Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2000

Selamat jalan Jenderal Besar

JAKARTA (Bisnis): Jenderal Besar Abdul Haris Nasution adalah monumen hidup, saksi sekaligus pelaku utama perjuangan bangsa. Ia seorang yang mahir strategi militer dan sekaligus politisi ulung. Nasution lahir 3 Desember 1918, di Kotanopan, Tapsel, Sumatra Utara. Semula, ia mengabdi sebagai guru, tapi kemudian berubah haluan. Tahun 1940, ketika Belanda membuka sekolah perwira cadangan bagi pemuda Indonesia, Nasution mendaftar. Selanjutnya, ia menjadi pembantu letnan di Surabaya. Tapi, ketika tentara Jepang menyerbu Surabaya, 1942, pasukannya bubar. Dengan menggunakan sepeda, Nasution kabur ke Bandung. Setelah Jepang kalah perang, Nasution bersama pemuda eks-Peta mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Karier militernya melesat. Maret 1946, Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi III/Priangan. Lalu, Mei 1946, Nasution diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi Siliwangi. Februari 1948, diangkat menjadi Wakil Panglima Besar (Wapangsar) TNI. Praktis, waktu itu ia menj...

AH Nasution Ternyata Bercita-cita Jadi Guru

Ketika terjadi peristiwa G-30S/PKI 1965, para tokoh PKI yakin bahwa Jenderal TNI Abdul Haris Nasution sudah berhasil "dibereskan" bersama sejumlah jenderal lainnya yang dibantai di kebon karet Lubang Buaya, Jakarta Timur. Namun, para prajurit anak buah Kolonel Abdul Latif yang ditugaskan untuk menjemput Jenderal Nasution di kediamannya Jalan Teuku Umar Jakarta Pusat, tidak begitu mengenal wajah Nasution dengan pakaian preman. Oleh karena itu, ketika mereka berhasil menyergap Kapten Inf Pier Tendean yang wajahnya mirip dengan Jenderal Nasution, langsung saja dia diseret ke atas truk dan dibawa ke Lobang Buaya. Sementara itu Jenderal Nasution yang mengetahui upaya penculikan tersebut, dengan cepat menyelinap ke samping rumah dan melompati tembok sebelah setinggi sekitar dua meter. Karena gelap (waktu subuh), ketika melompati tembok tersebut dia jatuh di atas bunga sehingga kaki kanannya keseleo dan pincang sampai akhir hayatnya. Menelusuri kisah hidup Jendela Besar TNI ...