Langsung ke konten utama

Pelaksanaan Wisata Ziarah Jangan Mengarah Syirik

WISATA ziarah, dalam pelaksanaannya hendaknya jangan sampai terjerumus ke arah syirik, demikian penandasan Kepala Dinas Pariwisata Daerah (Diparda) TK. II Jawa Barat, Ir. H. Adjat Sudradjat S., dalam pesannya menghadapi gelombang wisata ziarah, pada Hari Besar Idul Fitri 1413 H dan selanjutnya. Kita berziarah untuk mendoakan kebaikan bagi yang telah tiada, yang kuburannya kita ziarahi. Dikatakan H. Adjat Sudrajat, selanjutnya doa yang dipanjatkan ke HadhiratNya di tempat yang bersih, suci, keramat menurut pandangan Alloh, insyalloh biasanya Alloh kabulkan.

Karenanya, membersihkan makam pada hari-hari menjelang hari Raya Idul Fitri dan waktu-waktu lainnya sangat terpuji serta telah menjadi tradisi di kalangan masyarakat muslim Jawa Barat.

Diparda Jawa Barat, yang menaruh perhatian besar terhadap bidang wisata relijius, telah turut meningkatkan dan melaksanakan pembangunan di beberapa objek wisata ziarah yang menjadi tumpuan wisatawan pada hari-hari Besar Islam. Makam Godog di Kabupaten Garut, Makam Cikundul di Kab. Cianjur, Situ Lengkong di Ciamis serta Makam Sultan Banten di Banten Lama, Serang.

Untuk melangkah lebih lanjut mengadakan atau membantu pembangunan di objek-objek wisata ziarah lainnya di Jawa Barat, Diparda Jawa Barat tampaknya kekeringan biaya, karena anggaran, baik dari APBD Provinsi maupun APBN, untuk itu kurang memadai.

Kerja sama antara Pusat, Pemda Tk. I dan Pemda Tk. II untuk pembiayaan pembangunan objek-objek wisata termaksud, mutlak diperlukan.

Sementara itu, kerja sama yang harmonis antara Diparda Jawa Barat dan MUI Jawa Barat sejak tahun 1991, telah terjalin dengan baik. Kerja sama yang ditandatangani Kepala Diparda Jabar, Ir. H. Adjat Sudrajat S. dan Ketua Umum MUI Jabar, KHR. Totoh Abdulfatah.

Kerja sama itu, antara lain telah membuahkan buku "Panduan Kepariwisataan Islami", yang sangat berguna bagi perkembangan dunia pariwisata Jawa Barat, serta penjelasan tentang kepariwisataan di Jabar yang bernafaskan pandangan Agama Islam, serta mengacu kepada pengertian yang selaras dengan ajaran agama Islam. 

Adapun tumpuan wisata ziarah pada Hari Raya Idul Fitri di Jawa Barat, antara lain makam para Sultan Banten yang terletak di sebelah Utara dan Selatan Mesjid Agung Banten yang didirikan Sultan Maulana Yusuf, pada tahun 1566 Masehi.

Mesjid bersejarah itu memiliki keistimewaan, ialah yang bersusun lima. Makin tinggi makin kecil, sedang atap yang paling tinggi berbentuk limas yang sangat artistik dan sedap dipandang mata.

Di halaman Mesjid Agung Banten, berdiri dengan anggun menara yang diperkirakan dibangun pada tahun 1620, yang sampai kini masih utuh.

Makam Sultan Maulana Yusuf, yang dikeramatkan penduduk setempat serta banyak diziarahi pada musim lebaran, baik wisatawan lokal maupun regional, terletak sekitar 6 km dari kota Serang.

Maulana Yusuf, adalah seorang sultan besar dan bijaksana serta menjadi tokoh yang menyebarkan dan memantapkan agama Islam di Banten.

Karena jasa-jasanya semasa hidup, beliau tetap dikenang serta dicintai masyarakatnya, sekaligus telah beratus tahun kembali ke Hadhiratnya.

