Langsung ke konten utama

BANGSA

Kita semua sudah mengenal perkataan "Bangsa". Sebab perkataan bangsa sudah mulai dikenal orang ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tentunya bagi orang yang masuk Perguruan Tinggi Fak. Sosial perkataan bangsa masih dipelajari, tapi tidak ada satu definisi pun yang tetap atau pasti tentang bangsa.

Perkataan bangsa ditafsirkan orang berbeda-beda. Bangsa berasal dari bahasa Latin yaitu "Natio". Dalam bahasa Inggrisnya disebut "Nation" dan dalam bahasa Belanda disebut "Natie".

Pada zaman Romawi orang sudah mengenal kata "Natio", tapi mempunyai arti: "Kelompok dari orang-orang yang mempunyai hubungan darah". Nasionalisme dalam arti "kesetiaan/sentimen kepada kelompok negara" sudah ada sebelum Masehi.

Baru pada abad ke-16 perkataan bangsa seperti sekarang yaitu "Nasionalisme dalam arti ideologi", muncul di Eropa Barat pada tiga kerajaan yaitu Inggris, Perancis, dan Spanyol.

Apakah yang disebut bangsa atau apakah esensi/inti daripada bangsa? Untuk menjawab ini timbul 2 kelompok teori. Pertama teori Obyektif yaitu teori yang mencari esensial dari bangsa di luar manusia. Teori ini mengatakan: "Bangsa adalah sekelompok orang yang mempunyai bahasa, kebudayaan, ras, agama, dan pengalaman sejarah yang sama, berada di bawah satu pemerintahan dan hidup di daerah yang sama.

Teori ini banyak ditentang orang, umpamanya saja di Inggris dan Amerika sama-sama berbahasa Inggris, tapi tidak dalam satu kebangsaan.

Apakah kebudayaan yang sama merupakan jaminan bahwa mereka adalah satu bangsa? Kebudayaan yang sama tidaklah merupakan jaminan. Kebudayaan barat bersifat realistis dan kebudayaan Timur bersifat mistik.

Mengenai agama, Indonesia dan Arab sebagian besar beragama Islam, tetapi tidak termasuk dalam satu bangsa. Bangsa Amerika terdiri dari bermacam-macam orang, seperti Inggris, negro, dan lain-lain yang mempunyai sejarah yang berbeda-beda, tetapi dalam satu kebangsaan yaitu bangsa Amerika.

Sebaliknya bangsa Yahudi, walaupun tinggal terpencar-pencar tapi mempunyai satu kebangsaan, yaitu bangsa Yahudi. 

Teori kedua adalah teori Subyektif, menurut Ernest Renan, "Yang menjadi dasar dari bangsa adalah perasaan. Perasaan mempunyai pengalaman yang sama, senasib pada waktu sekarang dan ingin bersatu untuk masa yang akan datang".

Memang sulit memberikan definisi bangsa karena hampir semua bangsa mempunyai ukuran subyektif dan obyektif, dengan corak yang berbeda-beda.

Bangsa tidak identik dengan negara, justru bangsa sebagai asal mula terbentuknya negara. Kebangsaan menurut alam adalah kepunyaan manusia dan tidak membedakan tingakatan atau kelas dalam masyarakat.

Dr. Fredrich Hert dalam bukunya yang berjudul "Nationality in History and Politics" mengatakan, golongan yang menyebabkan bangsa untuk bernegara adalah: 1. adanya hasrat untuk mencapai kesatuan bangsa, 2. didorong adanya hasrat untuk mencapai kemerdekaan, 3. didorong adanya hasrat untuk mencapai keaslian bangsa, 4. didorong adanya kehormatan bangsa.

Apa pentingnya faktor kesatuan bangsa sehingga mendorong suatu bangsa untuk membentuk negara? Ernest Renan mengatakan "Kesadaran akan adanya kesatuan bangsa dapat menimbulkan hal-hal yang luar biasa". Jadi dengan adanya kesatuan maka bangsa mempunyai kekuatan.

Apa pentingnya faktor kemerdekaan? Kita semua mengetahui bahwa hanya bangsa yang merdekalah yang dapat mengembangkan kehidupan yang sesuai dengan cita-cita. Tanpa kemerdekaan kita tetap terkekang. Kemerdekaan hanya dapat dicapai bila terdapat kesatuan dan persatuan.

Pentingnya faktor keaslian bangsa, adalah keaslian kebudayaan. Kebudayaan adalah alat bagi manusia. Hanya dengan kebudayaan yang sesuai dengan jiwa, maka bangsa tersebut dapat mencapai tujuan.

Mengapa faktor kehormatan dianggap penting? Sebab, faktor kehormatan bangsa adalah masalah harga diri. Jika kita mengatakan bangsa, berarti kita mempertahankan harga diri dalam pergaulan antar bangsa.

Bangsa adalah sekelompok manusia yang merasa dirinya bersatu dengan golongannya (menurut seorang ahli ilmu negara yang bernama Rhoten Bucher). Jadi kriteria yang dipakai adalah adanya perasaan bersatu, setiap orang merupakan bagian dari yang lainnya.

