawan perang kawakan Frazier Hunt, The Untold Story of Douglas Mac Arthur, PM Shigeru Yoshida dengan tepat mengungkapkan jasa-jasa Mac Arthur sebagai berikut: "Saya tidak dapat melupakan sukses-sukses besar sang Jenderal dalam membangun kembali negara kami dari puing-puing kehancuran akibat kekalahan perang. Dari suasana kekurangan bahan makanan, suasana kacau di bidang politik, ekonomi, dan sosial, dan dari suasana kekisruhan hati manusia, Mac Arthur telah meletakkan dasar-dasar bagi suatu Jepang baru yang menjadi sumber daripada kemakmuran negara kami dewasa ini."

Dan seorang tokoh politik Jepang yang pernah menjadi anggota parlemen, Menteri Negara, menteri Luar Negeri, dan Dutabesar untuk PBB pernah mengatakan bahwa dalam sejarah Jepang yang lk. 2000 tahun usianya itu, kiranya belum pernah ada seorang asing yang meninggalkan kesan yang mendalam seperti halnya Mac Arthur.



Sumber: KORPRI, Tanpa tanggal



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Ini 44 Tahun Lalu (1) Mereka Tidak Rela Kemerdekaan Lepas Kembali

Pengantar Hari ini, 11 Desember 1990, masyarakat Sulawesi Selatan kembali memperingati peristiwa heroik 44 tahun lalu, di mana segenap lapisan masyarakat ketika itu bahu-membahu berjuang mempertahankan Kemerdekaan yang setahun sebelumnya berhasil diraih bangsa Indonesia. Dalam peristiwa itu ribuan bahkan puluhan ribu orang jadi korban aksi pembunuhan massal ( massacre ) yang dilakukan Pasukan Merah Westerling. Berikut Koresponden Suara Karya   Muhamad Ridwan  mencoba mengungkap kembali peristiwa tersebut dalam dua tulisan, yang diturunkan hari ini dan besok. Selamat mengikuti. T egaknya tonggak satu negara, Jumat 17 Agustus 1945, merupakan kenyataan yang diakui dunia internasional. Bendera kemerdekaan yang dikibarkan bukan hadiah, melainkan hasil perjuangan panjang yang menelan pengorbanan jiwa dan harta rakyat yang tak terperikan. Lalu, tentara Australia (Sekutu) mendarat pada September 1945. Tujuannya untuk melucuti sisa pasukan Nippon. Namun di belakangnya mendongkel person...

Mengenang Peristiwa 40 Tahun Silam: Taruna "Militaire Academie" Berusaha Melucuti Senjata Tentara Jepang

I NDONESIA pernah memiliki akademi militer (akmil) yang berumur sekitar 5 bulan, tapi menghasilkan lulusan "Vaandrig" (Calon Perwira) berusia muda. Selama dalam pendidikan para tarunanya telah mengalami pengalaman heroik dan patriotik. Akmil itu adalah "MA (Militaire Academice) Tangerang". Sabtu pagi ini, para alumni MA Tangerang akan mengadakan apel besar di Taman Makam Pahlawan Taruna, Jl Daan Mogot, Tangerang, Jawa Barat. Selain untuk memperingati berdirinya akmil itu, apel sekaligus untuk memperingati 40 tahun "Peristiwa Pertempuran Lengkong (PPL)". Ketua Umum Dewan Harian Nasional Angkatan 45 Jenderal (Purn) H Surono akan bertindak sebagai inspektur upacara. PPL meletus 25 Januari 1946. Ketika itu taruna MA Tangerang yang menjadi inti pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat), dalam usahanya melucuti tentara Jepang di Lengkong, Kecamatan Serpong Tangerang, terjebak dalam pertempuran yang tidak seimbang. Direktur MA Tangerang, Mayor Daan Mogot...

Hari ini, 36 tahun lalu: Bom atom pertama dicoba di Alamogordo

Jalannya sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia mungkin akan berbeda kalau tidak ada peristiwa yang terjadi 16 Juli, 36 tahun lalu. Pada hari itu Amerika Serikat membuka babak baru di dalam teknik, yakni berhasil meledakkan bom atom di New Mexico, tepatnya di Alamogordo. Percobaan yang berhasil ini telah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan bom atom lainnya yang dijatuhkan atas Hiroshima dan Nagasaki. Ketakutan akan akibat bom atom ini telah membuat Jepang ketakutan dan menyerah kepada sekutu, pada 14 Agustus 1945. Jauh-jauh hari sebelum bom atom pertama diledakkan di gurun Alamogordo itu, kurang lebih enam tahun sebelumnya Presiden Franklin D. Roosevelt menerima sepucuk surat dari Dr. Albert Einstein yang isinya mengenai kemungkinan pembuatan bom uranium yang kemampuannya sangat besar. Surat itulah yang kemudian melahirkan suatu proyek yang sangat dirahasiakan dan hanya kalangan kecil yang mengenalnya dengan nama Manhattan Engineer District di bawah pimpinan Mayor...

