Harsudiyono Hartas
Mantan Kassospol ABRI/TNI
Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia 58 tahun lalu, benar-benar merupakan rahmat agung atau luar biasa dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang dilimpahkan kepada negara dan bangsa Indonesia.
Kiranya sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Esa, bahwa penjajahan Belanda harus berakhir, setelah menjajah selama 350 tahun. Jepang yang berupaya menguasai Asia Timur Raya, sempat menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Begitu singkatnya sampai orang Jawa mengatakan: "Mung seumur jagung Jepang njajah Indonesia".
Mengandung makna dalam
Pada hari Jumat (legi) tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan. Di mana umat Islam sedang menunaikan ibadah puasa.
Hari, bulan, dan tanggal proklamasi kemerdekaan, jika disimak dan diuraikan mengandung makna dalam sekali bagi tata kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Makna tersebut diambil dari ayat-ayat suci Alquran tidak sekadar rekayasa mengada-ada. Proklamasi kemerdekaan NKRI berlangsung pada bulan Ramadhan, suatu bulan rahmat dari Allah SWT. Seolah-olah sebagai "lailatul qadar" bagi bangsa Indonesia yang telah lama mendambakan kemerdekaan. Di samping itu, kitab-kitab suci seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Alquran diturunkan untuk keselamatan dan perdamaian umat di dunia, juga di bulan suci Ramadhan.
Proklamasi kemerdekaan NKRI tanggal 17 Agustus 1945 atau 17-8-1945. Angka 1 dari angka 17, mengandung makna bahwa manusia punya tujuan hidup satu (tunggal), mencapai rahmat dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, memperoleh ridho dari Tuhan Yang Maha Esa. Angka 7, diambil dari tujuh banyaknya hari Senin sampai Minggu/Ahad. Maksudnya bahwa kehidupan manusia diatur dalam tujuh bilangan hari tersebut. Selain itu juga yang tidak kalah pentingnya bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah mengabulkan doa permohonan bangsa Indonesia duduk di tempat yang benar dan tempat yang tertinggi di dalam pergaulan antarumat berbangsa dan bernegara di seluruh dunia. (Letak geografis pada posisi silang dunia), Surat 7 Al-A'raf (Tempat Tertinggi).
Angka 17 juga angka bermakna, karena pada tanggal 17 Ramadhan, merupakan peristiwa besar dalam agama Islam yaitu Isro dan Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW. Tanggal itu di malam hari nan hening, Rasulullah melakukan perjalanan malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Baitul Maqdis lalu ke langit lapis tujuh. Dalam perjalanan tersebut Nabi Muhammad SAW dapat menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah Seru Sekalian Alam, di mana hal ini tidak diperlihatkan kepada Rasul dan Nabi-nabi lainnya. Selain itu juga angka 17 bagi umat Islam merupakan shalat 5 waktu sebanyak 17 rakaat dalam sehari.
Angka 8, mengandung makna delapan malaikat penyangga Arsy. Maknanya melambangkan bahwa tiada daya kekuatan apa pun pada diri manusia, kecuali hanya Allah. Selanjutnya maknanya bisa dikaitkan dengan Surat 8 Al-Anfaal (Rampasan Perang), bahwa bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dapat menikmati delapan aspek kehidupan atau "hasta gatra". Hasta gatra terdiri dari geografi, demografi, SDA, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan pertahanan keamanan. Apabila penanganan masalah hasta gatra benar-benar jujur, ikhlas, dan demi kesejahteraan umat, maka akan merupakan sumber kekayaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Angka 4, mengandung beberapa makna. Di antaranya bahwa dalam memberi petunjuk agar manusia hidup bersaudara Surat 4 An-Nisa (Wanita) asal manusia satu, akur, bahagia, dan sejahtera. Tuhan menurunkan empat kitab suci yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan Alquran. Di dalam diri dan jiwa manusia juga terdiri dari empat nafsu yaitu lawwamah, amarah, sufiah, dan mutmainah. Manusia wajib menyeimbangkan empat nafsu tersebut, tidak boleh ada salah satu yang berlebihan. Misalnya hanya nafsu amarah yang diumbar atau dibiarkan, maka akan merugikan manusia itu sendiri dan orang lain juga. Bahkan bisa merusak lingkungan.
Angka 5, maknanya mengandung kepentingan kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia, di dunia dan akhirat. Rukun Islam ada lima. Bilamana manusia dapat menjalankan shalat lima waktu seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan hadis-hadisnya, niscaya manusia akan selamat di dunia dan akhirat. Di dalam kehidupan manusia, ada lima unsur yaitu air, tanah, api, angin, dan cahaya Allah. Manusia dalam memanfaatkan lima unsur kehidupan tersebut harus memperhatikan dan memperhitungkan keseimbangan. Termasuk bangsa Indonesia yang telah dikaruniai kemerdekaan, wajib pula mengelola kelima unsur tersebut dengan baik. Surat 5 Al-Maidah (Hidangan), tidak semena-mena, harus pula menjaga keseimbangan. Selama ini bangsa Indonesia sudah melalaikan masalah keseimbangan kelima unsur yang dilimpahkan kepada bangsa Indonesia. Sebagai contoh menebang hutan seenaknya, menggusur gunung dan bukit semaunya, merusak biota laut serampangan, yang akhirnya Indonesia yang dulu kaya sumber daya alam suatu saat bisa miskin sumber daya alam, hayati dan biota laut serta danaunya. Tentu hal ini harus dicegah oleh semua pihak.