Tidak jauh dari makam Sultan Maulana Yusuf, terletak makam Pangeran Astapati, yang juga dikeramatkan serta banyak diziarahi wisatawan.

Di Kabupaten Cianjur, yang banyak diziarahi pada hari-hari Besar Islam, ialah Makam Dalem Wiratanu I, dalem pertama Cianjur. Makam yang lebih dikenal dengan sebutan Makam Cikundul itu, terletak di Desa Cijagang/Majalaya, Cikakong Kulon. Pada hari Lebaran, bulan Maulud dan Rayagung terutama pada malam Jumat Kliwon, para pengunjung membanjiri pemakaman tersebut. Bukan saja dari Indonesia, tapi juga pengunjung dari Malaysia, Brunei, Thailand dsb.

Di belahan Timur Jawa Barat, Cirebon, terletak makam Sunan Gunung Jati, salah seorang dari Wali Songo, penyebar utama agama Islam di Pulau Jawa, pada Abad XVI Masehi.

Makam Pahlawan Wanita Cut Nya Dien di Sumedang, pada hari-hari Raya Idul Fitri, banyak pula dikunjungi para peziarah. Baik dari Kota Sumedang, Bandung, Jakarta, dan kota-kota lainnya.

Sementara itu, Keramat Tambatan Kuda Sunan Gunung Jati di desa Cijengkol, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, banyak dikunjungi para penziarah pada musim Lebaran. Demikian pula keramat Manunggal di Desa Sukasari, Kecamatan Serang, Bekasi.

Di Tasikmalaya, belahan Selatan, Pamijahan, terletak makam keramat yang banyak sekali dikunjungi para penziarah pada musim Lebaran. Makam yang terletak sekitar 65 km dari kota Tasikmalaya tersebut, terletak pada sebuah bukit yang subur. Makam Wali Syekh AbdulMuhyi, penyebar agama Islam di Priangan, yang wafat pada 14 Maulud 894 M.

Syekh Abdul Muhyi dilahirkan di Mataram dibesarkan di Gresik, menuntut ilmu kepada Syekh Andulroup bin Abdul Jabar bin Abdul Kodir Bagdad di Pesantren Kuala, Aceh. Kemudian memperdalam ilmu keislaman di Bagdad, dan naik haji ke Mekah. Menurut silsilah Syekh Abdul Muhyi masih keturunan Galuh. Datang ke Pamijahan untuk selanjutnya bermukim, tanggal 12 Maulud 854 H. 

Di Pamijahan terdapat pula sebuah gua yang di dalamnya terdapat ruangan tempat bertapa. Bisa ditemukan pula di sana air Cikahuripan, yang menurut Sahibul hikayat konon kabarnya air tersebut bermuara di Masjidil Haram, sehingga air tesebut dinamakan air zam-zam.

Para penziarah yang berdatangan dari berbagai kota, di samping memanjatkan doa, juga dapat mengenyam alam yang indah karuniaNya.

Maka berwisata yang dilaksanakan pada masa Lebaran, hendaknya memetik manfaat seperti yang ditulis Mufassir terkenal Fakhrudin ArraZy (1149-1209): "Perjalanan wisata (as saihun) mempunyai dampak yang sangat besar dalam rangka menyempurnakan jiwa manusia. Perjalanan wisata dapat menyaksikan aneka ragam perbedaan ciptaan Allah/Walhasil, perjalanan wisata mempunyai dampak yang kuat dalam kehidupan beragama seseorang." (Djoni Hidayat)*** 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baodeh-pun Berbahasa Arab Prokem

