Langsung ke konten utama

Tentang Stovia

Tulisan berjudul "Stovia yang Melahirkan Kebangsaan" (Kompas, 28/5) telah menyadarkan kita tentang arti penting nilai-nilai kebangsaan yang dibangun para tokoh Indonesia. Untuk menyempurnakan tulisan tersebut, perlu diluruskan beberapa hal dari sisi sejarah.

Stovia sebagai sekolah pendidikan dokter Hindia Belanda, sebenarnya tidak mendadak muncul pada zaman politik etis. Sekolah itu lahir sebagai sekolah dokter Jawa 1851, dengan program dua tahun. Tahun 1864 pendidikan menjadi tiga tahun.

Tokoh dr Wahidin Soedirohoesoedo lulus dari program tiga tahun itu. Menurut A de Waart (1936), sejak 1872 sekolah itu mulai menyandang nama Stovia. Pada 1902 lama sekolah menjadi sembilan tahun (termasuk tiga persiapan).

Dr Soetomo, masuk 1903, dapat disebut sebagai generasi pertama Stovia dengan kurikulum sembilan tahun. Artinya, pendiri Boedi Oetomo bukanlah generasi pertama Stovia, karena lulusan pertama Sekolah Dokter Djawa sudah muncul pada 1853.

Keterangan "Orang-orang idealis berpendidikan tinggilah yang masuk Stovia" juga kurang tepat. Sejak 1891, para calon siswa Stovia mendapat beasiswa penuh di sekolah dasar Eropa (ELS).

Apakah beasiswa diberikan kepada yang "idealis"? Menurut Akira Nagazumi (1972), sebagian besar siswa Stovia adalah priayi kecil, ada yang bukan priayi sama sekali. Dengan demikian, adalah kurang tepat kalau dalam tulisan disebutkan bahwa "sebagian besar siswa Stovia angkatan 1902-1920 adalah anak-anak bangsawan".

Mari kita rawat sejarah untuk menopang nilai-nilai kebangsaan demi keutuhan negara.

BAMBANG ERYUDHAWAN
Jalan Lembang, Jakarta

Catatan Redaksi:
Terima kasih atas tambahan penjelasan yang disampaikan.



Sumber: Kompas, 22 Juni 2017



Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Postingan populer dari blog ini

Perang Laut Jawa 8 Maret 1942: Jepang Serbu Jawa dari 3 Jurusan

Perang Laut Terlama di Dunia PADA 8 Maret 1942, Pulau Jawa akhirnya jatuh ke tangan Jepang. Sebelum jatuh, suatu pertempuran dahsyat di Laut Jawa antara pasukan Jepang dan Belanda yang didukung oleh Inggris, AS, dan Australia (Sekutu). Pertempuran yang paling seru terjadi di sekitar pulau Sangiang dan Bawean yang berlangsung selama empat jam. Ini merupakan rekor perang laut yang paling lama. Jepang, setelah kemenangan Hitler di Jerman, mulai berpaling ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang ketika itu bernama Hindia Belanda. Ada beberapa hal yang membuat Jepang tertarik dan kemudian ingin melebarkan sayapnya ke Hindia Belanda, yakni batu bara, minyak, timah, dan karet. Semua itu merupakan komoditi industri yang strategis. Pihak Jepang sebetulnya pernah mengirimkan utusannya ke Jawa, namun Pemerintah Hindia Belanda ketika itu menolak untuk bekerja sama. Jepang setelah penyerbuan ke Pearl Harbor pada 8 Desember 1941, dan sukses, mulai mencaplok wilayah-wilayah Asia lai

Saat Menjelang Runtuhnya Pemerintah Hindia Belanda: Dari "Dongeng Jawa" Hingga Ramalan "Sang Dajal"

Oleh HARYADI SUADI Doengeng Djawa sedjak dahoeloe toeroen temoeroen mentjeritakan hingga mendjadi kepertjajaan oemoem: "Tentara jang maha sakti kelak akan datang dari Timoer," itoe boleh dikatakan telah mendjelma di alam ini, dan pintoe sedjarahpoen telah terboeka. (Dikutip dari Majalah "Djawa baroe" 1 Maret 2603). KENDATI pada masa itu ramalan Joyoboyo dan Sabdapalon telah dianggap paling cocok, namun masih terdapat hal-hal yang masih simpang siur yakni mengenai lamanya tentara Jepang tinggal di tanah air kita. Joyoboyo meramalkan "seumur jagung". Sedangkan Sabdapalon menetapkan "jangkep kawasan dasa warsi" yang artinya tepat empat puluh tahun. Tentang makna dari "seumur jagung", pada masa itu banyak yang mengartikan sebagai berikut: Umur pohon jagung dari mulai ditanam sampai menghasilkan buah, adalah tiga setengah bulan atau seratus hari. Dalam artikel "Berdirinya Republik Indonesia" (Majalah "Pan

Peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober dalam Perjuangan Bangsa

Oleh : Djamal Marsudi TANGGAL 28 Oktober 1928 yang merupakan hari Keramat di Jalan Kramat 106 Betawi, yang namanya menjadi Jakarta, karena hari itu adalah hari bersumpahnya para pemuda-pemuda yang datang dari berbagai pelosok kepulauan Indonesia, tidaklah merupakan kejadian sejarah yang berdiri sendiri. Kejadian itu merupakan rentetan semenjak dari kejadian 20 Mei 1908, di mana pada waktu itu dicetuskan secara teratur pergerakan nasional dengan berdirinya Budi Utomo. Cita-cita yang terkandung mulai tahun 1908 itu, kemudian dilanjutkan pada tahun 1928 dan terwujud di tahun 1945, di mana proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dicetuskan dan disiarkan ke seluruh pelosok tanah air dan penjuru dunia. Itulah sebabnya maka tanggal 18 Oktober 1928 adalah merupakan tonggak sejarah yang penting dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. "Sumpah Pemuda" merupakan jawaban yang tepat dari pemuda terhadap tantangan yang dilemparkan pemerintah Hindia Belanda terha

