Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Nasionalisme Sunda

Iip D Yahya Penulis Lepas Saat ini tinggal di Melbourne Australia I STILAH "nasionalisme Sunda" pertama kali saya dengar dari Robert Cribb. Penulis buku Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949  ini mengatakan, "Nasionalisme Sunda sempat meredup dan kini mulai terlihat tumbuh lagi, sekalipun tidak seperti periode '50-an". Ia menggunakan istilah nasionalisme Sunda untuk menyebut--dalam istilah Tjetje H Padmadinata--gerakan sayap politik Sunda. Robert memang indonesianis yang cukup disegani dan secara khusus mengenal peta-politik Sunda. Ia pernah mewawancarai tokoh utama dalam gerakan Sunda tahun 1950-an, Sukanda Bratamanggala. Ketika ditanya bagaimana ia melihat orang Sunda, Robert memberi tamsil, "Orang Sunda seperti Scotland dan Jawa seperti England . Orang Scotland  memiliki harga diri yang tinggi tapi tidak pernah bisa mengalahkan England ," ujarnya. Dari ungkapan Robert itu saya menyimpulkan bahwa untuk memajukan Indonesia, orang Sunda tid...

Langgar Bubrah, Sebuah Akulturasi Hindu-Islam

Furqon Ulya Himawan   Tak hanya Menara Kudus. Ada bukti lain akulturasi budaya Hindu dan Islam di Kudus, dan lebih dahulu berdiri. L ANGGAR Bubrah namanya. Langgar adalah sebuah tempat ibadah umat Islam seperti masjid, tetapi bangunannya lebih kecil sehingga orang Jawa menyebutnya langgar. Mirip dengan Menara Kudus, bangunannya terdiri dari tumpukan batu bata merah yang tertata. Namun, karena tidak utuh atau hancur, sehingga dinamakan bubrah atau hancur. Langgar tersebut terletak di desa dan di tengah-tengah rumah warga. Tepatnya di Dusun Tepasan, Desa Demangan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 8,74x8,40 meter itu memiliki panjang 6,30 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 2,75 meter. Adapun luas bangunannya sekitar 37,80 m2. Pada abad ke-15 Masehi, tepatnya 1546, sebelum Menara Kudus berdiri, para ulama di Kudus terlebih dahulu membangun sebuah bangunan yang difungsikan sebagai masjid. Menurut Zaimul Azzah, arkeolog Islam dari Ba...