RUNTUHNYA HINDIA BELANDA: Menyerahnya Gubernur Jendral AWL TJARDA dan Letnan Jendral TER POORTEN kepada Letnan Jendral IMMAMURA Panglima Perang Jepang 8 Maret 1942

Generasi kita sekarang, mungkin tidak banyak yang mengetahui terjadinya peristiwa penting di tanah air kita 35 tahun yang lalu, yaitu menyerahnya Gubernur Jenderal dan Panglima Perang Hindia Belanda "Tanpa Syarat" kepada Panglima Perang Jepang yang terjadi di Kalijati Bandung pada tanggal 8 Maret 1942. Peristiwa yang mengandung sejarah di Tanah Air kita ini telah ditulis oleh Tuan S. Miyosi seperti di bawah ini: Pada tanggal 8 Maret 1942 ketika fajar kurang lebih jam 07.00 pagi, kami sedang minum kopi sambil menggosok mata, karena kami baru saja memasuki kota Jakarta, dan malamnya banyak diadakan permusyawaratan. Pada waktu itu datanglah seorang utusan dari Markas Besar Balatentara Jepang untuk menyampaikan berita supaya kami secepat mungkin datang, walaupun tidak berpakaian lengkap sekalipun. Kami bertanya kepada utusan itu, apa sebabnya maka kami disuruh tergesa-gesa? Rupa-rupanya balatentara Hindia Belanda memberi tanda-tanda bahwa peperangan hendak dihentikan! Akan ...

Putusan Congres Pemuda-pemuda Indonesia

K ERAPATAN pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja : Jong Java, Jong Soematera (pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan perhimpoenan. Memboeka rapat tanggal 27 dan 28 October tahun 1928 dinegeri Djakarta ; Kerapatan laloe mengambil poeteoesan :  PERTAMA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA. KEDOEA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JG SATOE, BANGSA INDONESIA. KETIGA : KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJUNGDJUNG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA. Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia. Mengeloerkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatuannja : Kemaoean, sedjarah, bahasa hoekoem adat...

Penyerbuan Lapangan Andir di Bandung

Sebetulnya dengan mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, orang asing yang pernah menjajah harus sudah angkat kaki. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Masih ada saja bangsa asing yang ingin tetap menjajah. Jepang main ulur waktu, Belanda ngotot tetap mau berkuasa. Tentu saja rakyat Indonesia yang sudah meneriakkan semangat "sekali merdeka tetap merdeka" mengadakan perlawanan hebat. Di mana-mana terjadi pertempuran hebat antara rakyat Indonesia dengan penjajah. Salah satu pertempuran sengit dari berbagai pertempuran yang meletus di mana-mana adalah di Bandung. Bandung lautan api merupakan peristiwa bersejarah yang tidak akan terlupakan.  Pada saat sengitnya rakyat Indonesia menentang penjajah, Lapangan Andir di Bandung mempunyai kisah tersendiri. Di lapangan terbang ini juga terjadi pertempuran antara rakyat Kota Kembang dan sekitarnya melawan penjajah, khususnya yang terjadi pada tanggal 10 Oktober 1945. Lapangan terbang Andir merupakan sala...

Pemuda Penjuru Bangsa

"Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". (Ir Soekarno) JAKARTA, KOMPAS -- Pernyataan presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, itu menggambarkan betapa pemuda merupakan potensi yang luar biasa, tidak hanya untuk pembangunan bangsa, tetapi juga untuk mengguncangkan dunia. Dalam perkembangan bangsa ini, kaum muda banyak mewarnai sejarah Indonesia. Tidak hanya dimulai dengan digelarnya Kongres Pemuda II tahun 1928, yang menegaskan "bertanah air dan berbangsa yang satu, bangsa Indonesia serta berbahasa persatuan, bahasa Indonesia", tetapi peristiwa pembentukan negeri ini, misalnya lahirnya Boedi Oetomo tahun 1908, pun digagas pemuda. Bahkan, organisasi kebangsaan, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, tidak bisa dipisahkan dari peranan kaum muda. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang diakui sebagai pemuda adalah warga negara yang m...