Langsung ke konten utama

Kebangkitan Nasional Jiwai Persatuan

Oleh A Kardiyat Wiharyanto

Dalam pasang surutnya sejarah pertumbuhan bangsa kita selama hampir 50 tahun merdeka, kita mengalami berbagai babak sejarah. Bangsa Indonesia memang telah ada sejak zaman prasejarah. Pada masa kerajaan agung Sriwiaya dan Majapahit, telah dipatrikan pertama kali wujud persatuan dan pesatuan bangsa Indonesia itu sebagai suatu kesatuan politik yang besar, bahkan bisa bertahan untuk berabad-abad.

Dalam perkembangannya, dengan menggunakan cara memecah belah persatuan besar itu, para penjajah asing berhasil menguasai bangsa Indonesia dan memanfaatkan kepulauan kita ini untuk dijadikan tanah jajahan. Kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran tanah asal mereka di Eropa. 

Para penjajah Eropa itu mencabik-cabik persatuan dan kesatuan Indonesia agar mereka tidak kehilangan sumber penghasilan dan penghidupannya yang besar. Walaupun bangsa Indonesia bertubi-tubi melakukan perlawanan terhadap mereka, karena kalah lengkap persenjataannya, maka cita-cita bangsa Indonesia itu tidak segera menjadi kenyataan.

Usaha-usaha yang terwujud dengan kekerasan senjata itu oleh pihak penjajah dinamakan penjajahan (opstand), tetapi oleh kita tentunya bukan opstand melainkan perjuangan kemerdekaan, pengusiran penjajah. Hanya saja persatuan Indonesia yang mereka bina belum mampu mengusir penjajah, sebab rasa kedaerahan masih tebal.

Dengan berdirinya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908, perjuangan untuk kembali ke persatuan nasional mulai bangkit kembali (kebangkitan nasional). Budi Utomo bertujuan mencapai kemajuan yang harmonis untuk nusa dan bangsa. Di sini tersirat cita-cita yang mengarah ke keharmonisan bangsa. Ini berarti martabat dan kehormatan bangsa mulai muncul ke permukaan dan sekaligus menjadi tujuan perjuangan bangsa Indonesia. Di situ terlihat bahwa bangsa kita secara sungguh-sungguh berjuang agar menjadi bangsa yang terhormat di antara bangsa-bangsa di dunia ini.

Bertolak dari inti perjuangan mereka itu, walaupun yang dapat mereka lakukan hanya pada lapangan-lapangan lain seperti pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya, dalam pokoknya yang dikehendaki dan dicita-citakan oleh para perintis dan pendiri Budi Utomo itu ialah kehidupan bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Permulaan

Cita-cita itulah yang telah memberikan corak baru di dalam sejarah perjuangan bangsa kita, ialah buat pertama kalinya bahwa cita-cita persatuan nasional Indonesia disimpulkan dalam bentuk suatu perkumpulan modern. Hal mana belum pernah terjadi sebelumnya. Karena itu berdirinya Budi Utomo ditetapkan sebagai permulaan pergerakan nasional untuk menuju terbentuknya persatuan Indonesia.

Sejak berdirinya Budi Utomo terdapat suatu kecenderungan yang pada hakikatnya sudah menghendaki suatu tujuan politik, tetapi di dalam lahirnya, tidak begitu tegas dinyatakan tujuan itu yakni kemerdekaan, tetapi hanya kehidupan sebagai bangsa terhormat. Itulah sebabnyapada saat Budi Utomo itu dibentuk 87 tahun yang lalu belum dapat dikatakan sebagai perkumpulan politik. Hal ini ada sebabnya, karena pada waku itu memang ada larangan yang keras dari pemerintah kolonial. Di dalam undang-undang utama yang berlaku pada waktu itu, ada pasal yang dengan tegas melarang perkumpulan politik. Karena itu Budi Utomo didirikan tidak sebagai perkumpulan politik, tetapi dalam prakteknya toh didorong ke lapangan politik.

Dalam perkembangannya terbukti bahwa usaha yang digelar Budi Utomo itu mempersona tokoh-tokoh nasionalis yang lain, sambung-menyambung makin lama makin modern dan akhirnya berhasil membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan.

Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang, yang secara keseluruhan membentuk kepribadiannya sendiri yang tersimpul dalam sebuah negara kesatuan.

Walaupun negara Republik Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi negara yang cukup terkemuka, cukup terhormat di dunia kita ini, penjajahan asing di masa lampau dan berbagai perbedaan politik, dan sebagian disebabkan oleh pengaruh kekuatan asing, mengakibatkan masih adanya berbagai perpecahan politik, pertentangan politik, yang harus dihentikan agar persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat diperkokoh kembali.

Jiwa dan semangat yang ditanamkan oleh Budi Utomo, ternyata terus menerangi perjalanan bangsa Indonesia selanjutnya. Jiwa dan semangat kebangsaan yang tumbuh 87 tahun yang lalu terus mekar di bumi Nusantara ini menjiwai persatuan dan kesatuan bangsa, yang kian hari kian kokoh untuk menjadi suatu bangsa yang besar.

Setelah bangsa Indonesia berhasil membangun kembali negara nasionalnya, ternyata bangsa kita masih harus berjuang untuk mempertahankan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam rangka untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa. Proses mempersatukan satuan-satuan penduduk yang sebelumnya terpisah-pisah, terus berlangsung sampai sekarang. Proses inilah yang menjadi sasaran utama persatuan dan kesatuan nasional Indonesia sekarang ini.

Dalam menggiatkan proses persatuan itu, berbagai bidang kehidupan kita manfaatkan misalnya bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan pertahanan keamanan. Landasan untuk menggalang persatuan itu adalah Pancasila. Salah satu sila di samping sila-sila lainnya, yang wajib dihayati dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa kita adalah sila Persatuan Indonesia.

Agar bisa lebih memantapkan pembinaan persatuan tersebut, maka kejelasan pengertian terhadap sila Persatuan Indonesia mutlak diperlukan. Pengertian itu hendaknya diartikan bahwa sila Persatuan Indonesia merupakan salah satu sila Pancasila yang merupakan kebulatan tunggal.

Dengan sila Persatuan Indonesia, hendaknya bangsa Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Ini berarti bahwa bangsa Indonesia harus sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Oleh sebab itu, sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara itu dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

Persatuan nasional Indonesia yang mulai diikat dan diperkokoh kembali sejak kebangkitan nasional 87 tahun yang silam itu harus dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dengan memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Karena itu, upaya memperkokoh pertumbuhan dan perkembangan bangsa ini merupakan bagian penting dan tujuan tersendiri pada pembangunan kita dewasa ini.

Di samping itu, kita perlu menyadari bahwa masyarakat kita adalah masyarakat majemuk, yaitu masyarakat yang serba ganda. Wilayah dan bangsa kita terdiri atas bermacam-macam suku. Kita memiliki bahasa dan kebudayaan daerah yang beraneka ragam. Kita masing-masing mempunyai adat istiadat kedaerahan yang berbeda-beda. Kita memeluk agama dan menghayati kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berlain-lainan. Kita mendiami kepulauan besar kecil yang sedemikian besar jumlahnya di satu tanah air yang luas, indah, dan kita cintai ini.

Tanah Air Indonesia yang letaknya sangat strategis dan kekayaan alamnya berlimpah-limpah, merupakan milik bangsa Indonesia yang paling berharga. Karena itu kita harus berjuang untuk mempertahankannya dengan cara memperkuat persatuan nasional. Persatuan Indonesia yang dibangun sejak 87 tahun yang lalu itu, perlu kita tumbuh-kembangkan dengan cara meningkatkan keinginan hidup rukun, bahu membahu dan kerja ...

Lihat halaman VIII kol.9 

(Kelanjutan artikel tidak tersedia.)



