Langsung ke konten utama

Kegiatan Niaga Jadikan Pasai Pusat Penyebaran Islam

Dengan berbagai fakta seputar ramainya perniagaan kaum Muslim di sepanjang Selat Malaka abad ke-7 SM, tidak dapat disangkal bahwa saat itulah pengaruh Islam di bumi Nusantara mulai menebar. Siapapun tak dapat mengabaikan fakta itu. Selain sekadar pusat niaga, Selat Malaka sungguh memegang peran tidak kecil dalam proses masuknya Islam di tanah air.

Namun, apakah pada saat bersamaan muncul juga kerajaan Islam, tidak ada satu pun bukti yang menjelaskannya. Atau apakah banyak keluarga kerajaan Sriwijaya atau Melayu masuk Islam, juga tak ada catatan yang menuliskannya. Hal itu kerap menjadi perdebatan tentang kapan Islam masuk. Apakah saat para pedagang India, Arab, atau Cina mulai berlabuh pada permulaan abad ke-7? Atau apakah saat kerajaan Islam Samudra Pasai (sekitar abad ke-13) mulai berjaya?

Selain itu, bandar (kota pelabuhan) mana yang paling berperan: apakah bandar-bandar di sepanjang Malaka, yang sejak abad ke-7 telah padat didiami pedagang-pedagang Muslim? Ataukah Bandar Samudra Pasai, yang menurut berita petualang Ibnu Battuta ramai oleh pedagang-pedagang Muslim yang begitu bergairah berniaga dengan penduduknya yang juga Muslim?

***

Ekspedisi Pamalayu yang digelar kerajaan Singhasari pada akhir abad ke-12 di Jawa adalah petaka tersendiri bagi kerajaan-kerajaan di Sumatra bagian Selatan, terutama Sriwijaya. Dimulai dengan ditundukkannya kerajaan Melayu--salah satu vasal dari Sriwijaya--kedigjayaan Sriwijaya menyatukan vasal-vasalnya mulai rontok. Satu per satu kota-kota bandar yang dikuasainya mulai memisahkan diri.

Kota-kota bandar yang penduduknya banyak menganut Islam, serta-merta memproklamirkan berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Diawali kerajaan Perlak, itu disusul oleh berdirinya Samudra Pasai. Namun dalam beberapa catatan petualang Tome Pires (1512-1515), Perlak tidak pernah disebutkan. Itu mungkin terjadi karena saat Pires datang, Perlak bukan lagi sebuah kerajaan. Berbeda dengan Samudra Pasai yang saat disinggahi petualang tersebut justru sedang jaya-jayanya.

Pires dalam catatannya yang dikenal dengan Suma Oriental menggambarkan betapa hebohnya Pasai didatangi pedagang dari berbagai negeri, termasuk orang-orang keling. Selain orang-orang Benggala yang banyak mendominasi, Samudra Pasai pun didiami orang Rum, Turki, Arab Persia, Gujarat, Melayu, Jawa, dan Siam. Jumlah penduduknya sekitar 20.000 orang, sementara produk ekspor utamanya adalah lada, sutra, dan benzoin.

Kerajaan Samudra Pasai yang terletak di pesisir timur laut Aceh, Kabupaten Lhoksemawe (kini Aceh Utara-Red), memang muncul sebagai kerajaan Islam karena proses Islamisasi pada masa Sriwijaya berjaya. Namun demikian, peran Samudra Pasai menyebarkan Islam ke pelosok Nusantara sungguh tidak bisa dianggap remeh.

Menurut catatan Ibnu Battuta--tiba di Samudra Pasai pada abad 1354--Samudra Pasai saat itu dipimpin seorang raja taat beragama yang dikenal dengan sebutan Sultan Malik az-Zahar. Raja pertama Samudra Pasai sendiri bernama Sultan Malik As Saleh. Baginda Sultan Malik Az-Zahar, dalam catatan petualang Maroko ini, selalu dikelilingi ahli Islam dan membincangkan masalah agama dalam Mazhab Syafii. Di antara ahli Islam yang ada di Samudra Pasai ialah orang Persia Qadi Sharif Amir Sayyid (Shiraz) dan Taj al-Din dari Ishafan.