Begitu besar rahmat Allah SWT pada angka 5, hingga Indonesia dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara, menciptakan lima dasar negara yang disebut Pancasila. Sila-sila tersebut jika kita perhatikan juga bersumber dari intisari ajaran Allah SWT yang diturunkan melalui para rasul-Nya. Sila pertama, Kehutanan Yang Maha Esa. Maknanya bahwa segala sumber dari segala sumber hidup dan kehidupan adalah hanya berasal dari Allah. Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Sifat adil dan beradab ini sumbernya dari Allah antara lain yang oleh Nabi Daud AS dengan nurul akal dan kitab Zaburnya. Kemudian oleh bangsa Indonesia diterapkan dalam sila kebangsaan/persatuan. Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Hal ini juga ajaran dari Allah yang antara lain dibawa oleh Nabi Isa AS dengan jiwa murni dan kitab Injilnya, bangsa Indonesia menerapkannya dalam sila kedaulatan rakyat. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Intisari ajaran Allah ini yang membawa Rasul besar kita Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya bangsa Indonesia menerapkannya dalam sila keadilan sosial.
Angka 9 merupakan angka tertinggi dalam angka bilangan, dari satu sampai sembilan. Angka ini dilambangkan sebagai akhlak terpuji, yang secara simbolis dilambangkan jumlah para wali Allah yang mursyid. Insya Allah akan selamat dan sejahtera lahir batin, bila manusia mau melaksanakan berbagai kehidupan didasari sifat terpuji. Hal ini sudah dicontohkan oleh para "Wali Songo" (sembilan wali).
Dari jumlah ayat-ayat sebanyak 1945 dari Surat 1 (Al Fatihah) sampai dengan Surat 16 (An Nahl), maka ayat yang ke 1945 terdapat Ayat 44 dari Surat An Nahl (lebah) yaitu agar umat manusia memikirkan keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Bukti-bukti kebesaran Allah SWT dalam kehidupan alam semesta. Salah satunya tentang lebah. Lebah adalah makhluk Allah yang memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia dengan menghasilkan madu. Ada persamaan antara madu yang dihasilkan lebah dengan Alquranul Karim. Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan ia menjadi obat bermacam-macam penyakit manusia, sedangkan Alquran mengandung intisari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua umat sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Jadi bersyukurlah dan berbahagialah bangsa Indonesia telah dikaruniai falsafah atau dasar negara yaitu Pancasila. Allah SWT sumber ilham Pancasila. Pancasila ibarat sebagai "madu" untuk obat berbagai macam penyakit yang sedang diderita oleh bangsa Indonesia dewasa ini. Maka yakinlah Pancasila di jalan Allah akan menjadi obat bagi bangsa Indonesia yang sedang sakit.
Kini Republik Indonesia memasuki usia ke-58. Dalam perjalanan sejarah mengalami pasang-surut diwarnai berbagai pergolakan, bencana alam, bencana degradasi moral, dan lunturnya persatuan bangsa, kendornya jiwa-jiwa cinta kasih sesama umat.
Sebagian contoh adalah makin menggilanya nafsu mementingkan diri dan golongan, bahkan ada yang melupakan kepentingan rakyat. Reformasi yang baru beberapa tahun sudah banyak yang melakukan pesta pora, menyalahgunakan uang rakyat dan negara dalam bentuk korupsi.
Kaji ulang kembali
Bangsa Indonesia kini sedang menghadapi krisis multidimensional. Indonesia sedang menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang berat yaitu globalisasi yang merupakan penjelmaan penjajahan bentuk baru dalam segala aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Kami mengajak kepada segenap komponen bangsa terutama elite-elite politik, tokoh-tokoh masyarakat, para cendekiawan, tokoh-tokoh agama, budayawan, lain-lain, agar mengkaji ulang produk-produk sejarah yang telah terjadi pada masa orde lama, orde baru dan pada zaman reformasi sekarang ini. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual untuk mencari jalan keluar dari krisis dewasa ini, berupa konsep strategi penyelamatan NKRI Proklamasi 17-8-1945 dan Pembukaan UUD 1945 yang telah mendapat rahmat Allah SWT.
Bangsa Indonesia sadar atau tidak telah menyimpang dari pokok-pokok pikiran, dasar hukum, geopolitik dan geostrategi dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia seperti yang tersurat maupun tersirat di dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam menghadapi krisis yang berkepanjangan seperti dewasa ini kita membutuhkan tokoh-tokoh pemimpin yang mempunyai rasa, jiwa, dan semangat kebangsaan religius sebagai negarawan.
Selamat memperingati, merenungkan, dan kaji ulang dalam merayakan serta mensyukuri rahmat Allah SWT pada HUT ke-58 Proklamasi Kemerdekaan RI. []
Sumber: Republika, 14 Agustus 2003
Komentar
Posting Komentar