Menarik membaca tulisan Arbain Rambey berjudul "Uzbekistan di Pusaran Sejarah" (Kompas, 20 Oktober 2019).
Berdasarkan kisah dari pemandu wisata di Tashkent, diceritakan peran Presiden Soekarno memperkenalkan Makam Imam Al-Bukhori di Samarkand yang nyaris terlupakan dalam sejarah.
Kisah Soekarno dimulai ketika dalam kunjungan ke Moskwa minta diantar ke makam Imam Al-Bukhori.
Menurut buku The Uncensored of Bung Karno, Misteri Kehidupan Sang Presiden tulisan Abraham Panumbangan (2016, halaman 190-193), "Pada tahun 1961 pemimpin tertinggi partai Komunis Uni Soviet sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khruschev mengundang Bung Karno ke Moskwa. Sebenarnya Kruschev ingin memperlihatkan pada Amerika bahwa Indonesia adalah negara di belakang Uni Soviet".
Karena sudah lama ingin berziarah ke makam Imam Al-Bukhori, Bung Karno mensyaratkan itu sebelum berangkat ke Soviet. Pontang-pantinglah pasukan elite Kruschev mencari makam Imam Al-Bukhori yang lahir pada tahun 810 Masehi.
Ketika akhirnya ditemukan, makam itu dalam keadaan tidak terawat. Posisinya memang di kawasan terpencil, jauh dari hunian penduduk. Menurut Arbain, sedikit banyak, hal ini membenarkan paparan Khodirov tentang Soekarno, yang di Indonesia malah diragukan kebenarannya.
Khruscev kemudian memerintahkan untuk membersihkan dan memugar makam tersebut. Ketika Bung Karno jadi berkunjung ke Moskwa, tanggal 12 Juni 1961 ia menyempatkan diri ke Samarkand. Sehari sebelumnya, puluhan ribu orang telah menyambut Bung Karno di Tashkent, ibu kota Uzbekistan.
Menurut teman-teman yang bertugas di KBRI Tashkent, orang Indonesia yang berziarah ke makam Imam Al-Bukhori sangat dihormati oleh penjaga makam.
MUSTAKIM SH
Pondok Duta 1, Tugu,
Cimanggis, Depok 16451
Sumber: Kompas, 11 November 2019
Komentar
Posting Komentar