***

Seperti kerajaan-kerajaan lain di Selat Malaka, Samudra Pasai pun ramai dikerubuti pedagang-pedagang Muslim. Perannya dalam menebar semerbak Islam di Asia Tenggara tak kalah hebat pula. Letak Samudra Pasai yang juga dilalui perniagaan membuat agama Islam dianut masyarakat lain di belahan Asia Tenggara.

Tidak kurang dari pembuat berita Cina dan Portugis yang dengan akurat menuliskan ramainya kegiatan niaga dan pelayaran di Samudra Pasai ini. Ekspedisi-ekspedisi Cina di era pemerintahan Kaisar Yung Le-Dinasti Ming, misalnya, mempunyai kebiasaan berlayar ke Calicut melalui Pasai. Tepatnya melalui Vietnam, terus ke Surabaya, Palembang, Malaka, Pasai, dan Beruwala (di Srilanka) sampai ke Calicut. Bahkan, berdasarkan manuskrip bersubjudul Sun Peng Hsiung Sun--berisi 100 arah rute pelayaran utama--Samudra Pasai dan Krueng Aceh selalu menjadi tujuan utama perdagangan kapal-kapal Cina.

Tidak hanya ke Asia Tenggara, peran penyebaran Islam dari Samudra Pasai ke wilayah lain Nusantara pun tak kalah pentingnya. Hubungan dagang antara kerajaan Samudra Pasai dan Malaka diindikasikan menebarkan Islamisasi di Malaka. Terlebih sejak Raja Malaka di Paramisora mengambil putri Pasai sebagai istri (sekitar tahun 1414). Saat itulah, diduga Islam mulai resmi dianut raja dan masyarakat Malaka. Belakangan, Malaka sendiri semakin besar dan menjadi saingan utama Samudra Pasai sebagai kerajaan dengan bandar perdagangan yang sangat ramai.

Proses perkawinan putri Pasai dengan Raja Malaka sendiri otomatis mengawali Islamisasi. Betapa tidak, karena agama menjadi salah satu prasyarat sahnya perkawinan dalam Islam. Hubungan kekeluargaan dan keagamaan antara keduanya menimbulkan pola-pola sosial budaya baru. Bahkan, saat perkawinan itu mata uang emas (dirham) yang sudah dikenal di Samudra Pasai diperkenalkan pula kepada masyarakat Malaka.

Hal itu dapat dilihat dari kubur Sultan Mansyur Syah (Malaka wafat 1477) ditemukan memiliki batu nisan dari Aceh. Bahkan, menurut penelitian, 45 pasang nisan sejenis ditemukan di Malaka. Yang paling sering disebut adalah serupanya nisan Sultan Mansyur Syah dengan Malik As Salleh dari Samudra Pasai.


***

Eksistensi Samudra Pasai dalam perkembangan agama Islam di Nusantara tidak hanya terbukti di belahan Sumatera. Jawa pun tak urung bersentuhan, malah terkena imbas pranata budaya dan pengaruh Islam dari kerajaan Islam yang kerap disebut tertua di Nusantara itu. Bukti-buktinya terkuak terutama dari corak-corak nisan dalam makam orang-orang besar maupun masyarakat biasa di Jawa dan Pasai.

Dalam hikayat "Raja-raja Pasai" terungkap bahwa Kerajaan Majapahit pernah menyerang Samudra Pasai. Demikian pula dalam hikayat "Hikayat Banjar" diceritakan tentang pengambilan putri Pasai ke Majapahit dan penempatan saudara putri itu di Ampel. Catatan-catatan itu adalah fakta hubungan Samudra Pasai dengan Jawa. Bahkan dalam "Babad Tanah Jawi" diceritakan Putri Campa (Jeumpa, bahasa Aceh) datang ke Majapahit dan menikah dengan Brawijaya.

Bukti-bukti eksistensi Pasai digambarkan berpengaruh dalam benda hasil kebudayaan sungguh tak dapat dipungkiri luar biasa banyaknya. Tak kurang dari kompleks makam Sunan Gunungjati di Cirebon dilingkupi oleh nisan-nisan kubur orang-orang Pasai. Berdasarkan data tersebut, Samudra Pasai jelas memegang peran penting dalam proses Islamisasi di pesisir Utara Jawa, Jawa Timur, bahkan sampai Jawa Barat. (Nunun Nurbaiti/berbagai sumber)



Sumber: Suara Karya, 31 Desember 1999




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baodeh-pun Berbahasa Arab Prokem

