Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 1985

Maluku Tahun 1922 (2) Sultan Bacan Gadaikan Kebun Kelapa Buat Bayar Hutang pada Orang Cina

Oleh: H. ROSIHAN ANWAR KETIKA  mengunjungi daerah TTB (Ternate, Tidore, Bacan) bulan April 1948, saya tidak melihat ada pengusaha swasta Belanda di sana. Akan tetapi pada tahun 1922, tatkala Dr W Ph Coolhaas menjadi Kontelir Bacan, di tempat itu terdapat beberapa orang Eropah dari Batjan - maatschappij. Perusahaan ini didirikan tahun 1881 oleh Jonkheer Elout van Soeterwoude yang mendapat hak monopoli dari pemerintah Hindia Belanda menggarap semua logam galian, hutan, lahan liar, dan persemaian mutiara di daerah itu untuk masa 75 tahun. Pendiri Batjan - maatschappij mengira Bacan akan menjadi "Deli kedua", tetapi harapan itu tidak terwujud. Lahan di Bacan jelek adanya, emas tidak banyak tersimpan dalam tanahnya. Penduduk Bacan tidak mau bekerja sebagai kuli di onderneming, sehingga harus didatangkan tenaga kuli dari pulau Jawa yang memakan banyak ongkos. Sultan Punya Empat Isteri DIBANDINGKAN dengan Soa Sio, ibu kota Tidore, maka tempat tugasnya yang baru yaitu Labuha, ibukota...

Maluku Tahun 1922 (1) Lagu Kebangsaan Marseillaise Dimainkan Orkes Suling Murid Sekolah Zending

Oleh: H ROSIHAN ANWAR SALAH SATU perjalanan jurnalistik yang saya lakukan dan memberikan banyak pelajaran berharga untuk mengenal lebih akrab keadaan tanah air ialah kunjungan ke Maluku, khususnya ke daerah Ternate, Tidore, dan Bacan pada awal tahun 1948. Waktu itu Letnan Gubernur Jenderal Belanda Dr. H. J. van Mook telah membentuk apa yang dinamakannya Negara Indonesia Timur (NTT) dan Maluku. Saya wartawan Republikein yang pertama mengunjungi daerah NTT tersebut berkat perantaraan anggota parlemen NTT Arnold Mononutu yang bersikap pro Republik Indonesia. Dalam perjalanan itu saya berbicara dengan Sultan Ternate Mohammad Jabir Syah, Sultan Tidore Zainal Abidin Alting dan Sultan Bacan Mokhsin Kamarullah. Dengan menumpang kapal kecil dari Ternate saya sampai di Soa-Sio, ibukota kesultanan Tidore, di mana saya melihat sisa-sisa tembok sebuah benteng yang didirikan beberapa abad sebelumnya. Karena pengalaman ini dapatlah dimengerti mengapa dengan lebih daripada minat biasa saya membaca sua...

3,5 Abad Penjajahan Belanda Berakhir di Kalijati, Subang

TANGGAL 8 Maret sebenarnya tak ada yang mesti kita peringati secara Nasional atau regional Jawa Barat. Mungkin hanya bagi para sejarawan tanggal itu mempunyai arti khusus. Tak banyak yang ingat sebenarnya 43 tahun yang silam tepatnya tahun 1942, di pangkalan udara Kalijati Kabupaten Subang terjadi peristiwa bersejarah, yakni berakhirnya 350 tahun penjajahan Hindia Belanda. Saat itu dilakukan penandatanganan naskah penyerahan Indonesia dari tangan penjajah Belanda kepada Jepang yang sering diibaratkan sebagai lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya. Gedung bersejarah yang dipergunakan sebagai tempat peristiwa ini berlangsung sampai kini masih tetap lestari. Saksi bisu ini yang dulunya rumah seorang perwira sekolah penerbangan Hindia Belanda, sekarang digunakan sebagai tempat pertemuan (resepsi) TNI AU Pangkalan Udara Kalijati dengan nama "Wisma Budaya". Kalijati yang terletak 15 kilometer dari ibukota Kabupaten Subang, Jawa Barat, sejak lama dikenal sebagai basis sek...