Langsung ke konten utama

Hari ini, 36 tahun lalu: Bom atom pertama dicoba di Alamogordo

Jalannya sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia mungkin akan berbeda kalau tidak ada peristiwa yang terjadi 16 Juli, 36 tahun lalu. Pada hari itu Amerika Serikat membuka babak baru di dalam teknik, yakni berhasil meledakkan bom atom di New Mexico, tepatnya di Alamogordo. Percobaan yang berhasil ini telah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan bom atom lainnya yang dijatuhkan atas Hiroshima dan Nagasaki. Ketakutan akan akibat bom atom ini telah membuat Jepang ketakutan dan menyerah kepada sekutu, pada 14 Agustus 1945.

Jauh-jauh hari sebelum bom atom pertama diledakkan di gurun Alamogordo itu, kurang lebih enam tahun sebelumnya Presiden Franklin D. Roosevelt menerima sepucuk surat dari Dr. Albert Einstein yang isinya mengenai kemungkinan pembuatan bom uranium yang kemampuannya sangat besar. Surat itulah yang kemudian melahirkan suatu proyek yang sangat dirahasiakan dan hanya kalangan kecil yang mengenalnya dengan nama Manhattan Engineer District di bawah pimpinan Mayor Jenderal Leslie R. Groves. Di dalam proyek inilah dikembangkan bom atom yang hasil pertamanya diledakkan dengan berhasil di Alamogordo New Mexico tanggal 16 Juli 1945 itu. Percobaan itu terjadi pukul 5.30 pagi.

Keberhasilan ini disampaikan kepada Presiden Truman yang lalu memberikan persetujuan untuk menjatuhkan bom atom atas Jepang setelah tanggal 3 Agustus 1945. Kisah bom yang dijatuhkan kemudian mempunyai ceritera yang panjang, dan punya pengaruh yang tidak sedikit kepada jalannya sejarah dunia dan juga sejarah bangsa-bangsa di dunia ini, termasuk Indonesia.

Jaman Atom,

Pada tanggal 16 Juli 1945 dimulailah jaman atom yang bisa dimanfaatkan untuk maksud-maksud damai maupun maksud-maksud yang tidak. Sebenarnya bom atom yang dibuat oleh Amerika Serikat dan dijatuhkan oleh Amerika Serikat atas Hiroshima dan Nagasaki dapat dikategorikan sebagai maksud jahat, karena telah membinasakan jiwa ribuan manusia, menghancurkan harta benda dan sisa-sisa keganasannya masih mendera ratusan orang di negeri Sakura itu.

Tetapi di lain pihak orang menilai pemboman itu sebagai rakhmat karena dengan demikian dapat berakhir perang yang juga menggilas ratusan ribu manusia yang terlibat di dalam peperangan secara langsung ataupun hanya tertindas oleh nafsu-nafsu perang manusia.

Bom atom yang sejarahnya berawal tepat 36 tahun lalu, sekarang telah menghasilkan manfaat bagi umat manusia. Di beberapa negara tenaga listrik dibangkitkan dengan tenaga nuklir, dan Indonesia sekarang sedang merencanakan penggunaan tenaga nuklir yang berbahaya itu untuk tujuan-tujuan damai, sebagai pembangkit tenaga listrik.

Sementara itu nafsu untuk menjadi yang paling hebat telah membuat manusia di pihak lain memanfaatkan kekuatan baru ini untuk memperkuat diri. Baru-baru ini Israel menyerang pusat tenaga nuklir Irak karena Israel khawatir di dalamnya sedang dibuat bom atom yang akan digunakan untuk menyerang Israel.

Di samping penghancuran itu, negara-negara lain melakukan percobaan tenaga nuklirnya, antara lain Prancis. India pun sudah masuk dalam deretan negara yang mengembangkan tenaga ini, yang bisa berakibat fatal untuk jiwa manusia lainnya.

Bom atom pertama.

Hari ini ada baiknya mengingat kembali apa yang terjadi setelah keberhasilan percobaan bom atom di Alamogordo itu. 

Amerika Serikat masih memiliki bom atom hasil dari Manhattan Engineer District. Setelah mendapat persetujuan Presiden, segera satu di antara bom atom yang sudah siap dikapalkan ke Pulau Saipan dengan menggunakan kapal Indianapolis dan kemudian menggunakan pesawat terbang. Satu skuadron pesawat pembom B-29 disiapkan untuk tujuan itu di Pulau Saipan. Salah satu di antara pesawat pembom B-29 itu yang dipiloti Kolonel Paul W. Tibbets Jr, telah ditunjuk untuk melakukan pemboman pertama. 

Bom pertama yang dijatuhkan di bumi ini dilakukan tanggal 6 Agustus 1945, atas Hiroshima pada pukul 8.15 pagi. Bom itu merenggut jiwa sekitar 71.000 orang. Bom itu dikenal dengan nama Little Boy, panjangnya 3 meter dan lebarnya 70 cm.

Kemudian pada tanggal 9 Agustus 1945, kembali Amerika Serikat menggunakan bom atom kedua yang dijatuhkan di Nagasaki. Bom atom kedua ini dikenal dengan nama Fat Man yang bentuknya lebih gemuk dari bom pertama. Panjangnya sekitar 2,3 meter dengan lebar 1,5 meter. Inilah yang telah mengakhiri Perang Dunia II, yang telah membawa penderitaan tidak sedikit kepada umat manusia. (V. Zebua).