"E nte cari rumah si Ali? Itu dia, shebe  (bapak) dan ajus (ibu)-nya ada di bed  (rumah)," kata seorang pemuda keturunan Cina di Jalan Kejayaan, Kelurahan Krukut, Jakarta Barat kepada wartawan Republika  yang bertanya kepadanya. Baodeh  (keturunan Cina) di sini, khususnya yang telah bergaul dengan jamaah , memang bisa berbahasa Arab sehari-hari. Hal yang sama juga terjadi di Kampung Pekojan, yang juga dikenal sebagai perkampungan Arab. Tapi tidak hanya baodeh  yang terpengaruh. "Kami juga menjadi akrab dengan bahasa Cina sehari-hari," kata beberapa pemuda keturunan Arab yang berhasil ditemui. Dalam buku Kampung Tua di Jakarta  terbitan Pemda DKI Jakarta, disebutkan akibat adanya tiga etnis golongan penduduk Kampung Krukut, yakni Betawi, Arab, dan Cina. Disadari atau tidak, mereka telah terlibat dalam suatu usaha interaksi serta penyesuaian diri dalam lingkungan masyarakat mereka. Kata-kata ane  (saya), ente  (kamu), fulus  (uang), tafran ...

Dr. Danudirjo Setiabudi

Dr. Danudirdjo Setiabudi  adalah nama Indonesia dari Dr. Ernest F. E. Douwes Dekker. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah memberikan gelar kepada Danudirjo sebagai Perintis Perkembangan Pers Indonesia, bersama beberapa orang yang lain yang berjasa. Kalau pemerintah menganggap Danudirjo sebagai perintis perkembangan pers Indonesia, maka sebenarnya jasa beliau lebih besar dari itu. Beliau adalah pendekar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Suwardi Suryaningrat (K. H. Dewantara) dan Dr. Cipto Mangunkusumo, mereka disebut Tiga Serangkai, karena mereka bertiga bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan bangsa lewat wadah Indische Partij. Danudirjo Setiabudi lahir pada tahun 1879 di sebuah kota kecil di Jawa Timur yakni Pasuruan. Setelah berhasil menamatkan sekolah menengahnya dan sekolah lanjutannya di Indonesia, Danurdirjo pergi ke Eropa dan melanjutkan pelajarannya, kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Zurich (Swiss). Sejak bocah, Danudirjo telah memiliki jiwa kemerdekaan yang...

Seni dan Budaya Jadi Medium Awal

Seni dan budaya menjadi medium dakwah para penyebar Islam pertama di Pulau Jawa. Wali sanga menjadikan seni dan budaya sebagai medium penyampai ajaran Islam, saat masyarakat Jawa pada masa itu masih dipengaruhi ajaran Hindu-Buddha. Dakwah seperti ini pun berhasil. D i sejumlah daerah pesisir utara Pulau Jawa, karakter Islam yang pada masa awal kedatangannya di Nusantara membangun harmoni dengan adat dan budaya masyarakat setempat terlihat jelas hingga saat ini. Di Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, yang pada masa lalu jadi pusat dakwah Sunan Kudus, misalnya, kini masih bisa dilihat bukti arsitektur Jawa-Hindu. Masjid Menara Kudus dengan tinggi sekitar 17 meter itu diperkirakan dibangun pada 19 Rajab 956 Hijriyah atau sekitar tahun 1549. Akulturasi antara Islam dengan kebudayaan Jawa-Hndu di masjid itu mewujud dalam bentuk bangunan menara. Kaki menaranya menyerupai Candi Jago di Malang, Jawa Timur. Candi itu dibuat pada masa Kerajaan Singasari. Bagian tubuh hingga atap Masjid Menara Kudu...

