"H anya satu yang saya jadikan pegangan, berjuang mengamankan proklamasi tanpa kompromi!" Inilah yang mendasari semangat juang pemuda Sumarsono untuk ikut serta mempertahankan kota Bandung agar tidak dikuasai Sekutu. Maka ia pun, yang waktu itu baru berusia 23 tahun, sebagai Komandan Batalyon II/Resimen 8/Divisi II Siliwangi bersama anak buahnya membumihanguskan kota Bandung. Pembumihangusan itu terjadi pada tanggal 24 Maret 1946, yang dicatat dalam sejarah kita sebagai peristiwa Bandung Lautan Api. Sumarsono yang waktu itu berpangkat mayor dikenal oleh pihak Sekutu sebagai penjahat perang yang paling berbahaya. Maka dari itu, Sekutu berusaha mati-matian untuk bisa menangkap Sumarsono. Antara lain, Sekutu menjanjikan hadiah 1.000 dollar Singapura bagi siapa saja yang bisa menangkap Sumarsono. "Ya, waktu itu saya disayembarakan melalui radio British Broadcast di Singapura," kenang Sumarsono, nadanya datar tetapi mantap. "Tetapi saya tidak takut. Saya justru...