Sumber: Suara Karya, Tanpa tanggal



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Harun Nasution: Ajarah Syiah Tidak Akan Berkembang di Indonesia

JAKARTA (Suara Karya): Ajarah Syiah yang kini berkembang di Iran tidak akan berkembang di Indonesia karena adanya perbedaan mendasar dalam aqidah dengan ajaran Sunni. Hal itu dikatakan oleh Prof Dr Harun Nasution, Dekan pasca Sarjana IAIN Jakarta kepada Suara Karya  pekan lalu. Menurut Harun, ajaran Syiah Duabelas di dalam rukun Islamnya selain mengakui syahadat, shalat, puasa, haji, dan zakat juga menambahkan imamah . Imamah artinya keimanan sebagai suatu jabatan yang mempunyai sifat Ilahi, sehingga Imam dianggap bebas dari perbuatan salah. Dengan kata lain Imam adalah Ma'sum . Sedangkan dalam ajaran Sunni, yang dianut oleh sebagian besar umat Islam Indonesia berkeyakinan bahwa hanya Nabi Muhammad saja yang Ma'sum. Imam hanyalah orang biasa yang dapat berbuat salah. Oleh karena Imam bebas dari perbuatan salah itulah maka Imam Khomeini di Iran mempunyai karisma sehingga dapat menguasai umat Syiah di Iran. Apapun yang diperintahkan oleh Imam Khomeini selalu diturut oleh umatnya....

Gambaran Soal Pahlawan Berubah

Relung imajinasi kaum milenial kini lebih banyak dijejali oleh sosok pahlawan super ketimbang pahlawan nasional. Tidak heran jika mereka memiliki pandangan tersendiri yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. JAKARTA, KOMPAS -- Generasi milenial memiliki gambaran sendiri tentang pahlawan. Buat mereka, pahlawan tidak lagi identik dengan pejuang kemerdekaan, tetapi orang-orang yang berjuang untuk kesejahteraan dan kebenaran.  Meski demikian, kaum muda kesulitan untuk mengidentifikasi siapa sosok pahlawan masa kini yang mereka maksud. Sebagian menyebut nama tokoh pahlawan nasional, sebagian lagi menyebut tokoh populer yang dikenal luas lewat media. Ada pula yang menyebut beberapa nama pahlawan super ciptaan industri. Hasil jajak pendapat Litbang  Kompas  di kalangan pelajar dan mahasiswa di 11 kota di Indonesia pada 31 Oktober - 1 November 2018 memperlihatkan fenomena tersebut. Mayoritas responden (81,6 persen) tidak setuju jika gambaran pahlawan diidentikkan dengan...

Manunggaling Ilmu dan Laku

Alkisah ada seorang bocah pribumi yang telaten dan fasih membaca buku-buku tentang kesusastraan dan keagamaan, baik dalam bahasa Jawa, Melayu, Belanda, Jerman, maupun Latin. Bocah ini sanggup melafalkan dengan apik puisi-puisi Virgilius dalam bahasa Latin. Oleh  BANDUNG MAWARDI K etelatenan belajar mengantarkan bocah ini menjadi sosok yang fenomenal dalam tradisi intelektual di Indonesia dan Eropa. Bocah dari Jawa itu dikenal dengan nama Sosrokartono. Herry A Poeze (1986) mencatat, Sosrokartono pada puncak intelektualitasnya di Eropa menguasai sembilan bahasa Timur dan 17 bahasa Barat. Kompetensi intelektualitasnya itu dibarengi dengan publikasi tulisan dan pergaulan yang luas dengan tokoh-tokoh kunci dalam lingkungan intelektual di Belanda. Sosrokartono pun mendapat julukan "Pangeran Jawa" sebagai ungkapan untuk sosok intelektual-priayi dari Hindia Belanda. Biografi intelektual pribumi pada saat itu memang tak bebas dari bayang-bayang kolonial. Sosrokartono pun tumbuh dalam ...

Baodeh-pun Berbahasa Arab Prokem

"E nte cari rumah si Ali? Itu dia, shebe  (bapak) dan ajus (ibu)-nya ada di bed  (rumah)," kata seorang pemuda keturunan Cina di Jalan Kejayaan, Kelurahan Krukut, Jakarta Barat kepada wartawan Republika  yang bertanya kepadanya. Baodeh  (keturunan Cina) di sini, khususnya yang telah bergaul dengan jamaah , memang bisa berbahasa Arab sehari-hari. Hal yang sama juga terjadi di Kampung Pekojan, yang juga dikenal sebagai perkampungan Arab. Tapi tidak hanya baodeh  yang terpengaruh. "Kami juga menjadi akrab dengan bahasa Cina sehari-hari," kata beberapa pemuda keturunan Arab yang berhasil ditemui. Dalam buku Kampung Tua di Jakarta  terbitan Pemda DKI Jakarta, disebutkan akibat adanya tiga etnis golongan penduduk Kampung Krukut, yakni Betawi, Arab, dan Cina. Disadari atau tidak, mereka telah terlibat dalam suatu usaha interaksi serta penyesuaian diri dalam lingkungan masyarakat mereka. Kata-kata ane  (saya), ente  (kamu), fulus  (uang), tafran ...