Nahdlatul Ulama dari Masa ke Masa

Kiprah NU dalam Perjalanan Bangsa 31 Januari 1926 Nahdlatul Ulama didirikan KH Hasyim Asy'ari dan beberapa ulama terkemuka di Jawa dengan paham Ahlussunnah Wal Jamaah dan bergerak di bidang sosial, keagamaan, dan politk. 1945 Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan penjajah melalui Resolusi Jihad. 7 November 1945 NU bergabung dengan Partai Masyumi sebagai hasil kesepakatan bahwa Masyumi sebagai satu-satunya alat perjuangan umat Islam. 5 April 1952 NU menarik keanggotaannya dari Masyumi dan mendirikan Partai Nadhlatul Ulama atau Partai NU. 1955 NU keluar sebagai pemenang ketiga dalam Pemilu 1955 dengan perolehan 6,9 juta suara (18,4 persen). 1960 NU menjadi salah satu parpol yang selamat dari kebijakan penyederhanaan partai yang dilakukan Presiden Soekarno. 1971 Partai NU menempati posisi kedua setelah Golkar pada pemilu pertama rezim Orde Baru. Januari 1973 Partai NU dan tiga partai Islam lainnya dilebur menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 1977 - 1997 Aspirasi polit

Kutai, Kerajaan Terbesar yang Pernah Berdiri di Kaltim

Di Kalimantan TImur (Kaltim) terdapat sebuah kabupaten yang bernama Kutai. Di antara empat kabupaten dan dua kotamadya (di samping sebuah Kota Administratif) yang sampai sekarang terdapat di Kaltim. Kutai-lah yang terbesar atau terluas wilayahnya. Dari 211.440 KM persegi luas seluruh wilayah Kaltim, seluas hampir 90.000 km persegi di antaranya merupakan wilayah kabupaten Kutai. Di antara propinsi di Indonesia, banyak yang wilayahnya tidak seluas wilayah Kutai yang tingkatnya kabupaten itu. Tiga kabupaten lainnya di Kaltim menurut urutan besarnya ialah Bulungan, Berau, dan Pasir. Luas wilayahnya masing-masing 64.000, 32.700, dan 20.040 km persegi. Dari perbandingan angka-angka itu dapat diketahui bahwa luas wilayah yang dimiliki empat kabupaten di Kaltim tidak merata. Kalau kabupaten Bulungan dan kabupaten Pasir digabungkan, luas wilayahnya keseluruhan (84.040 km persegi), masih belum seluas wilayah kabupaten Kutai. Luas wilayah dua kotamadya di Kaltim yakni Samarinda dan Balikpapan, se

Tanjung Priok Berdarah, Pergulatan antara Islam dan Kekuasaan

AM Fatwa Pengamat Masalah Politik P embantaian umat Islam di Tanjung Priok 12 September 1984 adalah fakta sejarah bahwa pemerintah Orde Baru dengan militerismenya, sampai tahun 1980-an, menempatkan Islam sebagai kelompok radikal yang membahayakan pemerintah. Dalam berbagai kasus, di antaranya pembantaian umat Islam Tanjung Priok, sebenarnya kalau diamati ada juga terselip tujuan misi ideologis, terutama di kalangan elite pemerintah dan militer aktif saat itu. Memang, dalam sejarah rezim Orde Baru, hubungan antara Islam dan kekuasaan tidaklah dalam garis linier. Hubungan yang dikembangkan sering kali memojokkan umat Islam. Secara garis besar, hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pertama , fase marginalisasi (1968-1986). Dalam fase ini, keberadaan umat Islam sungguh sengsara. Islam dianggap sebagai kelompok pembangkang, dan segala aspirasi politiknya selalu dicurigai. Bahasa politik yang digunakan rezim--seperti Komando Jihad, golongan anti-Pancasila, kelompok ekstrim kan

Mengenang Aksi Militer Belanda I 21 Juli 1947: Gagalnya 'Operasi Produk' Belanda terhadap RI

Oleh Iman Rahardjo E mpat puluh tujuh tahun yang lalu, dini hari Senin 21 Juli 1947, pasukan Belanda kolonialis menerobos garis demarkasi di daerah yang didudukinya di Jawa dan Sumatera, dan menggempur pasukan pertahanan Republik Indonesia dengan aksi militer besar-besaran yang mereka namakan "aksi polisionil". Bagaimana mulanya Belanda melancarkan aksi perang itu, sedangkan mereka baru tujuh bulan mencokolkan kakinya di 7 kota di Jawa dan Sumatera, yang diwarisinya dari tentara pendudukan Sekutu/Inggris? Terungkap dalam sejarah, bahwa ada beberapa hal yang mendorong Belanda bertindak menggempur RI, seterunya waktu itu. Pertama, dalam konfrontasi versus RI menjelang pertengahan 1947 pihak Belanda merasa kedudukannya secara politik makin kuat. Seusai Perang Dunia II, Belanda beruntung masih mengantungi pengakuan internasional perihal kedaulatannya atas Indonesia. Lalu dalam waktu 1 ½ tahun Belanda praktis telah menguasai kembali wilayah-wilayah Kalimantan, Indonesia Ti