Sumber: Tidak diketahui, Tanpa tanggal



Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Postingan populer dari blog ini

Mengenang Peristiwa Bandung Lautan Api (1) Pihak Inggris dengan "Operation Sam" Hendak Menyatukan Kembali Kota Bandung

Oleh H. ATJE BASTAMAN SEBAGAI seorang yang ditakdirkan bersama ratus ribu rakyat Bandung yang mengalami peristiwa Bandung Lautan Api, berputarlah rekaman kenangan saya: Dentuman-dentuman dahsyat menggelegar menggetarkan rumah dan tanah. Kobaran api kebakaran meluas dan menyilaukan. Khalayak ramai mulai meninggalkan Bandung. Pilu melihat keikhlasan mereka turut melaksanakan siasat "Bumi Hangus". Almarhum Sutoko waktu itu adalah Kepala Pembelaan MP 3 (Majelis Persatuan Perdjoangan Priangan) dalam buku "Setahoen Peristiwa Bandoeng" menulis: "Soenggoeh soeatu tragedi jang hebat. Di setiap pelosok Kota Bandoeng api menyala, berombak-ombak beriak membadai angin di sekitar kebakaran, menioepkan api jang melambai-lambai, menegakkan boeloe roma. Menjedihkan!" Rakyat mengungsi Ratusan ribu jiwa meninggalkan rumah mereka di tengah malam buta, menjauhi kobaran api yang tinggi menjolak merah laksana fajar yang baru terbit. Di sepanjang jalan ke lua

Soetatmo-Tjipto: Nasionalisme Kultural dan Nasionalisme Hindia

Oleh Fachry Ali PADA tahun 1918 pemerintahan kolonial mendirikan Volksraad  (Dewan Rakyat). Pendirian dewan itu merupakan suatu gejala baru dalam sistem politik kolonial, dan karena itu menjadi suatu kejadian yang penting. Dalam kesempatan itulah timbul persoalan baru di kalangan kaum nasionalis untuk kembali menilai setting  politik pergerakan mereka, baik dari konteks kultural, maupun dalam konteks politik yang lebih luas. Mungkin, didorong oleh suasana inilah timbul perdebatan hangat antara Soetatmo Soerjokoesoemo, seorang pemimpin Comittee voor het Javaansche Nationalisme  (Komite Nasionalisme Jawa) dengan Dr Tjipto Mangoenkoesoemo, seorang pemimpin nasionalis radikal, tentang lingkup nasionalisme anak negeri di masa depan. Perdebatan tentang pilihan antara nasionalisme kultural di satu pihak dengan nasionalisme Hindia di pihak lainnya ini, bukanlah yang pertama dan yang terakhir. Sebab sebelumnya, dalam Kongres Pertama Boedi Oetomo (1908) di Yogyakarta, nada perdebatan yang sama j

Dr. Danudirjo Setiabudi

Dr. Danudirdjo Setiabudi  adalah nama Indonesia dari Dr. Ernest F. E. Douwes Dekker. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah memberikan gelar kepada Danudirjo sebagai Perintis Perkembangan Pers Indonesia, bersama beberapa orang yang lain yang berjasa. Kalau pemerintah menganggap Danudirjo sebagai perintis perkembangan pers Indonesia, maka sebenarnya jasa beliau lebih besar dari itu. Beliau adalah pendekar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Suwardi Suryaningrat (K. H. Dewantara) dan Dr. Cipto Mangunkusumo, mereka disebut Tiga Serangkai, karena mereka bertiga bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan bangsa lewat wadah Indische Partij. Danudirjo Setiabudi lahir pada tahun 1879 di sebuah kota kecil di Jawa Timur yakni Pasuruan. Setelah berhasil menamatkan sekolah menengahnya dan sekolah lanjutannya di Indonesia, Danurdirjo pergi ke Eropa dan melanjutkan pelajarannya, kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Zurich (Swiss). Sejak bocah, Danudirjo telah memiliki jiwa kemerdekaan yang bes

Dr Tjipto Mangoenkoesoemo Tidak Sempat Rasakan "Kemerdekaan"

Bagi masyarakat Ambarawa, ada rasa bangga karena hadirnya Monumen Palagan dan Museum Isdiman. Monumen itu mengingatkan pada peristiwa 15 Desember 1945, saat di Ambarawa ini terjadi suatu palagan yang telah mencatat kemenangan gemilang melawan tentara kolonial Belanda. Dan rasa kebanggaan itu juga karena di Ambarawa inilah terdapat makam pahlawan dr Tjipto Mangoenkoesoemo. Untuk mencapai makam ini, tidaklah sulit. Banyak orang mengetahui. Di samping itu di Jalan Sudirman terdapat papan petunjuk. Pagi itu, ketika penulis tiba di kompleks pemakaman di kampung Kupang, keadaan di sekitar sepi. Penulis juga agak ragu kalau makam dr Tjipto itu berada di antara makam orang kebanyakan. Tapi keragu-raguan itu segera hilang sebab kenyataannya memang demikian. Kompleks pemakaman itu terbagi menjadi dua, yakni untuk orang kebanyakan, dan khusus famili dr Tjipto yang dibatasi dengan pintu besi. Makam dr Tjipto pun mudah dikenali karena bentuknya paling menonjol di antara makam-makam lainnya. Sepasan