Akulturasi Islam dan Sunda

A DA cerita yang populer berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Tatar Sunda: Kian Santang adalah pemuda gagah perkasa anak Prabu Siliwangi, raja Pajajaran. Karena kesaktiannya, sepanjang hidupnya ia belum pernah tahu warna darahnya. Ia pun terus-menerus bertanding, menguji kesaktian, tapi tak pernah menemukan lawan yang sepadan. Semua lawannya dengan mudah selalu ia kalahkan. Pada suatu waktu Kian Santang mendapat petunjuk dari seorang ahli nujum bahwa lawan yang pantas baginya adalah Baginda Ali yang tinggal di tanah Makah. Dengan menggunakan kesaktiannya, ia pergi ke tanah Makah. Sesampainya di tanah Makah, Kian Santang berusaha mencari Baginda Ali. Menurut orang tua yang kebetulan ia temui di perjalanan, Baginda Ali sedang berada di Masjidil Haram bersama Kangjeng Nabi. Orang tua itu pun bersedia mengantarnya ke Masjidil Haram. Setelah berjalan beberapa ratus langkah, si orang tua berhenti. Rupanya tongkat yang dibawanya tertinggal di tempat ketika bertemu dengan Kian Santang. I...

Hari ini, 36 tahun lalu: Bom atom pertama dicoba di Alamogordo

Jalannya sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia mungkin akan berbeda kalau tidak ada peristiwa yang terjadi 16 Juli, 36 tahun lalu. Pada hari itu Amerika Serikat membuka babak baru di dalam teknik, yakni berhasil meledakkan bom atom di New Mexico, tepatnya di Alamogordo. Percobaan yang berhasil ini telah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan bom atom lainnya yang dijatuhkan atas Hiroshima dan Nagasaki. Ketakutan akan akibat bom atom ini telah membuat Jepang ketakutan dan menyerah kepada sekutu, pada 14 Agustus 1945. Jauh-jauh hari sebelum bom atom pertama diledakkan di gurun Alamogordo itu, kurang lebih enam tahun sebelumnya Presiden Franklin D. Roosevelt menerima sepucuk surat dari Dr. Albert Einstein yang isinya mengenai kemungkinan pembuatan bom uranium yang kemampuannya sangat besar. Surat itulah yang kemudian melahirkan suatu proyek yang sangat dirahasiakan dan hanya kalangan kecil yang mengenalnya dengan nama Manhattan Engineer District di bawah pimpinan Mayor...

Islam Nusantara Teladan di Mata Dunia

SURABAYA, KOMPAS -- Praksis Islam di Indonesia yang disebut Islam Nusantara berpotensi menjadi teladan baru dari dunia Islam di mata dunia. Hal ini menimbang perkembangan sosial politik di sejumlah negara dan komunitas Islam dunia, termasuk di Timur Tengah, yang kini dilanda konflik sosial politik yang mengarah pada runtuhnya peradaban setempat. Meski ada berbagai pendapat, Islam Nusantara dipahami tetap merupakan Islam otentik sebagai ajaran Nabi Muhammad SAW sekaligus mampu mendamaikan pergaulan pemeluknya dan bahkan menyejahterakan lingkungannya, termasuk non-Muslim. Demikian pendapat sejumlah pakar dalam Seminar Internasional "NU dan Islam Nusantara" yang digelar dalam rangkaian pelaksanaan Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama di kompleks kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) di Surabaya, Rabu (1/7). Hadir dalam seminar yang digelar kerja sama harian Kompas  dengan Panitia Muktamar NU Ke-33 ini antara lain Rektor UINSA Abdul A'la, Dekan Fakultas Adab UINSA yan...