JAKARTA (Suara Karya): Ajarah Syiah yang kini berkembang di Iran tidak akan berkembang di Indonesia karena adanya perbedaan mendasar dalam aqidah dengan ajaran Sunni.
Hal itu dikatakan oleh Prof Dr Harun Nasution, Dekan pasca Sarjana IAIN Jakarta kepada Suara Karya pekan lalu. Menurut Harun, ajaran Syiah Duabelas di dalam rukun Islamnya selain mengakui syahadat, shalat, puasa, haji, dan zakat juga menambahkan imamah. Imamah artinya keimanan sebagai suatu jabatan yang mempunyai sifat Ilahi, sehingga Imam dianggap bebas dari perbuatan salah. Dengan kata lain Imam adalah Ma'sum.
Sedangkan dalam ajaran Sunni, yang dianut oleh sebagian besar umat Islam Indonesia berkeyakinan bahwa hanya Nabi Muhammad saja yang Ma'sum. Imam hanyalah orang biasa yang dapat berbuat salah.
Oleh karena Imam bebas dari perbuatan salah itulah maka Imam Khomeini di Iran mempunyai karisma sehingga dapat menguasai umat Syiah di Iran. Apapun yang diperintahkan oleh Imam Khomeini selalu diturut oleh umatnya.
Harun mengatakan bahwa Imam Khomeini yang kini memimpin umat Syiah Duabelas juga diyakini sebagai pengganti Imam yang sedang bersembunyi. Menurut konsep Syiah, di abad ke-9 imam yang terakhir menghilang ketika sedang berumur 9 tahun, dan akan muncul lagi 1.000 tahun sebelum kiamat. Sehingga sebelum imam yang tersembunyi ini muncul kembali, harus dipilih imam pengganti untuk memimpin umat Syiah.
Di dalam ajaran Syiah Duabelas, imam selain sebagai ulama juga sekaligus bertindak sebagai pemimpin pemerintahan. Sehingga Imam Khomeini di Iran juga berkuasa untuk mengangkat atau menjatuhkan presiden. Dalam ajaran Sunni, kepala pemerintahan tidak selalu dipegang oleh Imam, sehingga bisa lebih demokratis.
Selain Syiah Duabelas, menurut Harun ajaran Syiah yang lain adalah Syiah Zaidiah dan Ismailiah. Ajaran-ajaran Syiah tumbuh subur di Iran, dan sebagian kecil di Pakistan, Irak, dan Arabia Selatan.
Melihat
Mengomentari kejadian baru-baru ini di Mekkah, Harun mengatakan supaya generasi muda Islam Indonesia jangan hanya melihat luarnya saja, sehingga terpengaruh untuk ikut-ikutan. Untuk itu, menurut Harun perbedaan mendasar antara ajaran Syiah dengan Sunni harus dipahami benar.
Mengenai pertentangan antara ajaran Syiah dengan Sunni, menurut Harun sudah berlangsung sejak abad I Hijriah (abad VII M). Karena orang-orang Sunni selalu memimpin umat Islam, orang-orang Syiah menganggap orang Sunni merampas haknya. Dan munculnya Imam Khomeini di Iran menurut Harun adalah bangkitnya kembali umat Syiah untuk merebut kepemimpinan umat Islam.
Kemungkinan merembetnya ajaran tersebut ke negara-negara lain, menurut Harun akan sulit diterima oleh rakyat negara-negara lain tersebut. Karena ajaran Syiah menurut Harun juga dinilai sudah menyeleweng dari ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Menurut Harun selain mengakui Mekkah dan Madinah sebagai kota suci, ajaran Syiah juga menganggap kota Karbala dan Qum di Iran sebagai kota suci. Sampai sekarang umat Syiah masih berziarah ke kota-kota tersebut. (Sam)
Sumber: Suara Karya, Tanpa tanggal
Komentar
Posting Komentar