Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 1987

Makam Raja Tallo IX Terbesar di Indonesia

Oleh Mujahidin Agus PENGANTAR Artikel ini karya Mujahidin Agus, siswa SMAN II, Jl. Gaji Gau III/17, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, yang menempati urutan terakhir "Sepuluh Besar" peserta "Sayembara Mengarang Suara Karya  untuk SMTA 1987". Belum berhasil meraih hadiah Tabanas dan mesin tik, untuk pemuatan tulisannya ini Mujahidin akan mendapat honor sebagaimana yang berlaku di Suara Karya. Red. M enyusuri pinggiran kota Ujung Pandang di Kecamatan Tallo, melewati jalan yang tidak terlalu ramai, kita akan sampai ke kompleks makam kuno raja-raja Tallo, tepatnya di RK VI Lingkungan Tallo. Kompleks ini terletak di sebelah timur muara sungai Tallo di selat Makassar, 7 km dari pusat kota Ujung Pandang. Dari tepi jalan raya kompleks ini tidak nampak sebab terlindung oleh rumah penduduk. Memasuki pintu gerbang, kita takkan mengira bahwa di belakang rumah-rumah penduduk itu terdapat makam raja-raja Tallo yang sangat bersejarah. Luas kompleks yang hanya sekitar 9.225 m2 ini sa...

28 Oktober 1928: Revolusi Kaum Muda

Oleh Patmono SK K elahiran Boedi Oetomo 20 Mei 1908 sebagai awal kebangkitan nasionalisme itu diawali dengan gagasan Dr Wahidin Soediro Hoesodo. Bersama-sama Soetomo (yang kemudian dikenal dengan sebutan Dr. Soetomo), dia mendirikan organisasi pemuda Boedi Oetomo sebagai reaksi atas situasi tanah air. Tetapi tampaknya organisasi itu berkembang menjadi organisasi orang tua. Jiwa dan semangat kaum muda yang melandasi kehadiran organisasi itu di tengah-tengah masyarakat luntur karena masuknya ambtenar-ambtenar dari golongan bangsawan di dalam kepengurusan organisasi itu. Perkembangan organisasi yang sedemikian itu mendorong kaum muda dan cendekiawan menyingkir dari kepengurusan. Unsur-unsur radikal yang bercorak politis tersisih dan di bawah kepemimpinan kaum bangsawan, Boedi Oetomo tumbuh sebagai organisasi yang filsafati. Slogan keperjuangannya pun berubah dari "perjuangan untuk mempertahankan penghidupan" menjadi "kemajuan yang serasi". Kondisi organisasi yang terla...

Hikmah di Balik Penjajahan Jepang

Oleh: Mohammad Ali B ulan September 1939, Perang Dunia Kedua pecah. Pada bulan Mei 1940, Negeri Belanda digilas habis oleh kekuatan militer Hitler. Berarti, Belanda harus menyerah tanpa syarat kepada tentara Nazi Jerman. Namun, bangsa Belanda tetap membuta tuli terhadap usulan rakyat Indonesia, tuntutan Indonesia merdeka melalui anggota "Dewan Rakyat" Soetardjo yang meminta agar antara wakil-wakil pemerintah Hindia-Belanda dan wakil-wakil bangsa Indonesia diadakan pertemuan untuk membahas masalah kemerdekaan Indonesia dalam waktu 10 tahun. Meski tuntutan itu sebenarnya tidak menuntut Indonesia merdeka secara mutlak, atau merdeka tetapi masih dalam hubungan dengan Negeri Belanda, Negara Dominion. Tanggal 8 Desember 1941, Perang Pasifik pecah. Penyerangan Jepang meluas ke daratan Indonesia. Satu per satu armada Belanda dapat dipatahkan oleh armada Jepang. Tentara Hindia-Belanda KNIL tidak berdaya menghadapi tentara Jepang. Dan, pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendara...

