Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Sumpah Bersejarah

Oleh YONKY KARMAN " I k heb een eleganter formulering voor de resolutie  (Saya punya formulasi resolusi yang lebih elegan)," demikian bisik Mr Mohammad Yamin kepada Soegondo Djojopoespito, pemimpin Kongres Pemuda Indonesia Kedua, di Jakarta, sambil menyodorkan secarik kertas. Saat itu, Mr Soenario Sastrowardoyo, penasihat panitia kongres, sedang berpidato pada sesi akhir. Soegondo membubuhkan paraf setuju untuk rumusan elegan resolusi kongres, diikuti peserta kongres lain. Sebelum resolusi dibacakan, untuk kali pertama diperdengarkan alunan "Indonesia Raya" tanpa syair, dari gesekan biola komponisnya, Wage Rudolf Soepratman. Di rumah milik Sie Kong Liong, di Jalan Kramat Raya, Jakarta, di situ insan Indonesia berusia 20-an tahun yang mewakili puluhan organisasi kepemudaan bersumpah " Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe, bangsa Indonesia ." Sumpah itu kemudian menjadi bagian dari ingatan bangsa, sebuah tonggak sejarah nasional. Su...

Pemuda Sepanjang Masa

B agi Indonesia, kaum muda tidak hanya pemilik masa depan, tetapi juga andalan masa lalu yang gemilang. Bayangkan tonggak Sumpah Pemuda 1928! Sekarang ini orang ramai membicarakan tentang bonus demografi, yang mengacu pada peran kelompok muda produktif. Jelaslah, kaum muda merupakan modal penting sepanjang masa. Namun, bagaimana perlakuan dan pembinaan terhadap generasi muda yang menjadi harapan penggerak kemajuan bangsa dan negara pada masa mendatang? Bagaimana postur generasi muda Indonesia? Sudah sering dibahas, peluang pembangunan dan kemajuan sangat terbuka lebar, tetapi jangan-jangan sulit dimanfaatkan karena persiapan sumber daya manusia yang kedodoran. Mayoritas tenaga kerja, misalnya, masih tamatan sekolah dasar. Tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia termasuk rendah di lingkungan Asia. Belum lagi tingkat pengangguran di kalangan sarjana tergolong tinggi. Atas dasar itu, muncul kekhawatiran peluang bonus demografi akan menjadi sia-sia. Persoalan yang dihadapi generasi mu...

Setelah Pemuda Bersumpah

Oleh ASEP SALAHUDIN T ersebutlah dalam kalender sebuah hari yang dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober. Hari yang mengingatkan kita akan peristiwa 86 tahun silam ihwal ikrar yang digelorakan kaum muda tentang kesatuan bangsa, tanah air, dan bahasa. Dhakidae (2001) menyebut Sumpah Pemuda sebagai Indonesian the holy trinity, tritunggal suci --bangsa, bahasa, tanah air. Sumpah yang dalam konteks kebangsaan sungguh penuh rajah sebab sumpah itu di kemudian hari bertemali dengan peristiwa politik yang bikin Indonesia "hamil tua", kemerdekaan yang menjadi cita-cita bersama 17 tahun kemudian diproklamasikan Soekarno dan Hatta. Teks Sumpah Pemuda dan teks proklamasi menjadi saudara kembar yang dipertalikan oleh kesamaan visi keindonesiaan. Yang membedakan hanya pilihan diksi, Sumpah Pemuda lebih serupa puisi karena memang dibikin penyair soneta Mohammad Yamin, sementara proklamasi mendekat kepada gaya prosa. Puisi Sumpah Pemuda mengilhami prosa proklamasi. Dari sumpah verbati...

SUMPAH PEMUDA: Ikrar Nasionalisme Pemuda

S umpah Pemuda dimaknai sebagai deklarasi atas kesatuan bangsa, Tanah Air dan bahasa, yang disusun dalam sebuah kongres organisasi-organisasi kepemudaan nasionalis di Jakarta, pada akhir Oktober 1928. Ia juga merupakan kristalisasi semangat mewujudkan satu bangsa dengan Tanah Air satu dan berbicara dengan bahasa yang satu, Bahasa Indonesia. Kaum mudalah yang membidani kelahiran Sumpah Pemuda. Mereka tergabung dalam sejumlah organisasi kepemudaan yang berlandaskan nasionalisme, ideologi tertentu, hingga aspek kedaerahan. Beberapa Organisasi Pemuda yang Membidani Sumpah Pemuda [V] Organisasi bersifat kedaerahan 1. Jong Java Nama Jong Java dipilih menggantikan Tri Koro Dharmo pada Kongres ke-1 di Solo 1918. Hingga kongres ke-5, organisasi ini memiliki tujuan membangunkan cita-cita Jawa Raya. Pada kongres ke-6 tahun 1926, masuklah pengaruh dari Syarikat Islam. Tujuan perkumpulan pun bertransformasi untuk memajukan persatuan dengan semua golongan bangsa di Hindia Belanda. Beberapa tokohnya ...

Sarekat Islam dalam Sejarah Kemerdekaan

P erpecahan di tubuh Partai Sarekat Islam Indonesia selayaknya tidak disertai surutnya ingatan akan perjuangan organisasi Islam terbesar pada zamannya ini. Melalui penulisan sejarah, generasi kini dan mendatang bisa mengapresiasi sumbangan mereka yang amat besar bagi terbentuknya Republik Indonesia. Dalam buku Sarekat Islam Mencari Ideologi 1924-1945 (Pustaka Pelajar, 2012), Nasihin memaparkan, Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) merupakan perkumpulan rakyat bumiputra, terutama dari kalangan Islam yang berupaya bersatu melawan praktik kolonialisme Belanda. Terbentuknya Sarekat Dagang Islam pada 1909, sebagai awal terbentuknya PSII, dilandasi semangat gerakan Pan Islamisme di Timur Tengah pada awal abad ke-20. Gerakan ini dimaknai sebagai bentuk penyatuan seluruh umat Islam dalam satu ikatan dan rasa persaudaraan. Semangat Pan Islamisme yang dibawa ke Indonesia oleh tokoh-tokoh pergerakan seusai beribadah haji ini disambut hangat. Islam dianggap mampu menjadi lokomotif gerakan bumiput...

PSII, Sang Pelopor

DATA BUKU Judul : Partai Syarikat Islam Indonesia: Kontestasi Politik hingga Konlik Kekuasaan Elite Penulis : Valina Singka Subekti Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Cetakan : I, 2014 Tebal : xxii + 235 halaman ISBN : 978-979-461-859-2 OLEH AHMAD SUAEDY T idak bisa dimungkiri, Syarikat Islam (SI) yang sebelumnya bernama Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhoedi di Solo tahun 1905 merupakan pelopor nasionalisme Indonesia. Ketika itu SDI berorientasi pada perdagangan. Mereka ingin melawan monopoli para pedagang Tiongkok dan Timur Asing lainnya yang diberi kemudahan oleh Belanda. Sebaliknya, para pedagang Muslim dan pribumi mendapatkan diskriminasi. Kemudian HOS Tjokroaminoto mengubah semuanya, dari yang hanya perdagangan, sosial, dan keagamaan menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) pada 1929. Dengan perubahan itu maka agenda politiknya menjadi kian jelas, yaitu kemerdekaan Indonesia melawan penjajahan Belanda (Islam and Politics in the Thought of Tj...