"E nte cari rumah si Ali? Itu dia, shebe  (bapak) dan ajus (ibu)-nya ada di bed  (rumah)," kata seorang pemuda keturunan Cina di Jalan Kejayaan, Kelurahan Krukut, Jakarta Barat kepada wartawan Republika  yang bertanya kepadanya. Baodeh  (keturunan Cina) di sini, khususnya yang telah bergaul dengan jamaah , memang bisa berbahasa Arab sehari-hari. Hal yang sama juga terjadi di Kampung Pekojan, yang juga dikenal sebagai perkampungan Arab. Tapi tidak hanya baodeh  yang terpengaruh. "Kami juga menjadi akrab dengan bahasa Cina sehari-hari," kata beberapa pemuda keturunan Arab yang berhasil ditemui. Dalam buku Kampung Tua di Jakarta  terbitan Pemda DKI Jakarta, disebutkan akibat adanya tiga etnis golongan penduduk Kampung Krukut, yakni Betawi, Arab, dan Cina. Disadari atau tidak, mereka telah terlibat dalam suatu usaha interaksi serta penyesuaian diri dalam lingkungan masyarakat mereka. Kata-kata ane  (saya), ente  (kamu), fulus  (uang), tafran ...

Dr. Danudirjo Setiabudi

Dr. Danudirdjo Setiabudi  adalah nama Indonesia dari Dr. Ernest F. E. Douwes Dekker. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah memberikan gelar kepada Danudirjo sebagai Perintis Perkembangan Pers Indonesia, bersama beberapa orang yang lain yang berjasa. Kalau pemerintah menganggap Danudirjo sebagai perintis perkembangan pers Indonesia, maka sebenarnya jasa beliau lebih besar dari itu. Beliau adalah pendekar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Suwardi Suryaningrat (K. H. Dewantara) dan Dr. Cipto Mangunkusumo, mereka disebut Tiga Serangkai, karena mereka bertiga bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan bangsa lewat wadah Indische Partij. Danudirjo Setiabudi lahir pada tahun 1879 di sebuah kota kecil di Jawa Timur yakni Pasuruan. Setelah berhasil menamatkan sekolah menengahnya dan sekolah lanjutannya di Indonesia, Danurdirjo pergi ke Eropa dan melanjutkan pelajarannya, kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Zurich (Swiss). Sejak bocah, Danudirjo telah memiliki jiwa kemerdekaan yang...

Seni dan Budaya Jadi Medium Awal

Seni dan budaya menjadi medium dakwah para penyebar Islam pertama di Pulau Jawa. Wali sanga menjadikan seni dan budaya sebagai medium penyampai ajaran Islam, saat masyarakat Jawa pada masa itu masih dipengaruhi ajaran Hindu-Buddha. Dakwah seperti ini pun berhasil. D i sejumlah daerah pesisir utara Pulau Jawa, karakter Islam yang pada masa awal kedatangannya di Nusantara membangun harmoni dengan adat dan budaya masyarakat setempat terlihat jelas hingga saat ini. Di Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, yang pada masa lalu jadi pusat dakwah Sunan Kudus, misalnya, kini masih bisa dilihat bukti arsitektur Jawa-Hindu. Masjid Menara Kudus dengan tinggi sekitar 17 meter itu diperkirakan dibangun pada 19 Rajab 956 Hijriyah atau sekitar tahun 1549. Akulturasi antara Islam dengan kebudayaan Jawa-Hndu di masjid itu mewujud dalam bentuk bangunan menara. Kaki menaranya menyerupai Candi Jago di Malang, Jawa Timur. Candi itu dibuat pada masa Kerajaan Singasari. Bagian tubuh hingga atap Masjid Menara Kudu...

Cheng Ho dan Tiga Teori Jangkar Raksasa

S EBAGAIMANA catatan sejarah, pelayaran Laksamana Cheng Ho menyimpan berjuta kisah sejarah yang sangat menarik di nusantara. Tidak saja karena kebetulan petinggi kekaisaran Mongol yang menguasai daratan Tiongkok dari abad ke-13 sampai ke-17 itu beragama Islam, tetapi ekspedisi laut pada abad ke-15 Masehi itu membawa pengaruh politik dan budaya sangat besar. Jejak sejarah tinggalan ekspedisi Cheng Ho yang merupakan duta intenasional Kaisar Yongle, generasi ketiga keturunan Kaisar Ming dari Mongol yang menguasai daratan Tiongkok, tersebar di sepanjang Pulau Jawa bagian utara. Hinggi kini, jejak-jejak arkeologis, historis, sosiologis, dan kultur dari ekspedisi laut laksamana yang memiliki nama Islam Haji Mahmud Shams ini, bertebaran di sepanjang pantai utara (pantura) Jawa. Di Cirebon armada kapalnya sempat singgah dan menetap sebelum melanjutkan perjalanan ke arah timur dan mendarat di pelabuhan yang kini masuk wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah. Laksamana Cheng Ho datang pada masa akhir...