Hal ini bertentangan dengan definisi dari Kranenburg, "Bangsa adalah sekelompok manusia yang terbentuk karena adanya kesadaran".

Bangsa mempunyai watak yang berbeda-beda. Biasanya watak bangsa ditentukan oleh keadaan lingkungan, di mana bangsa itu tumbuh dan pengalaman sejarahnya. Antara watak bangsa dan susunan negara mempunyai hubungan sebab akibat (Aristoteles). Jadi susunan negara di dunia berbeda-beda disebabkan karena watak bangsa yang berbeda-beda pula.

Kita lihat saja bangsa Indonesia, tempat tinggalnya terpisah-pisah oleh lautan. Akibatnya bangsa Indonesia mempunyai watak yang keras, gigih, dan berani karena biasa hidup mengarungi samudra luas. Dalam menghadapi penjajah, walau hanya bersenjata bambu runcing bangsa Indonesia tak gentar melawan musuh yang mempunyai senjata api. Watak bangsa ini juga mempunyai andil dalam menentukan struktur organisasi negara. (Thyna Asmarawati)



Sumber: Tidak diketahui, Tanpa tanggal



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baodeh-pun Berbahasa Arab Prokem

"E nte cari rumah si Ali? Itu dia, shebe  (bapak) dan ajus (ibu)-nya ada di bed  (rumah)," kata seorang pemuda keturunan Cina di Jalan Kejayaan, Kelurahan Krukut, Jakarta Barat kepada wartawan Republika  yang bertanya kepadanya. Baodeh  (keturunan Cina) di sini, khususnya yang telah bergaul dengan jamaah , memang bisa berbahasa Arab sehari-hari. Hal yang sama juga terjadi di Kampung Pekojan, yang juga dikenal sebagai perkampungan Arab. Tapi tidak hanya baodeh  yang terpengaruh. "Kami juga menjadi akrab dengan bahasa Cina sehari-hari," kata beberapa pemuda keturunan Arab yang berhasil ditemui. Dalam buku Kampung Tua di Jakarta  terbitan Pemda DKI Jakarta, disebutkan akibat adanya tiga etnis golongan penduduk Kampung Krukut, yakni Betawi, Arab, dan Cina. Disadari atau tidak, mereka telah terlibat dalam suatu usaha interaksi serta penyesuaian diri dalam lingkungan masyarakat mereka. Kata-kata ane  (saya), ente  (kamu), fulus  (uang), tafran ...

Dr. Danudirjo Setiabudi

Dr. Danudirdjo Setiabudi  adalah nama Indonesia dari Dr. Ernest F. E. Douwes Dekker. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah memberikan gelar kepada Danudirjo sebagai Perintis Perkembangan Pers Indonesia, bersama beberapa orang yang lain yang berjasa. Kalau pemerintah menganggap Danudirjo sebagai perintis perkembangan pers Indonesia, maka sebenarnya jasa beliau lebih besar dari itu. Beliau adalah pendekar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bersama Suwardi Suryaningrat (K. H. Dewantara) dan Dr. Cipto Mangunkusumo, mereka disebut Tiga Serangkai, karena mereka bertiga bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan bangsa lewat wadah Indische Partij. Danudirjo Setiabudi lahir pada tahun 1879 di sebuah kota kecil di Jawa Timur yakni Pasuruan. Setelah berhasil menamatkan sekolah menengahnya dan sekolah lanjutannya di Indonesia, Danurdirjo pergi ke Eropa dan melanjutkan pelajarannya, kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Zurich (Swiss). Sejak bocah, Danudirjo telah memiliki jiwa kemerdekaan yang...

Seni dan Budaya Jadi Medium Awal

Seni dan budaya menjadi medium dakwah para penyebar Islam pertama di Pulau Jawa. Wali sanga menjadikan seni dan budaya sebagai medium penyampai ajaran Islam, saat masyarakat Jawa pada masa itu masih dipengaruhi ajaran Hindu-Buddha. Dakwah seperti ini pun berhasil. D i sejumlah daerah pesisir utara Pulau Jawa, karakter Islam yang pada masa awal kedatangannya di Nusantara membangun harmoni dengan adat dan budaya masyarakat setempat terlihat jelas hingga saat ini. Di Masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, yang pada masa lalu jadi pusat dakwah Sunan Kudus, misalnya, kini masih bisa dilihat bukti arsitektur Jawa-Hindu. Masjid Menara Kudus dengan tinggi sekitar 17 meter itu diperkirakan dibangun pada 19 Rajab 956 Hijriyah atau sekitar tahun 1549. Akulturasi antara Islam dengan kebudayaan Jawa-Hndu di masjid itu mewujud dalam bentuk bangunan menara. Kaki menaranya menyerupai Candi Jago di Malang, Jawa Timur. Candi itu dibuat pada masa Kerajaan Singasari. Bagian tubuh hingga atap Masjid Menara Kudu...