Cheng Ho dan Tiga Teori Jangkar Raksasa

S EBAGAIMANA catatan sejarah, pelayaran Laksamana Cheng Ho menyimpan berjuta kisah sejarah yang sangat menarik di nusantara. Tidak saja karena kebetulan petinggi kekaisaran Mongol yang menguasai daratan Tiongkok dari abad ke-13 sampai ke-17 itu beragama Islam, tetapi ekspedisi laut pada abad ke-15 Masehi itu membawa pengaruh politik dan budaya sangat besar. Jejak sejarah tinggalan ekspedisi Cheng Ho yang merupakan duta intenasional Kaisar Yongle, generasi ketiga keturunan Kaisar Ming dari Mongol yang menguasai daratan Tiongkok, tersebar di sepanjang Pulau Jawa bagian utara. Hinggi kini, jejak-jejak arkeologis, historis, sosiologis, dan kultur dari ekspedisi laut laksamana yang memiliki nama Islam Haji Mahmud Shams ini, bertebaran di sepanjang pantai utara (pantura) Jawa. Di Cirebon armada kapalnya sempat singgah dan menetap sebelum melanjutkan perjalanan ke arah timur dan mendarat di pelabuhan yang kini masuk wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah. Laksamana Cheng Ho datang pada masa akhir...

Manunggaling Ilmu dan Laku

Alkisah ada seorang bocah pribumi yang telaten dan fasih membaca buku-buku tentang kesusastraan dan keagamaan, baik dalam bahasa Jawa, Melayu, Belanda, Jerman, maupun Latin. Bocah ini sanggup melafalkan dengan apik puisi-puisi Virgilius dalam bahasa Latin. Oleh  BANDUNG MAWARDI K etelatenan belajar mengantarkan bocah ini menjadi sosok yang fenomenal dalam tradisi intelektual di Indonesia dan Eropa. Bocah dari Jawa itu dikenal dengan nama Sosrokartono. Herry A Poeze (1986) mencatat, Sosrokartono pada puncak intelektualitasnya di Eropa menguasai sembilan bahasa Timur dan 17 bahasa Barat. Kompetensi intelektualitasnya itu dibarengi dengan publikasi tulisan dan pergaulan yang luas dengan tokoh-tokoh kunci dalam lingkungan intelektual di Belanda. Sosrokartono pun mendapat julukan "Pangeran Jawa" sebagai ungkapan untuk sosok intelektual-priayi dari Hindia Belanda. Biografi intelektual pribumi pada saat itu memang tak bebas dari bayang-bayang kolonial. Sosrokartono pun tumbuh dalam ...

Hari ini, 36 tahun lalu: Bom atom pertama dicoba di Alamogordo

Jalannya sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia mungkin akan berbeda kalau tidak ada peristiwa yang terjadi 16 Juli, 36 tahun lalu. Pada hari itu Amerika Serikat membuka babak baru di dalam teknik, yakni berhasil meledakkan bom atom di New Mexico, tepatnya di Alamogordo. Percobaan yang berhasil ini telah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan bom atom lainnya yang dijatuhkan atas Hiroshima dan Nagasaki. Ketakutan akan akibat bom atom ini telah membuat Jepang ketakutan dan menyerah kepada sekutu, pada 14 Agustus 1945. Jauh-jauh hari sebelum bom atom pertama diledakkan di gurun Alamogordo itu, kurang lebih enam tahun sebelumnya Presiden Franklin D. Roosevelt menerima sepucuk surat dari Dr. Albert Einstein yang isinya mengenai kemungkinan pembuatan bom uranium yang kemampuannya sangat besar. Surat itulah yang kemudian melahirkan suatu proyek yang sangat dirahasiakan dan hanya kalangan kecil yang mengenalnya dengan nama Manhattan Engineer District di bawah pimpinan Mayor...

Menjaga Prasyarat Hidup Bersatu

Komitmen persatuan, seperti yang disepakati pada 28 Oktober 1928, hadir dengan sejumlah prasyarat. Setelah 90 tahun berlalu, kini dibutuhkan penanda-penanda baru untuk makin mengeratkan persatuan bangsa Indonesia. P rasasti besar di Gedung Sumpah Pemuda, Jakarta, mengingatkan bahwa selain kesepakatan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa pada 90 tahun silam, para pemuda juga menyepakati lima prasyarat. Ironisnya, lima prasyarat yang menjadi dasar dari persatuan yang saat itu disepakati tersebut kini sering luput dari perhatian. Lima prasyarat itu adalah kemauan, bahasa, hukum adat, serta pendidikan dan kepanduan. Mengapa lima prasyarat itu menjadi konsepsi yang juga dicantumkan secara tegas di dalam naskah putusan Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928? Buku 45 Tahun Sumpah Pemuda  mencatat lima hal itu sebagai dasar terjadinya persatuan. "Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh segala perkumpulan kebangsaan Indonesia. Mengelu...