Kesultanan Islam Kutai Kartanegara

S EJARAH Islam di Indonesia terlalu kuat orientasinya pada Jawa dan Sumatra, sehingga sedikit saja yang kita ketahui tentang sejarah Islam di kawasan-kawasan lain Indonesia. Baik buku tebal tentang " Sejarah Ummat Islam " yang ditulis Dr. Hamka sampai kepada brosur ukuran sedang yang ditulis oleh Prof. T. H. Ismail Yakub berjudul " Sejarah Islam di Indonesia " terlalu singkat belaka membahas Islam di Kalimantan, terlebih-lebih lagi tentang Kesultanan Islam Kutai Kartanegara di Tenggarong Kalimantan Timur sama sekali tidak ditulis. Sudah barang tentu hal ini merupakan tanggng jawab kita bersama, terutama mereka yang berminat kepada ilmu sejarah untuk menggali sedalam-dalamnya sejarah Islam di seluruh kawasan tanah air.  Kalimantan merupakan pulau yang terbesar di Nusantara dalam sejarahnya mengenal beberapa kesultanan: Kesultanan Islam di Sambas (Kalbar), Kesultanan Banjar (Kalsel), Kesultanan Berunei yang kini dikenal sebagai Negara Brunai Darussalam, dan Kesultanan...

Kutai, Kerajaan Terbesar yang Pernah Berdiri di Kaltim

Di Kalimantan TImur (Kaltim) terdapat sebuah kabupaten yang bernama Kutai. Di antara empat kabupaten dan dua kotamadya (di samping sebuah Kota Administratif) yang sampai sekarang terdapat di Kaltim. Kutai-lah yang terbesar atau terluas wilayahnya. Dari 211.440 KM persegi luas seluruh wilayah Kaltim, seluas hampir 90.000 km persegi di antaranya merupakan wilayah kabupaten Kutai. Di antara propinsi di Indonesia, banyak yang wilayahnya tidak seluas wilayah Kutai yang tingkatnya kabupaten itu. Tiga kabupaten lainnya di Kaltim menurut urutan besarnya ialah Bulungan, Berau, dan Pasir. Luas wilayahnya masing-masing 64.000, 32.700, dan 20.040 km persegi. Dari perbandingan angka-angka itu dapat diketahui bahwa luas wilayah yang dimiliki empat kabupaten di Kaltim tidak merata. Kalau kabupaten Bulungan dan kabupaten Pasir digabungkan, luas wilayahnya keseluruhan (84.040 km persegi), masih belum seluas wilayah kabupaten Kutai. Luas wilayah dua kotamadya di Kaltim yakni Samarinda dan Balikpapan, se...

Sumarsono dan "Bandung Lautan Api"

"H anya satu yang saya jadikan pegangan, berjuang mengamankan proklamasi tanpa kompromi!" Inilah yang mendasari semangat juang pemuda Sumarsono untuk ikut serta mempertahankan kota Bandung agar tidak dikuasai Sekutu. Maka ia pun, yang waktu itu baru berusia 23 tahun, sebagai Komandan Batalyon II/Resimen 8/Divisi II Siliwangi bersama anak buahnya membumihanguskan kota Bandung. Pembumihangusan itu terjadi pada tanggal 24 Maret 1946, yang dicatat dalam sejarah kita sebagai peristiwa Bandung Lautan Api. Sumarsono yang waktu itu berpangkat mayor dikenal oleh pihak Sekutu sebagai penjahat perang yang paling berbahaya. Maka dari itu, Sekutu berusaha mati-matian untuk bisa menangkap Sumarsono. Antara lain, Sekutu menjanjikan hadiah 1.000 dollar Singapura bagi siapa saja yang bisa menangkap Sumarsono. "Ya, waktu itu saya disayembarakan melalui radio British Broadcast di Singapura," kenang Sumarsono, nadanya datar tetapi mantap. "Tetapi saya tidak takut. Saya justru...