Cheng Ho dan Tiga Teori Jangkar Raksasa

S EBAGAIMANA catatan sejarah, pelayaran Laksamana Cheng Ho menyimpan berjuta kisah sejarah yang sangat menarik di nusantara. Tidak saja karena kebetulan petinggi kekaisaran Mongol yang menguasai daratan Tiongkok dari abad ke-13 sampai ke-17 itu beragama Islam, tetapi ekspedisi laut pada abad ke-15 Masehi itu membawa pengaruh politik dan budaya sangat besar. Jejak sejarah tinggalan ekspedisi Cheng Ho yang merupakan duta intenasional Kaisar Yongle, generasi ketiga keturunan Kaisar Ming dari Mongol yang menguasai daratan Tiongkok, tersebar di sepanjang Pulau Jawa bagian utara. Hinggi kini, jejak-jejak arkeologis, historis, sosiologis, dan kultur dari ekspedisi laut laksamana yang memiliki nama Islam Haji Mahmud Shams ini, bertebaran di sepanjang pantai utara (pantura) Jawa. Di Cirebon armada kapalnya sempat singgah dan menetap sebelum melanjutkan perjalanan ke arah timur dan mendarat di pelabuhan yang kini masuk wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah. Laksamana Cheng Ho datang pada masa akhir...

Manunggaling Ilmu dan Laku

Alkisah ada seorang bocah pribumi yang telaten dan fasih membaca buku-buku tentang kesusastraan dan keagamaan, baik dalam bahasa Jawa, Melayu, Belanda, Jerman, maupun Latin. Bocah ini sanggup melafalkan dengan apik puisi-puisi Virgilius dalam bahasa Latin. Oleh  BANDUNG MAWARDI K etelatenan belajar mengantarkan bocah ini menjadi sosok yang fenomenal dalam tradisi intelektual di Indonesia dan Eropa. Bocah dari Jawa itu dikenal dengan nama Sosrokartono. Herry A Poeze (1986) mencatat, Sosrokartono pada puncak intelektualitasnya di Eropa menguasai sembilan bahasa Timur dan 17 bahasa Barat. Kompetensi intelektualitasnya itu dibarengi dengan publikasi tulisan dan pergaulan yang luas dengan tokoh-tokoh kunci dalam lingkungan intelektual di Belanda. Sosrokartono pun mendapat julukan "Pangeran Jawa" sebagai ungkapan untuk sosok intelektual-priayi dari Hindia Belanda. Biografi intelektual pribumi pada saat itu memang tak bebas dari bayang-bayang kolonial. Sosrokartono pun tumbuh dalam ...

Hari ini, 36 tahun lalu: Bom atom pertama dicoba di Alamogordo

Jalannya sejarah bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia mungkin akan berbeda kalau tidak ada peristiwa yang terjadi 16 Juli, 36 tahun lalu. Pada hari itu Amerika Serikat membuka babak baru di dalam teknik, yakni berhasil meledakkan bom atom di New Mexico, tepatnya di Alamogordo. Percobaan yang berhasil ini telah memungkinkan Amerika Serikat menghasilkan bom atom lainnya yang dijatuhkan atas Hiroshima dan Nagasaki. Ketakutan akan akibat bom atom ini telah membuat Jepang ketakutan dan menyerah kepada sekutu, pada 14 Agustus 1945. Jauh-jauh hari sebelum bom atom pertama diledakkan di gurun Alamogordo itu, kurang lebih enam tahun sebelumnya Presiden Franklin D. Roosevelt menerima sepucuk surat dari Dr. Albert Einstein yang isinya mengenai kemungkinan pembuatan bom uranium yang kemampuannya sangat besar. Surat itulah yang kemudian melahirkan suatu proyek yang sangat dirahasiakan dan hanya kalangan kecil yang mengenalnya dengan nama Manhattan Engineer District di bawah pimpinan Mayor...

Menjaga Prasyarat Hidup Bersatu

Komitmen persatuan, seperti yang disepakati pada 28 Oktober 1928, hadir dengan sejumlah prasyarat. Setelah 90 tahun berlalu, kini dibutuhkan penanda-penanda baru untuk makin mengeratkan persatuan bangsa Indonesia. P rasasti besar di Gedung Sumpah Pemuda, Jakarta, mengingatkan bahwa selain kesepakatan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa pada 90 tahun silam, para pemuda juga menyepakati lima prasyarat. Ironisnya, lima prasyarat yang menjadi dasar dari persatuan yang saat itu disepakati tersebut kini sering luput dari perhatian. Lima prasyarat itu adalah kemauan, bahasa, hukum adat, serta pendidikan dan kepanduan. Mengapa lima prasyarat itu menjadi konsepsi yang juga dicantumkan secara tegas di dalam naskah putusan Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928? Buku 45 Tahun Sumpah Pemuda  mencatat lima hal itu sebagai dasar terjadinya persatuan. "Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh segala perkumpulan kebangsaan Indonesia. Mengelu...