Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

JEJAK NASIONALISME DI BOVEN DIGOEL (2) Saksi Perjuangan yang Tak Terawat

Boven Digoel atau Digoel Atas yang kini terletak di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua, menjadi tempat pembuangan yang mengerikan. Sedikitnya dua tokoh pejuang bangsa yang sempat diasingkan ke sana ialah Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta.  Oleh KORANO NICOLASH LMS T empat pengasingan yang dibangun Belanda dan kemudian digunakan secara resmi mulai 10 Desember 1926 tersebut terdiri atas empat bagian. Bagian pertama disebut Penjara Tana Tinggi. "Penjara Tana Tinggi itu saat ini terletak di Distrik Kou. Posisi penjara yang berbentuk goa tersebut persis di pinggir Sungai Digoel yang dulunya masih banyak dihuni buaya," kata Adrianus Moromon, sarjana sejarah Universitas Cenderawasih, Papua, yang penelitian akhirnya mengenai Boven Digoel. Persis di tepi Sungai Digoel dibuat pintu terali besi yang bisa dibuka setiap saat. "Dengan begitu, bila ada tahanan yang sudah dianggap tidak bisa dikendalikan, tinggal dimasukkan ke penjara tersebut agar berhadapan langsung dengan pemangs...

JEJAK NASIONALISME DI BOVEN DIGOEL (1) Penjara yang Memerdekakan

Pengantar Redaksi: Jejak nasionalisme mencoba menginventarisasi warisan bangsa yang menjadi energi perjuangan yang membebaskan negeri ini. Jejak-jejak itu terserak sepanjang bentangan Nusantara. Setelah laporan jejak nasionalisme di Banda, Maluku, diturunkan bulan lalu, bulan ini "Kompas" menurunkan laporan jejak nasionalisme di Boven Digoel, Papua, yang di masa lalu menurunkan tempat pengasingan tokoh-tokoh bangsa. Dalam catatan historis, nama Boven Digoel tentu tidak asing lagi. Pemerintah Hindia Belanda pernah menjadi Boven Digoel di pedalaman Papua sebagai salah satu tempat pengasingan bagi para pejuang perintis kemerdekaan Indonesia. Walaupun teralienasi, mereka tetap menyalakan suluh perjuangan. Oleh KORANO NICOLASH LMS P ada awalnya, menurut Andrianus Moromon, sarjana sejarah Universitas Cenderawasih, Papua, Boven Digoel dijadikan Belanda sebagai tempat tahanan sekaligus pengasingan baru akibat tempat tahanan dan pengasingan lainnya sudah penuh. Salah satu sebabnya, Be...

Jalan Kebangkitan Bangsa

Oleh YONKY KARMAN S atu dari tiga program politik balas budi (Politik Etis) penguasa kolonial adalah perluasan kesempatan belajar bagi pribumi di Hindia Belanda. Dari situ muncul elite intelektual pribumi dengan kesadaran baru bahwa masa depan rakyat terjajah berada di tangan mereka. Pendidikan telah membuat mereka berkenalan dengan gagasan sosialis yang memberi energi intelektual melepaskan diri dari cengkeraman kuku imperialisme kapitalisme. Kecerdasan kritis itu mewujud dalam Kebangkitan Nasional, tonggak pertama sejarah Indonesia modern. Lalu muncul sekolah swasta independen yang menggabungkan kurikulum Barat dan unsur-unsur kebudayaan lokal: Muhammadiyah (1912) dan Taman Siswa (1922). Kesadaran berbangsa modern yang mengatasi keterkotakan primodial mewujud dalam Sumpah Pemuda, tonggak sejarah berikutnya. Puncaknya: Proklamasi Kemerdekaan. Roh Kebangkitan hilang Namun, memori kolektif kita tentang kemerdekaan bukanlah diplomasi perjuangan para aktor intelektual kemerdekaan. Citra k...