Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Masih Perlukah Harkitnas

Ahmad Mansur Suryanegara Sejarawan Muslim Tinggal di Bandung HARI Kebangkitan Nasional (Harkitnas), 20 Mei, sebagai produk keputusan Kabinet Mohammad Hatta (1948). Didasarkan 20 Mei 1908 sebagai Hari Jadi Boedi Oetomo (BO). T ERNYATA  keputusan politik ini sangat bertentangan dengan realitas sejarahnya. BO yang didirikan (1908) oleh Soetomo ketika masih siswa Stovia. BO juga dibubarkan oleh dr Soetomo (1931). BO sebagai gerakan eksklusif priyayi Jawa, aksi dan pemikirannya melawan arus gerakan Kebangkitan Kesadaran Nasional (1900-1942). Tidak hanya saat didirikannya, tetapi juga ketika BO telah berusia 20 tahun. Dalam kongresnya di Surakarta (1928), menurut AK Pringgodigdo dalam Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia , tetap menolak pelaksanaan cita-cita persatuan nasional Indonesia, yang diperjuangkan oleh Jong Islamieten Bond-JIB (1925). BO dibubarkan sendiri oleh dr Soetomo. Berubah menjadi Persatoean Bangsa Indonesia (PBI), dan berubah lagi menjadi Partai Indonesia Raja (Parindra...

Revitalisasi Kebangkitan Nasional

Reiza D. Dienaputra Lektor Kepala pada Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Unpad S AAT pertama kali peringatan Kebangkitan Nasional digagas oleh Kabinet Mohammad Hatta (1948-1949), tujuan utamanya adalah untuk membangun kembali kesadaran sejarah dalam menghadapi kolonialisme. Pilihan tanggal peringatan pun jatuh pada kelahiran organisasi yang dianggap sebagai organisasi pergerakan pertama perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah, yakni Budi Utomo, 20 Mei 1908. Pilihan itu dikarenakan pergerakan nasional merupakan momen perjalanan sejarah penting bangsa Indonesia dalam membebaskan diri dari belenggu kolonial. Kiprah Keberadaan Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan yang tanggal kelahirannya dijadikan sebagai momen peringatan Harkitnas tidak berarti hanya Budi Utomo yang berkontribusi dalam perjuangan melawan kolonialisme dengan mendirikan organisasi. Di luar itu, masih banyak organisasi pergerakan yang juga berkontribusi dalam perjuangan menghadapi kolonialisme. Walaupun organ...

Kebangkitan Nasional dan Revolusi Mental

Oleh PUTI GUNTUR SOEKARNO M embangun masyarakat lebih sulit dibandingkan dengan membangun negara. Demikian menurut Bung Karno. Hal itulah yang mendasarinya untuk menggali dasar negara yang benar-benar satu dasar yang mengakar dalam kepribadian masyarakat Indonesia. Bung Karno menyebutkan bahwa Pancasila itu ia gali dari akar kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia. Penting bagi bangsa ini kembali pada kepribadian nasionalnya sendiri. Suatu negara jika ingin kuat dan langgeng harus ditata berdasarkan hukumnya sendiri dan berdiri di atas kepribadian nasionalnya sendiri. Tak satu bangsa pun yang bisa berdiri kuat dan langgeng jika hukumnya bukan hukum nasional. Jika satu bangsa memakai hukum yang pada pokoknya bukan hukumnya sendiri, bukan hukum yang berdasarkan atas kepribadiannya sendiri, bangsa yang demikian itu vroeg of laat , kata Bung Karno; pagi atau sore akan gugur atau mengubah hukum-hukumnya itu. Oleh karena itu, salah satu kewajiban kita ialah mencari kembali kepribadian ki...