Manunggaling Ilmu dan Laku

Alkisah ada seorang bocah pribumi yang telaten dan fasih membaca buku-buku tentang kesusastraan dan keagamaan, baik dalam bahasa Jawa, Melayu, Belanda, Jerman, maupun Latin. Bocah ini sanggup melafalkan dengan apik puisi-puisi Virgilius dalam bahasa Latin. Oleh  BANDUNG MAWARDI K etelatenan belajar mengantarkan bocah ini menjadi sosok yang fenomenal dalam tradisi intelektual di Indonesia dan Eropa. Bocah dari Jawa itu dikenal dengan nama Sosrokartono. Herry A Poeze (1986) mencatat, Sosrokartono pada puncak intelektualitasnya di Eropa menguasai sembilan bahasa Timur dan 17 bahasa Barat. Kompetensi intelektualitasnya itu dibarengi dengan publikasi tulisan dan pergaulan yang luas dengan tokoh-tokoh kunci dalam lingkungan intelektual di Belanda. Sosrokartono pun mendapat julukan "Pangeran Jawa" sebagai ungkapan untuk sosok intelektual-priayi dari Hindia Belanda. Biografi intelektual pribumi pada saat itu memang tak bebas dari bayang-bayang kolonial. Sosrokartono pun tumbuh dalam ...

Hari ini, 36 tahun lalu: Bom atom pertama dicoba di Alamogordo

Jalannya sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia mungkin akan berbeda kalau tidak ada peristiwa yang terjadi 16 Juli, 36 tahun lalu. Pada hari itu Amerika Serikat membuka babak baru di dalam teknik, yakni berhasil meledakkan bom atom di New Mexico, tepatnya di Alamogordo. Percobaan yang berhasil ini telah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan bom atom lainnya yang dijatuhkan atas Hiroshima dan Nagasaki. Ketakutan akan akibat bom atom ini telah membuat Jepang ketakutan dan menyerah kepada sekutu, pada 14 Agustus 1945. Jauh-jauh hari sebelum bom atom pertama diledakkan di gurun Alamogordo itu, kurang lebih enam tahun sebelumnya Presiden Franklin D. Roosevelt menerima sepucuk surat dari Dr. Albert Einstein yang isinya mengenai kemungkinan pembuatan bom uranium yang kemampuannya sangat besar. Surat itulah yang kemudian melahirkan suatu proyek yang sangat dirahasiakan dan hanya kalangan kecil yang mengenalnya dengan nama Manhattan Engineer District di bawah pimpinan Mayor...

Menjaga Prasyarat Hidup Bersatu

Komitmen persatuan, seperti yang disepakati pada 28 Oktober 1928, hadir dengan sejumlah prasyarat. Setelah 90 tahun berlalu, kini dibutuhkan penanda-penanda baru untuk makin mengeratkan persatuan bangsa Indonesia. P rasasti besar di Gedung Sumpah Pemuda, Jakarta, mengingatkan bahwa selain kesepakatan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa pada 90 tahun silam, para pemuda juga menyepakati lima prasyarat. Ironisnya, lima prasyarat yang menjadi dasar dari persatuan yang saat itu disepakati tersebut kini sering luput dari perhatian. Lima prasyarat itu adalah kemauan, bahasa, hukum adat, serta pendidikan dan kepanduan. Mengapa lima prasyarat itu menjadi konsepsi yang juga dicantumkan secara tegas di dalam naskah putusan Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928? Buku 45 Tahun Sumpah Pemuda  mencatat lima hal itu sebagai dasar terjadinya persatuan. "Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh segala perkumpulan kebangsaan Indonesia. Mengelu...